A. Pendahuluan
Kata manusia yang kita tahu, kata tersebut sangatlah bersifat global. penjelasan secara sederhanannya merupakan makhluk ciptaan Tuhan dengan dibekali akal dan fikiran. Manusia memiliki derajat paling tinggi dibandingkan dengan makhluk lain. Hal yang paling penting dalam membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah bahwa manusia dilengkapi dengan akal, pikiran, perasaan, dan keyakinan untuk memperbaiki  kualitas hidup didunia.
Memperbaiki kualitas hidup seorang manusia dengan berupaya memperbaiki kualitas pendidikan yang ada dalam diri setiap individu. Cara tersebut merupakan salah satu upaya untuk memperbaiki kualitas hidup di dunia. Arti pendidikan ialah suatu proses mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan.Â
Jadi dalam hal ini pendidikan adalah proses atau perbuatan mendidik. Pendapat lain mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap dalam melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain.
Dua hal yang saling terkait dan berkesinambungan antara manusia dengan pendidikan. Karena manusia merupakan subjek utama dalam ilmu pengetahuan dan  Tanpa sadar manusia sering kali meremehkan dirinya sendiri dengan paradigmanya. Hal itu dapat menjadikan manusia menjadi pribadi yang lemah secara pengetahuan dan mental. Cara paling tepat untuk meningkatkan kualitas diri pada manusia tersebut dengan selalu mencari tau tentang banyak hal dengan banyak fasilitas teknologi sekarang.
Pentingnya pendidikan dalam upaya memberantas kebodohan, mengurangi kebodohan dalam kehidupan bangsa, meningkatkan taraf hidup seluruh lapisan warga dan membangun harkat martabat negara dan bangsa. Hal tersebut telah tertuang dalam Undang-undang sistem pendidikan Nasional dalam "Undang-undang nomor 20 Tahun 2003 ", pasal 3 tujuan pendidikan Nasional adalah "mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang demokratis juga bertanggung jawab. Segala kegiatan kemsyarakatan tentang pendidikan merupakan sebuah metode perubahan yang dapat digunkan setiap individu untuk menjalin hubungan secra cermat, baik dan benar dalam sebuah lingkungan ataupun didalam kehidupan masyarakat luas lainya. Semakin tinggi kualitas pendidikan semakin tinggi pula kualitas suatu bangsanya. (Widiada Gunakaya, 2019: 1).
B. Pembahasan
Manusia merupakan makhluk yang unik dan keunikannya sangat menarik dimata manusia itu sendiri. Hal yang mendasari perbedaan manusia dengan makhluk-makhluk Allah lainya adalah Allah memuliakan manusia dengan memberi akal. Sedangkan, makhluk Allah yang lainnya tidak diberikan. Distulah kemuliaan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya. Sehingga banyak kajian-kajian tentang manusia yang terus berkembang karna pengetahuan manusia tentang dirinya yang terbatas. Untuk menjawab permasalahan tersebut, Al-Qur'an telah banyak menjelaskan berbagai hal yang berkaitan tentang manusia.
Mengenai tentang potensi manusia menurut Al-Qur'an, kita dapat memaknainya dengan dua kata kunci yang dapat dijadikan untuk memahamkan manusia secara komprehensip. Kedua kata kunci tersebut adalah al-insan dan al-basyar. Kata al-insan yang bentuk jamaknya adalah al-nas dari segi semantik atau ilmu tantang akar kata anasa yang mempunyai arti melihat, mengetahui dan meminta izin. Atas dasar kata ini mengandung petunjuk adanya kaitan substansi dengan kemampuan penalaran.Â
Penalaran yang dimiliki oleh manusia tersebut dia dapat mengambil pelajaran dari apa yang dilihatnya, manusia tersebut dapat pula mengetahui dari apa yang benar dan apa yang salah dan terdorong untuk meminta izin menggunakan sesuatu yang bukan miliknya. (Miftahul Ulum, 2021: 1).
Kemampuan penalaran merupakan usaha sadar dari manusia itu sendiri dalam berfikir. Dan dengan pendidikan manusia dapat menyalurkan bentuk penalaran yang dialami manusia itu sendiri. Karena, hakikat pendidikan merupakan bentuk usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar manusia tersebut aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara"(UU No 20 Tahun 2003)". Makna pendidikan adalah sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan serta mengembangkan bakat dan potensi yang dimiliki. (Desi Pristiwanti, 2022).
Pendidikan dalam kehidupan sehari-hari telah dijalani manusia disadari maupun tidak disadari. Kegiatan manusia yang dilakukan manusia untuk mencapai suatu tujuan merupakan bagian dari pendidikan. Tujuan-tujuan yang ingin dicapai manusia dalam hidupnya diharapkan mampu meningkatkan kualitas hidup manusia itu sendiri. Oleh karena itu, pengalaman manusia merupakan pendidikan yang diperoleh secara nyata dan selanjutnya dijadikan suatu ilmu yang dapat dipelajari manusia dalam mencapai tujuan. Menjadikan pendidikan sebagai ilmu pengetahuan memerlukan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, sehingga pada akhirnya ilmu pendidikan dapat dijadikan penuntun manusia untuk bertindak atau berperilaku yang seharusnya. (Sri Nurabdiah Pratiwi, 2022: 16).
Nama Ki Hadjar Dewantara tidak bisa dilepaskan dari dunia pendidikan. Beliau dikenal sebagai tokoh perintis pendidikan dan pahlawan Nasional yang tak mungkin dilupakan jasa-jasanya. Ibarat dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan, begitulah kiranya hubungan antara Ki Hadjar Dewantara dan dunia pendidikan. Perspektif Ki Hadjar Dewantara dalam pendidikan adalah upaya pendewasaan seseorang dengan metode among (mengamong) dalam dan melalui tiga fatwa pendidikan diatas. Kedewasaan manusia secara lahir-bathin meruapakn modal bagi mereka untuk siap menjalani kehidupan bermasyarakat secara bertanggung jawab.(Pungkit Wijaya, 2023: 12).
 Hakikat pendidikan adalah proses pembentukan manuia muda menjadi insan yang berkembang secara utuh meliputi olah rasio, olah rasa, olah jiwa, oleh raga melalui proses pembelajaran yang berpusat pada masyarakat yang dilaksanakan dalam suasana keterbukaan, kebebasan, dan menyenangkan. Pendidikan yang holistik telah digagas oleh UNESCO yang memperkenalkan pendidikan yang ditopang oleh 4 pilar, yakni learning to know, learning to do, learning to be, and learning to live together.
Dua pilar pertama yang telah dipraktekkan dan dikembangkan dalam sistem pendidikan kita, sementara dua pilar berikutnya masih kurang dikembangkan dalam praktek pendidikan kita. Sudah saatnya kita mengembangkan pendidikan yang bukan hanya mengembangkan pengetahuan dan ketrampila-ketrampilan yang dibutuhkan oleh dunia kerja, tetapi kita harus membantu masyarkat untuk semakin memahami jati dirinya sebagai manusia yang memiliki dimensi individul dan sosial, memiliki akal budi, kehendak bebas, dan hati nurani.learning to be mengajak manusia menjadi manusia berbudi dan berhati  menjadi pribadi-pribadi yang memiliki kasih dan berbelas kasih (compassionate).Â
Learning to be membantu manusia untuk memahami tujuan terakhir keberadaannya. Learning to live together membantu manusi untuk membangun kesadaran bahwa dirinya hidup dalam dunia yang ditandai oleh pluralitas dan heterogenitas. Dalam konteks ini, pendidikan harus membangkitkan kesadaran manusia bahwa dirinya dapat hidup berkembang hanya dalam jalinan relasi dengan nmanusi-manusia yang lain.Â
Dengan demikian, mereka dituntut untuk mau bekerja sama demi kebaikan setiap pribadi dan demi kebaikan bersama (bonum commune). Learning to live together membantu manusia untuk mengubah mindset homo homini lupus menjadi homo homini sosius. Perubahan mindset ini akan membawa perubahan dalam sikap dan perilaku, dari sikap kompetitif menjadi kooperatif.Â
Oleh karena itu, sistem penilaian dan perenkingan dalam pendidikan harus ditinjau ulang. Dalam hadits riwayat Thabrani " belajarlah kalian ilmu untuk ketrentaman dan ketenangan serta rendah hatilah pada orang yang kamu belajar darinya" (HR. Tabrani) .(Bartolomeus sambo, 2016: 17).
C. Kesimpulan
Membawakan judul tentang "manusia dengan segala ketidak berdayaanya sebagai manusia" merupakan salah satu cara kita untuk mencermati situasi yang ada dimasyarakat. Sering kali kita dibuat tidak berdaya dengan pendidikan dan dalam artian kata " Orang yang berpendidikanlah yang mendapat kualitas yang baik dan memadai, selain itu tidak berhak menikmati dunia pendidikan yang layak".
Kita sebagai manusia harus menyadarkan manusia lain bahwa kenyataanya masyarakat kita ditandai oleh kekerasan, konflik vertikal dan horisontal, sikap beringas, fanatisme sempit dan sikap sektarian, kemunafikan, mentalitas, dan sikap koruptif, sikap tidak peduli, ketidakadilan, sikap menghalalkan segala cara, sikap pragmatis, budaya instan, penindasan pihak yang lemah oleh pihak yang kuat.Â
Situasi demikian sedikit banyak dipengaruhui oleh sistem pendidikan yang selama ini digunakan dinegeri ini, yakni sistem pendidikan yang terlalu menekankan aspek pembentukan karakter pribadi, pendidikan nilai, dan kepekaan serta tanggung jawab sosial. Akibanya para lulusan hanya memiliki keunggulan akademis, tetapi miskin karakter, buta nurani, tidak memiliki kepedulian terhadap apa yang terjadi dilingkungan sekitar.Â
Dampak negatif lain dari sistem pendidikan yang terlalu menelankan aspek intelektual dan kurang mengelola rasa, melahirkan manusia-manusia yang beringas, emosional-reaktif sehingga mudah diprovokas, berwawasan sempit, berjiwa ekslusif-sektarian, memandang orang lain atau kelompok lain sebagai musuh dan saingan yang harus dilenyakapkan. Dan dalam Al-Qur'an diriwayatkan QS. Al Isra ayat 36
artinya " Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya." Â