Padahal jika kita pahami lebih jauh, Saya yang bekerja di Bank asing yang dikatakan oleh sebagian orang pekerjaan yang enak karena bekerja di gedung dan ber ac adalah sama-sama seorang buruh karena saya bekerja untuk orang demi mendapatkan uang.Â
Begitu juga teman A yang bekerja di pabrik dengan otomatis dapat dikatakan buruh karena bekerja di area pabrik. Tapi Teman B tidak dapat dikatakan buruh karena dia tidak bekerja untuk orang lain dan tidak menghabiskan waktunya bekerja untuk memperkaya orang lain. Teman B adalah seorang pengusaha.Â
Masyarakat luas pada umumnya lebih memandang segala sesuatu dari tampilan mata, bukan arti kata apa yang sebenarnya membingkai suatu kejadian tersebut.Â
Pemahaman kata ini banyak sekali disalah artikan atau mengalami penyempitan makna luas. Â Orang bekerja untuk orang lain di tempat paling nyaman sekalipun orang tersebut tidak dapat mengelak bahwa dia adalah seorang buruh karena masih bekerja dengan orang lain.Â
Jadi inti yang dapat diambil dari tulisan ini adalah kita semua adalah buruh jika status kita masih bekerja dengan orang lain, baik yang setiap hari bekerja menggunakan jas dan bersepatu ataupun menggunakan sekedar berkaos maupun seragam. Â Kita tidak boleh malu atau mengkotak-kotakkan makna kata buruh hanya dari tampilan pekerjaan ataupun pendapatannya saja. Â Karena sebaik baiknya orang adalah orang yang bekerja. sekian
"Berbahagialah orang yang bekerja dari keringatnya sendiri bersuka karena usahanya sendiri dan maju karena pengalamanya sendiri"
Pramoedya Ananta Toer - Bumi Manusia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H