Mohon tunggu...
Ananda Amelia
Ananda Amelia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya

Mahasiswa aktif s1 di UIN Sunan Ampel Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Menyikapi Kurikulum Merdeka: Perspektif Guru dan Tantangan Implementasi

30 Mei 2024   12:18 Diperbarui: 30 Mei 2024   12:28 639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kurikulum baru ini mengubah cara berpikir yang semakin merdeka dengan berbagai kebijakan yang memberikan keluwesan serta kemerdekaan arah pendidikan dengan paradigma baru. Menurut Mustaghfiroh (2020), kebijakan-kebijakan baru dalam Kurikulum Merdeka Belajar adalah sebagai berikut:

1. Dari segi penilaian kelulusan, Ujian Nasional (UN) akan digantikan dengan Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter. Penilaian ini berfokus pada literasi dan numerasi melalui tes PISA yang diselenggarakan pada kelas 4, 8, dan 11 untuk refleksi peserta didik.

2. Penilaian Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) dilimpahkan ke sekolah, memberikan kebebasan kepada sekolah dalam pelaksanaan ujian sesuai karakteristik sekolah, pendidik, dan peserta didik.

3. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disederhanakan, sehingga waktu pendidik tidak habis hanya untuk menyusun RPP, tetapi juga memikirkan implementasi pembelajaran sesuai rencana yang telah disiapkan.

4. Sistem zonasi diperluas dalam penerimaan peserta didik baru (PPDB), memberikan kesempatan luas bagi peserta didik melalui jalur afirmasi dan prestasi, serta pemerintah daerah diberikan kesempatan dalam pelaksanaan PPDB sesuai zona daerahnya.

Fleksibilitas dalam penyelenggaraan pendidikan diperlukan di Indonesia yang memiliki banyak regulasi. Kurikulum Merdeka Belajar bisa menjadi solusi agar pendidikan tidak terbelenggu dalam paradigma lama karena ciri khas kurikulum ini adalah menjunjung fleksibilitas antara sekolah, pendidik, dan peserta didik dalam pembelajaran. Menurut Susilawati (2021), pengimplementasian Kurikulum Merdeka secara fleksibel memungkinkan peserta didik memilih elemen pendidikan dengan menekankan demokrasi dalam pendidikan.

Perbedaan mendasar antara Kurikulum 2013 dengan kurikulum baru dapat dilihat pada metode pembelajaran. Pada Kurikulum 2013, fokus utama adalah pembelajaran intrakurikuler, sedangkan kokurikuler sering kali diserahkan kepada kreativitas guru. Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan filsafat eklektik inkorporatif yang menggabungkan elemen-elemen dari berbagai aliran filsafat asing dengan sistem pendidikan nasional. Sementara itu, kurikulum baru memperkuat pembelajaran yang terdiferensiasi sesuai tahap capaian peserta didik dan dikembangkan berdasarkan filsafat pendidikan humanisme. Filsafat ini menempatkan manusia sebagai objek utama dalam pendidikan, dengan harapan individu dapat mengembangkan potensinya secara optimal.

Dalam kurikulum baru ini, pendidikan menekankan pada proses kognitif dan afektif, menggabungkan kapabilitas dan potensi manusia sehingga mereka bisa mandiri dan mencapai aktualisasi diri sebaik-baiknya. Peran guru menjadi sangat penting dalam meningkatkan kualitas pembelajaran melalui kurikulum baru. Guru bertanggung jawab menciptakan pembelajaran yang efektif, bermakna, dan bermutu dengan fokus pada penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa. Prinsip objektivitas, komprehensif, dan kesinambungan harus dipegang oleh guru dalam mencapai tujuan pendidikan.

Selama pandemi, kerjasama dengan lembaga pendidikan sangat penting untuk mengelola inovasi dalam pembelajaran dengan kebijakan kurikulum baru. Namun, ada guru yang kurang memiliki kesadaran kritis mengenai peran mereka sehingga sulit mengembangkan pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum baru ini. Pandemi Covid-19 telah memengaruhi dunia pendidikan dan peran guru sangat penting untuk mengatasinya.

Motivasi belajar siswa adalah faktor kunci dalam keberhasilan pembelajaran. Guru harus membangun motivasi ini agar pembelajaran bermakna. Penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran daring dapat memengaruhi motivasi belajar siswa, menunjukkan perlunya kerjasama antara guru dan orang tua dalam mendampingi siswa selama proses pembelajaran. Setelah motivasi belajar tertanam, guru dapat fokus menciptakan pembelajaran yang bermakna yang dapat diaplikasikan siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam menjalankan peran dan fungsinya, guru perlu melibatkan semua komponen pendidikan, baik internal seperti kebijakan kurikulum baru, maupun eksternal seperti lingkungan pendidikan. Kerjasama antar guru dan refleksi diri sangat penting dalam menghadapi perubahan kurikulum. Tanpa perubahan kualitas dalam diri guru, peningkatan hasil belajar siswa dan mutu pendidikan tidak akan tercapai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun