Sebagaimana yang kita ketahui bahwa masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Â Semua warga masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama, hidup bersama dapat diartikan sama dengan hidup dalam suatu tatanan pergaulan dan keadaan ini akan tercipta apabila manusia melakukan hubungan.
Kita disini merupakan masyarakat yang hidup di Indonesia, dimana Indonesia adalah negara kesatuan. Terdapat banyak sekali ras, suku, budaya, dan bahasa. Sebagai masyarakat Indonesia kita dituntut untuk selalu menjunjung tinggi nilai persatuan dan kesatuan dengan menghormati setiap suku yang ada. Sehingga masyarakat Indonesia ini dijuluki dengan masyarakat multikultural.
Multikultural memiliki 2 sisi, yakni sisi posistif dan negatif. Sisi positifnya bisa mengukuhkan persatuan dan sisi negatifnya bisa menyebabkan perpecahan. Sebagai contoh sisi positif di Yogyakarta. Disana masyarakatnya yang multikultural dan bisa hidup berdampingan dengan harmoni. Di Yogyakarta terdapat Prambanan sebagai tempat orang Hindu, Borobudur sebagai tempat orang Budha, dan di lingkungan sekitar juga terdapat komunitas Muslim. Di Yogyakarta juga berdiri organisasi besar Islam yakni Muhammadiyah. Selain itu, Yogyakarta dijuluki sebagai kota pendidikan karena disana terdapat banyak sekolah serta perguruan tinggi dimana siswa dan mahasiswanya berasal dari penjuru Indonesia.
Indonesia dibentuk berdasarkan rasa kebersamaan, berlatarbelakang keberagaman suku, budaya, bangsa dan warna kulit. Di Indonesia memiliki tiga nilai yang telah tertancap didalam diri masyarakatnya yaitu moderasi, toleransi, dan dialog yang tetap dipelihara untuk menangani hal-hal yang sifatnya kekerasan. Dalam menangani kekerasan atau kejahatan ada dua pendekatan yang dilakukan yakni hukum, tetapi lebih banyak pendekata budaya dan agama.
Sedangkan untuk sisi negatif dari multikultural ialah bahwa telah dibuktikan bahwa ancaman-ancaman negara bisa hancur dikarenakan multikulturalisme. Di masyarakat, banyak muncul sifat-sifat individualisme dan egoisme, baik atas nama agama, suku atau politik. Memang benar sifat individualisme merupakan kewajaran bagi manusia, tetapi jika terus-menerus tanpa melihat ataupun melirik ke samping tak akan negara tersebut dengan masyarakat yang seperti itu bersatu. Â Sifat-Sifat tersebut dapat berubah menjadi eksklusivisme dan pada akhirnya memicu perpecahan masyarakatnya, apalagi jika ditambah dengan persaingan ekonomi, sosial serta budaya.
Untuk mengatasi serta mencegah hal-hal diatas terjadi; Pertama, harus ada kesadaran setiap masyarakat akan pentingnya multikulturalisme. Kedua, mengembangkan budaya dalam masyarakat untuk msaling menghargai dan tenggang rasa. Dalam ideologi bangsa kita sendiri pun mengajarkan untuk selalu tenggang rasa apapun itu apalagi mengenai keutuhan bangsa kita yang tercakup dalam multikultural ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H