Mohon tunggu...
Ananda Firman
Ananda Firman Mohon Tunggu... Lainnya - Fasilitator pendidikan

Guru sebagaimana semua orang

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Syukurlah,Sampai Puncak Sejati

9 Februari 2012   18:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:51 1733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gunung Raung adalah gunung yang sedikit menarik perhatian para pendaki,gunung ini merupakan gunung yang relatif jarang di daki apabila di bandingkan dengan gunung lain yang ada di Jawa Timur, karena beberapa jalur pendakian yang ada sangat menanjak dan masalah utama gunung ini adalah minimnya sumber air sehingga,gunung ini hanya sering di daki oleh para pencinta alam dan penggiat alam bebas yang benar-benar siap menghadapi resiko dan beban yang berat, padahal gunung ini adalah gunung dengan pemandangan puncak yang luar biasa.

Gunung Raung merupakan gunung strato volcano  dan secara geografis terletak di Kabupaten Banyuwangi, Jember dan Bondowoso, secara astronomis terletak pada 08° LU-07° LS dan 114° BB-021°BT.

Gunung ini telah memikatku sejak pertama melakukan pendakian,hingga  berkali-kali mendaki gunung yang kokoh dan indah ini,dan kali ini  pendakianku menuju puncak Gunung Raung  dengan melaui  jalur yang berbeda dan untuk ini untuk pertama kalinya.

11 September 2011,Terhenyak dari tidur karena Bunyi alarm dari ponsel,mataku yang terbuka langsung saja menatap pemandangan  di dalam tenda yang berantakan,tumpukan kantong tidur dan barang-barang memenuhi tenda, tiba-tiba  udara dingin dari luar masuk dengan leluasa, ternyata pintu tenda  sudah terbuka,, reseleting kantong tidur mulai aku buka,mataku memperhatikan kanan dan kiri,kawan-kawan yang lain ternyata sudah terbangun,dan ada beberapa yang mulai keluar tenda.

Pagi ini berkabut dan angin cukup kencang bertiup,tapi ini tidak mempengaruhi semangat kami, dan masih  seperti biasa  ada riuh canda di pagi hari,sambil menikmati kekonyolan-kekonyolan yang datang tak di sengaja waktu melakukan aktifitas pagi,memasak dan mempersipakan diri,kami juga mulai memeriksa kembali kondisi tali karmantel,beragam carabiner,tali prusik,runner,webbing,figure eigth dan harness, semua butuh di perhatikan karena kami akan mulai melakukan perjalanan terberat dari pendakian ini.

[caption id="attachment_169784" align="aligncenter" width="300" caption="Bencot,Menco,Kelor,Pancing"][/caption]

Sebelum sampai Pos 4  dengan ketinggian 3023 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini. sebelumnya kami sudah melakukan perjananan selama  4 hari.

Berawal dari Kota Jember tanggal 7 september 2011,kami menuju kecamatan Kalibaru-Banyuwangi,kemudian menuju Desa Wonorejo dengan berkendara, dari Desa Wonorejo kami berjalan kaki melalui perkebunan kopi dengan jalur menanjak  menuju pos 1, sampai pos 1 kami menyeberang punggungan melalui lembah sungai dan naik kembali dengan tujuan rumah Keluarga Sunarya dan bermalam disana,hingga keesokan harinya kami berjalan lagi.

Pagi itu dari kediaman Keluarga Sunarya yang ramah tiada terkira, kami turun  menuju lembah sungai untuk mengambil air, Dan dengan persedianan 10 liter air untuk masing-masing pendaki,kami mulai menapak pelan menuju pos 1 di  ketinggian 980 mdpl kemudian menuju pos 2 melalui kebun kopi dan kemudian masuk hutan heterogen dengan bermcam vegetasi.

Sampai Pos 2  yang tingginya 1431 mdpl dan berada di tengah belantara, tempat ini luas untuk di jadikan areal camp, namun pohon-pohon tinggi tumbuh yang tumbuh  di areal camp membuat udara sedikit lembab, kamipun bermalam  sebelum keesokan harinya  menuju Pos 3.

Pos 3 adalah tempat camp yang berada di punggungan yang tidak luas,tempat datar untuk camp bertingkat seperti undakan, diantara tinggi pohon cemara kami kembali mendirikan tenda untuk istirahat dan dari  ketinggian 2285 mdpl dari pos 3 ini esok harinya  kami berjalan lagi menuju pos 4,dan akhirnya baru kemarin sore kami sampai di pos 4 ini.

Dari pos 4  jalur pendakian raung menuju puncak sejati Gunung Raung adalah jalur terberat dari beberapa jalur menuju bibir caldera gunung raung.dan puncak sejati adalah puncak tertinggi dengan jalur yang konon  luar biasa indah.

Sebenarnya ada 2 jalur pendakian menuju puncak sejati Gunung Raung,pertama adalah jalur yang kami lalui ini,dan yang kedua adalah jalur melalui kecamatan Glenmore,dan diantara dua jalur pendakian itu,jalur Kalibaru adalah jalur yang paling ekstrim.

Setelah sarapan pagi dan persiapan kami mulai memakai harness sebagai alat safety untuk pendakian, setelah semua persiapan akhirnya kami berdiri melingkar berhadapan,berdoa bersama,kami benar-benar khidmat mengucapkan doa-doa berharap keselamatan dan kemudaan dalam melakukan perjalanan,kami benar-benar berusaha keras mengumpulkan keberanian untuk perjalanan yang konon katanya Rock N Roll track ini .

Tenda kami biarkan bediri di Pos 4,kami hanya membawa perlatan seperlunya saja,karena nanti kita akan kembali dari puncak dan bermalam sekali lagi di pos 4.

Kaki kami mulai menginjak jalur setapak menuju puncak, melalui beragam vegetasi khas ketinggian,ada pohon cantigi yang coklat kemerahan batangnya dan ada bunga adelweis yang sedang mekar dengan indahnya,dan kamipun mulai berjalan  menuju puncak Gunung Wates atau Puncak Bendera,spot dimana kita dapat melihat jalur pendakian yang akan kami  lalui dengan jelas.

Puncak bendera adalah puncak punggungan,di puncak ini ada bendera merah putih yang terpancang di tiang besi dan dengan pondasi tumpukan batu,dari puncak inilah kami dengan leluasa memandangi jalur yang  akan kami tempuh.

Langit cerah pagi ini,mentari pagi tampak menguning di ufuk timur,awan putih dan langit kebiruan menjadi atap yang  indah. Aku coba menatap seksama jalur pedakian,memandangi geligir tipis menuju puncak dengan kanan-kiri jurang, tampak di kejahuan beberapa puncakkan terjal yang harus di lalui. Tegang itu yang pasti aku rasakan,menghirup nafas dalam-dalam coba menyakinkan diri bahwa semua pasti bisa di lalui.

Perjalanan di mulai lagi, turun melalui geligir sempit menuju arah puncak,jalur  sempit dan agak miring,kami harus benar-benar mamantapkan pijakan,karena batuan di sini benar-benar labil.

Kami bergerak bersama  di depan sendiri ada Bencot (Pulung Rahardjo),lelaki gondrong dengan rambut ikal ini satu-satunya orang dalam tim yang pernah menempuh jalur ini,di susul Pancing (Adam),pria muda yang merupakan atlit panjat dinding, yang nantinya benar-benar kami andalkan dalam proses pemanjatan,kemudian di susul Kelor (Indana Putri),perempuan satu-satunya yang selalu memeriahkan perjalanan,baru kemudian aku,dan di belakangku ada Menco (Novan Adi),pria hitam manis yang giat dan semangat meminta kami berpose untuk di foto.

[caption id="attachment_169847" align="aligncenter" width="240" caption="Jalur dari Puncak Bendera menuju Puncak 17"]

1328810714215505085
1328810714215505085
[/caption]

Jalur mulai  benar-benar ekstrim aku dan kawan-kawan harus turun di celah sempit, Bencot turun sambil membawa ujung tali pipih dari serat sintetis yang biasa kami sebut webbing,tali ini adalah tali safety kami untuk menuruni celah tipis dimana cadas dinding jurang harus kami lewati, setelah tali terpasang,kami satu persatu menuruni jalur tipis.

Setelah melalui geligir tipis kami berjalan lagi dan akhirnya bertemu tantangan terberat berikutnya yaitu puncak 17. Di mana kami harus memanjat dinding batu yang rapuh untuk sampai jalur berikutnya yang berada di puncak.

Di bawah sebelum naik ke  puncak 17 kami coba cooling down dan sambil mempelajari jalur pendakian, puncak 17 adalah puncak berbentuk piramida yang terjal dan harus di panjat menggunakan tali untuk melaluinya. Adam mengambil peran sebagai pemanjat perdana,baru kemudian kami naik satu persatu, dengan bantuan tali karmantel.

[caption id="attachment_169848" align="aligncenter" width="210" caption=" Naik menuju Puncak 17"]

1328811385445637127
1328811385445637127
[/caption]

Di atas puncak 17 jalur masih tipis antara ½ sampai 1 meter saja. Adrenalin cukup terpompa hebat. Kami harus bergerak pelan menuruni puncak 17 . Tali karmantel mulai di fungsikan lagi, jalur terjal ini kami nilai sangat berbahaya apabilaharus  kami turuni tanpa tali,akhirnya kami menggunakan tali karmantel dan menggunakan  teknik rapeling untuk menuruninya.

Setelah semua turun tali kami biarkan terpancang karena kami akan menggunakannya lagi untuk naik sepulang dari puncak.

Kami kembali  istirahat sebentar sambil mengamati jalur pendakian berikutnya, tampak di kejauhan puncak-puncak runcing yang di sebut puncak tusuk gigi, kami mulai lagi coba memantapkan hati untuk melalui puncak terjal mendaki.

Sambil menatap jauh ke puncak Tusuk Gigi kami mulai perjalanan lagi, mulai menapakkan kaki di atas  batu-batu yang berserakan di sepanjang jalur menanjak ke arah puncak.

[caption id="attachment_169850" align="aligncenter" width="300" caption="Jalur Tusuk Gigi"]

13288120102063782337
13288120102063782337
[/caption]

Akhirnya puncak tusuk gigi sudah sangat jelas di depan mata,tapi jalur menuju puncak sejati ada di balik puncak Tusuk Gigi itu, dan tujuan awal kami adalah celah batu di antara puncak tusuk gigi,Bencot yang sebelumnya pernah menapakkan kaki di puncak mengarahkan langkah kami untuk menuju celah batu yang mirip gua,memasuki celah batu itu ternyata kami bertemu jalur naik. Dan sebentar saja ternyata kami sudah melihat bahwa ini adalah jalur akhir.

[caption id="attachment_169855" align="aligncenter" width="300" caption="View Puncak Tusuk Gigi"]

13288129161022428869
13288129161022428869
[/caption]

Sampai di puncak Sejati tampak beberapa anchor besi tertancap dan ada beberapa plang triangulasi yang menunjukkan ketinggian 3344 mdpl.

Ucapan syukur dari lubuk hati mengalun deras. Kami saling bersalaman mengucapkan selamat satu sama lain,Pencapaian ini benar-benar patut untuk dirayakan.

[caption id="attachment_169820" align="aligncenter" width="270" caption="Jalur di bawah Puncak Tusuk Gigi"]

13287982201745234766
13287982201745234766
[/caption]

Perjalanan ekstrim dan penuh tantangan ini memang benar-benar perjalanan yang terberat yang pernah aku lalui. Ini kali pertama aku menatap kawah raung dari sisi berbeda, pendakian dengan jalur yang benar-benar mengguncangkan hati,  dan benar-benar jalur pendakian terberat yang pernah aku lalui.

Langit siang ini sangat cerah,anginpun bergerak semilir dan tak terlalu kencang, benar-benar cuaca cerah dan indah,kami benar-benar menikmati suasana dan pemandangan puncak ini.

Puncak sejati Gunung Raung adalah puncak tertinggi di antara bibir caldera puncak raung lainnya. Dari puncak ini kita bisa melihat kawah gunung raung, yang merupakan kawah indah dengan dinding-dinding tampak kokoh dan dingin, kawah ini merupakan kawah terbesar kedua setelah gunung tambora, Kawah Gunung Raung luasnya sekitar 750 m x 2,250 m dengan kedalaman kurang lebih 500 m dan masih selalu mengeluarkan asap sulfatra, dan sejak tahun 1953 tercatat telah mengalami letusan sebanyak 57 kali.

Euforia rupanya harus di redam,dalam hening syukurku sayup-sayup aku teringat lagi bahwa kami masih harus melanjutkan perjalanan untuk melalui jalur ekstrim ini sekali lagi untuk menuju tujuan utama kami yaitu pulang dengan selamat sampai rumah dan mengabarkan indahnya Puncak Sejati Gunung Raung pada dunia.

[caption id="attachment_169796" align="aligncenter" width="300" caption="Puncak Sejati Gunung Raung 3344 Mdpl"]

13287889161275629146
13287889161275629146
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun