Artikel ditulis oleh Ananda Irmania Zsalsabila (Mahasiswa Prodi S2 IKM FKKMK UGM)Â Â
Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan dapat membahayakan kesehatan individu dan masyarakat. Kemudian ada yang mendefinisikan bahwa rokok adalah hasil olahan dari tembakau yang dibungkus termasuk cerutu atau bahan lain yang dihasilkan dari tanaman Nicotinia Tabacium. Perilaku merokok merupakan kebiasaan yang sudah tidak asing pada semua kalangan masyarakat Indonesia, dari anak-anak sampai orang tua, laki-laki maupun perempuan.
Global Youth Tobacco menyebutkan bahwa tingkat prevalensi perokok remaja di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan. Diperkirakan dari 70 juta anak Indonesia, 37% atau sama dengan 25,9 juta anak Indonesia adalah perokok dan jumlah itu menjadikan Indonesia sebagai negara dengan jumlah perokok terbanyak di Asia.
Perilaku merokok pada remaja adalah kegiatan kompulsif dengan menghisap asap yang berasal dari gulungan tembakau yang dibakar untuk mendapatkan kepuasan fisiologis dan sosiologis dan juga upaya eliminasi perasaan negatif yang ada dalam diri remaja yang banyak dipelajari dari lingkungan teman sebaya dan didorong oleh keinginan mendapat pengakuan (anticipatory beliefs) untuk menghilangkan kekecewaan (reliefing beliefs) dan menganggap perbuatannya tersebut tidak melanggar norma (permission beliefs/positive)
Oskamp (1984) menyatakan bahwa setelah mencoba rokok pertama, seorang individu menjadi ketagihan merokok, dengan alasan-alasan seperti kebiasaan, menurunkan kecemasan, dan mendapatkan penerimaan. Perilaku merokok pada remaja umumnya semakin lama akan semakin meningkat sesuai dengan tahap perkembanganya yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi dan intensitas merokok, dan sering mengakibatkan mereka mengalami ketergantungan nikotin.
Banyak penelitian yang membuktikan bahwa merokok dapat menyebabkan risiko kematian. Dampak jangka panjang konsumsi rokok merupakan salah satu faktor resiko utama terjadinya berbagai penyakit tidak menular seperti penyakit jantung koroner, stroke, kanker, penyakit paru kronik dan diabetes melitus yang merupakan penyebab kematian utama di dunia, termasuk Indonesia. Mengingat semakin tingginya tingkat penggunaan rokok di kalangan remaja serta dampaknya terhadap kesehatan, maka salah satu strategi yang paling penting untuk dilakukan adalah mencegah remaja untuk menjadi perokok seperti memberlakukan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) diberbagai fasilitas umum, membuat iklan layanan masyarakat tentang dampak negatif rokok dan melakukan sosialisasi serta edukasi kepada remaja tentang bahaya rokok.
Referensi :
Anhar, V. Y., Arifin, S., Rahman, F., Ridwan, A. M., & Bohari, B. (2021). Analysis of Smoking Behavior Risk Factors in Adolescent through Health Belief Model Approaches. Open Access Macedonian Journal of Medical Sciences, 9(E), 192-197.
Hamdani, R. 2019. Pengaruh Tipe Pola Asuh dan Penerimaan Sosial Terhadap Perilaku Merokok Pada Remaja. Psikoborneo: Jurnal Ilmiah Psikologi; 7(2);241--249.
Humaidi, A., Gustiawan, A., Efriadi, A. R., Jordan, A., & Surya, D. (2021). Description of Smoking Behavior in Adolescents ages 15-18 Years. Muhammadiyah International Public Health and Medicine Proceeding, 1(1), 595-600.
Irsal, M. 2017. Determinan Sosial Perilaku Merokok Pada Remaja Usia (12-14 Tahun) Di MTs Pabbaengbaeng Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba. Skripsi.
Mustakim, M., & Kusumastuti, N. A. (2022). Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Perilaku Merokok Mahasiswa Laki-Laki Selama Daring Pada Masa Pandemi Covid-19. Nusantara Hasana Journal, 1(8), 101-111.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H