Mohon tunggu...
ANANDA ALFIKRO
ANANDA ALFIKRO Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa UIN Walisongo Seorang Pengajar, Peneliti, dan Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Mama Soegra: Pelopor Genre Tarling, Sebuah Kesalahan dan Akulturasi Kebudayaan

3 Januari 2024   08:00 Diperbarui: 3 Januari 2024   08:04 617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto 4: H. Abdul Adjib, Maestro Tarling Cirebon

     Dan perkembangan keempat terjadi pada tahun 2010 an sampai sekarang dimana semua unsur-unsur yang melekat pada kesenian Tarling sudah tidak diindahkan lagi. Artinya, semua unsur itu telah hilang yang tersisa hanya satu unsur yang masih melekat yakni, konsep penggunaan bahasa daerah. Masa ini Tarling menjadi banyak dikolaborasaikan dengan berbagai genre musik misalnya Tarling yang dipadupadankan dengan genre Pop, Rock, Jazz dan lainnya. Hal itu mungkin membuat antara seniman Tarling menjadi sebuah tantangan bagi kelestarian musik Tarling yang masih original ini karena, memang semua unsur dan syarat musik disebut tarling sudah hilang dan itu tidak bisa dikatakan sebagai musik tarling untuk kedepannya.

Foto 6. Tarling generasi ke Empat
Foto 6. Tarling generasi ke Empat
Tarling:  Disrupsi dan Kepunahan penggemar Tarling

           Sudah dari awal dijelaskan bahwa memang dunia semakin hari kian kompleks dan kian merambah pada kemajuan intelegency sehingga, mempengaruhi pola pikir, kebiasaan dan sudut pandang sebuah masyarakat. Memang pada awalnya masyarakat Indramayu khususnya merasa terhibur akan kesenian tarling yang dibawakan oleh mama Soegra namun, seiring berjalannya masa semua itu kini hanya tinggal kisah masa lalu yang mungkin tidak bisa diceritakan dimasa sekarang. Mengapa? Karena gempuran disrupsi media dan globalisasi yang pesat mendorong semua orang harus berfikir maju dan mengikuti trend masa kini, masyarakat sekarang jarang yang mengetahui Tarling itu apa? Dan bunyi musik asalnya seperti apa dikarenakan pergumulan waktu itu kian hari kian menyampingkan Tarling yang terguras waktu itu

            Tak banyak juga para seniman Tarling menggunakan sebuah upaya pelestarian Tarling di Indramayu namun, pelestarian itu hanya bersifat sebagai akulturasi budaya saja dimana instrumen dan melodi asli dari Tarling terkikis dengan dipadupadankannya sebuah instrumen itu. Tarling kini sudah mulai hilang jati dirinya para seniman Tarling kini hanya tinggal menunggu kapan waktu Tarling itu akan berakhir. Pemerintah daerah Indramayu tidak bisa melakukan sebuah langkah awal pelestarian genre Tarling ini, mengapa demikian? Ya, karena memang mempelajari tarling tidak semudah seseorang bernyanyi saja, perlu waktu bertahun-tahun agar bisa mencocokan suara dengan melodi dari petikan gitar dan iringan seruling itu. Dahulu para seniman Tarling bisa dikenal masyarakat luas karena suara khasnya yang syahdu namun, naas sekarang hal itu sudah tidak ada lagi pewaris dan estafetisasi dari musik Tarling peninggalan Mama Soegra itu.

            Sebagai Genereasi penerus melihat fenomena seperti itu terdapat kesedihan luar biasa mengingat nenek penyusun sendiri seorang Sinden dijamannya. Tak heran melihat anak remaja seumuran ketika ditanya terkait Tarling kebanyakan dari mereka godeg ( menggelengkan kepala ) padahal bagi penyusun sendiri sosok Mama Soegra sudah menjadi Pahlawan Kebudayaan yang memang sudah terakui secara regional oleh Gubernur Jawa Barat. Jika melihat dari segi upaya pemerintahan belum ada sebuah upaya pelestarian dari Tarling dimasa depan semuanya masih abstrak dan tidak ada arah untuk pelestariannya. Perlunya regenerasi terhadap Tarling yang dicetuskan oleh Mama Soegra menjadi problematika semua masyarakat dimana saat ini sudah tidak ada lagi remaja yang menyukai kebudayaan. Mereka menganggap musik Tarling adalah musik yang aneh, lawas, dan tradisional.

         Berbeda jika kita lihat secara formalitas memang pemerintah daerah sudah membuatkan tugu Tarling dan menamakan sebuah gedung dibelakang Pendopo ( kantor Bupati Indramayu ) dengan gedung kesenian Mama Soegra yang menandakan bahwa Mama soegra adalah sebuah insan kepahlawanan daerah yang mempunyai peranan penting namun terlupakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun