Di zaman sekarang yang penuh dengan kesibukan dan perubahan, kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Orang yang sehat mental lebih bahagia, lebih mudah belajar dan bekerja, dan memiliki hubungan yang lebih baik.
Sayangnya, banyak orang masih malu untuk berbicara tentang kesehatan mental mereka. Mereka takut akan dihakimi atau dikucilkan. Hal ini membuat mereka sulit mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan.
Bayangkan kamu seorang pelajar atau mahasiswa yang selalu dituntut untuk mendapatkan nilai tinggi, mengerjakan tugas yang banyak, dan bersaing dengan teman-teman. Hal ini pasti membuat stress dan bisa berdampak buruk pada kesehatan mental, seperti cemas, depresi, dan bahkan rasa tidak percaya diri.
Nah, artikel ini membahas tentang pentingnya pendidikan yang tidak hanya fokus pada nilai dan prestasi, tetapi juga memperhatikan kesehatan mental para pelajar.
Kenapa penting?
World Health Organization (WHO) mencatat pada tahun 2020 bahwa sebanyak 16% dari permasalaahan kesehatan mental dialami oleh remaja dengan kisaran usia 10-19 tahun.
Depresi pada remaja dapat disebabkan oleh adanya tekanan saat proses pembelajaran di sekolah, sehingga hal tersebut dapat membuat seseorang mengalami stress. Stress yang dialami oleh remaja sebagian besar bersumber dari kegiatan akademik di sekolahnya. Stress akademik merupakan keadaan individu tidak mampu menanggung tuntutan akademik dan dipersepsikan menjadi gangguan yang memengaruhi tingkah laku, emosi, dan fisik.
Penelitian Terkait
Penelitian yang telah dilakukan oleh Waluyan et al. (2023), bahwa sebanyak 191 responden menunjukkan semakin tinggi kesehatan mental yang dimiliki peserta didik maka semakin tinggi pula resiliensi akademiknya. Sebaliknya apabila kesehatan mental yang dimiliki peserta didik rendah maka semakin rendah pula resiliensi akademiknya.
Apa Tanda-tandanya?
Depresi:
- Sering merasa sedih, putus asa, dan kehilangan minat pada hal-hal yang dulu disukai.
- Sulit berkonsentrasi dan belajar.
- Perubahan nafsu makan dan pola tidur.
- Merasa lelah dan tidak berenergi.
- Berpikir tentang kematian atau bunuh diri.
- Sering merasa cemas, tegang, dan mudah marah.
- Sulit tidur dan sering terbangun di malam hari.
- Sakit kepala, sakit perut, dan mual.
- Sulit berkonsentrasi dan belajar.
- Menghindari tugas dan tanggung jawab.
Tekanan belajar yang berlebihan bisa membahayakan kesehatan mental karena dapat mengganggu konsentrasi, menurunkan semangat belajar, dan bahkan menyebabkan masalah kesehatan fisik. Pendidikan seharusnya membantu siswa dan mahasiswa berkembang secara keseluruhan. Bukan hanya pintar di pelajaran, tapi juga sehat mental dan emosional.
Apa yang Bisa Dilakukan?
- Berbicara dengan orang yang dipercaya: Orang tua, guru, konselor, atau teman dekat.
- Membuat jadwal belajar yang realistis: Atur waktu belajar dan istirahat dengan baik.
- Belajar dengan cara yang menyenangkan: Temukan metode belajar yang paling cocok untuk kamu.
- Minta bantuan saat dibutuhkan: Jangan ragu untuk meminta bantuan dari guru atau teman.
- Melakukan aktivitas yang disukai: Olahraga, bermain musik, atau membaca buku.
- Menjaga kesehatan fisik dan mental: Makan makanan yang bergizi, olahraga secara teratur, dan tidur yang cukup.
Ada banyak cara untuk meningkatkan kesehatan mental dalam pendidikan.
- Program pembelajaran yang mendukung: Guru bisa mengajar cara mengelola stres, membangun ketahanan mental, dan membangun hubungan yang sehat.
- Layanan konseling dan dukungan emosional: Siswa dan mahasiswa harus mudah mengakses bantuan saat mereka membutuhkannya.
- Materi tentang kesehatan mental dalam kurikulum: Mengajari siswa tentang kesehatan mental dan cara menjaganya.
Pendidikan memang penting untuk membekali individu dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk berkembang di masa depan.
Namun, kesehatan mental yang prima sama pentingnya. Tanpa kesehatan mental yang baik, individu akan sulit untuk fokus, belajar dengan efektif, dan mencapai potensi penuh mereka.
Oleh karena itu, menciptakan lingkungan belajar yang mendukung kesehatan mental juga sangatlah penting.
Sumber:
https://ayosehat.kemkes.go.id/topik-penyakit/kelainan-mental/depresi
https://www.kompas.id/baca/humaniora/2023/07/09/jaga-kesehatan-mental-anak-muda-indonesia
https://www.who.int/health-topics/mental-health
Lubis, F. M., & Mahendika, D. (2023). Hubungan Parenting Style, Peer Pressure, Self-Esteem, dan Kesehatan Mental pada Remaja Indonesia di Jawa Barat. Jurnal Psikologi dan Konseling West Science, 1(02), 90-104.