Menurut Zentall dan Smith (Vaughn, dkk, 2013) siswa dengan gangguan perilaku kesulitan belajar, gangguan mental, ketidakmampuan dalam belajar, dan bermasalah dalam fokus atau perhatian dalam belajar biasanya mendapatkan nilai lebih rendah dibanding anak-anak seusianya dalam pembelajaran matematika. Adapun beberapa kesulitan belajar siswa dalam matematika ditandai dengan tidak memiliki keterampilan perhitungan untuk menyelesaikan masalah secara memadai, kesulitan dalam memahami masalah, dan masalah yang berkaitan dengan prosedur penyelesaian matematika. Â
Tidak semua kesulitan murid dengan matematika selalu berkaitan dengan pengetahuan anak dalam matematika, adapun contoh masalah lain dalam mencerminkan masalah matematika yaitu :Â
Masalah memori (daya ingat)Â
Kesulitan dalam mengingat masalah matematikaÂ
Lemahnya keterampilan menghitung dan menganalisisÂ
Kesulitan memahami tanda-tanda operasi.Â
Kesulitan dalam penalaran matematikaÂ
Kesulitan belajar matematika anak juga terdapat pada daerah kognisi matematika seperti kemampuan untuk memecahkan masalah cerita yang relatif kompleks dan yang terkait dengan bilangan. Menurut Wood (dalam Untari, 2014) bahwa beberapa karakteristik kesulitan siswa dalam belajar matematika adalah sebagai berikut: (1) kesulitan membedakan angka, simbol-simbol, serta bangun ruang, (2) tidak sanggup mengingat dalil-dalil matematika, (3) menulis angka tidak terbaca atau dalam ukuran kecil, (4) tidak memahami simbol-simbol matematika, (5) lemahnya kemampuan berpikir abstrak, (6) lemahnya kemampuan metakognisi (lemahnya kemampuan mengidentifikasi serta memanfaatkan algoritma dalam memecahkan soal-soal matematika). Â
Faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar matematika anak, berupa faktor yang berasal dari dalam diri dan dari luar diri anak.Â
Faktor dari dalam diri anakÂ
Tidak mempunyai tujuan belajar yang jelasÂ