Mohon tunggu...
Ananda DiasRevalina
Ananda DiasRevalina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menggunakan Dongeng Berbasis Kearifan Lokal untuk Meningkatkan Minat Baca

3 Desember 2024   14:25 Diperbarui: 3 Desember 2024   14:25 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tingkat literasi membaca yang rendah di Indonesia telah berkembang menjadi masalah yang signifikan yang membutuhkan perhatian serius. Menurut data yang dirilis oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia berada di peringkat ke-60 dari 61 negara dalam Daftar Negara Paling Cerdas di Bumi. Hanya 1% orang di Indonesia memiliki minat yang besar dalam membaca. Kondisi ini sangat kontradiktif karena membaca adalah bagian penting dari pendidikan dan perkembangan anak.

Aktivitas membaca memiliki banyak peran dalam pertumbuhan anak. Pertama, membaca membantu anak memahami dunia sekitar dan berfungsi sebagai jendela pengetahuan. Kedua, kegiatan membaca membantu anak memperluas perbendaharaan kata mereka. Ketiga, membaca adalah sarana yang efektif untuk meningkatkan pemikiran kritis dan analitis. Keempat, membaca membuka imajinasi anak-anak. Yang tidak kalah penting, membaca berkontribusi pada perkembangan kecerdasan emosional anak-anak karena membantu mereka memahami berbagai perspektif dan perasaan karakter yang digambarkan dalam cerita yang mereka baca.

Berbagai faktor internal dan eksternal dapat digunakan untuk menganalisis fenomena minat baca yang rendah di Indonesia. Dalam studinya, Mardina menemukan komponen inti utama, yaitu pesatnya kemajuan teknologi yang membuat game online menjadi pilihan hiburan yang lebih menarik bagi anak-anak. Perangkat elektronik dengan berbagai fungsinya telah menggantikan buku sebagai sarana hiburan dan pendidikan. Salah satu tantangan terbesar dalam upaya meningkatkan literasi adalah pergeseran fokus dari aktivitas membaca ke penggunaan gawai dan media sosial.

Salah satu cara yang efektif untuk menumbuhkan minat baca pada anak-anak adalah dengan mendongeng. Mendongeng bukan sekadar bercerita secara lisan; itu adalah alat pembelajaran yang rumit dengan banyak manfaat. Dongeng memiliki potensi untuk menyebarkan nilai-nilai moral, membangun karakter, dan meningkatkan kemampuan literasi anak-anak, karena merupakan bentuk cerita yang telah melekat dalam tradisi berbagai budaya di seluruh dunia.

A. Mendongeng sebagai Katalisatorpenting Peningkatan Minat Baca


Dongeng, sebagai peninggalan sastra lisan, memiliki banyak pelajaran dan nilai. Mengingat konsep Horace tentang "dulce et utile", dongeng memiliki dua tujuan penting: 
menghibur (dulce) dan bermanfaat (utile). Dengan keseimbangan kedua elemen ini, anak-
anak memiliki pengalaman belajar yang ideal di mana pembelajaran terjadi tanpa tekanan
psikologis.


Dongeng menimbulkan kompleksitas emosional dan memicu berbagai respons
psikologis yang positif:

 
1) Stimulasi Imajinasi: Dongeng membantu anak mengembangkan kreativitas d
an pemikiran mereka.

2) Empati Emosional: Pendengar dapat merasakan berbagai emosi yang dialami oleh karakter-karakter dalam cerita.
3) Pembelajaran Nilai: Cerita menginternalisasi pesan moral secara alami.

4) Pengayaan Kosakata: Menggunakan bahasa naratif meningkatkan perbendaharaan kata.

 
Berbagai observasi empiris di pendidikan dasar telah menunjukkan bahwa mendongeng dapat meningkatkan minat baca. Dengan menerapkan sesi mendongeng selama 15 menit sebelum pelajaran formal, terjadi peningkatan yang signifikan dalam:

 
* Semangat siswa untuk aktivitas membaca
* Kemampuan untuk memahami teks
* Daya konsentrasi belajar
* Participasi aktif dalam diskusi di kelas


Teori perkembangan kognitif anak masih dalam tahap operasional konkret, tetapi pendekatan pembelajaran berbasis dongeng sejalan. Metode ini mengatasi perbedaan antara kebutuhan anak untuk pengalaman konkret dan kontekstual dan pembelajaran abstrak. Dongeng membantu pemikiran bergerak secara bertahap dan natural dari konkret ke abstrak melalui struktur cerita yang terstruktur.

B. Pendekatan Kearifan Lokal Kalimantan dalam Pengembangan Literasi: Revitalisasi Dongeng dan Permainan Tradisional

Di Taman Venus di pemerintahan Bukit Pelangi Sangatta, Kutai Timur, ada acara mendongeng yang menunjukkan pengabdian masyarakat dan upaya sistematis untuk memasukkan kearifan lokal Kalimantan ke dalam pengembangan literasi anak. Program ini menggabungkan berbagai jenis cerita untuk memenuhi tahap perkembangan kognitif anak usia sekolah dasar.

Dongeng Kalimantan Memiliki Merkmale Khusus :

1. Menggunakan hewan endemik seperti kura -- kura, kura, kancil, dan buaya sebagai tokoh utama

2. Menggabungkan prinsip -- prinsip filosofis kedaerahan

3. Komunikasi pesan moral dan religius yang relevan

4. Personifikasi karakter hewani untuk meningkatkan logika dan kreativitas

Analisis Kuantitatif Dampak Program menunjukkan bahwa memasukkan permainan tradisional ke dalam aktivitas mendongeng meningkatkan minat baca. Capaian awal 53,2% (pra-intervensi) dan capaian akhir 71% (pasca-intervensi). Sedangkan peningkatan yang dicatat setiap minggu adalah 12% pada minggu pertama; 24% pada minggu kedua; dan 4% pada minggu ketiga.

Revitalisasi dongeng dan permainan tradisional menggunakan pendekatan komprehensif ini tidak hanya sebagai cara untuk melestarikan budaya tetapi juga sebagai alat yang berguna untuk menumbuhkan literasi dan membangun karakter untuk generasi mendatang.

Mendongeng adalah bagian penting dari budaya Indonesia, menunjukkan kekayaan tradisi yang telah diwariskan selama berabad-abad. Aktivitas bertutur ini lebih dari sekedar tradisi bercerita. Ini merupakan gambaran yang lebih rumit dari rantai transfer pengetahuan dan prinsip kearifan lokal antar generasi. Melihat dan menerapkan program pengabdian masyarakat, ditemukan bahwa memasukkan permainan tradisional ke dalam kegiatan mendongeng secara signifikan meningkatkan penyampaian pesan dan pengembangan literasi anak. Pengalaman pembelajaran yang lebih dinamis dan memikat dihasilkan ketika kegiatan mendongeng diperkaya dengan elemen permainan tradisional.

Anak-anak tidak hanya mendengarkan, tetapi juga berpartisipasi secara aktif dalam memahami dan menginternalisasi nilai-nilai yang disampaikan. Metode ini memungkinkan untuk mempertahankan nilai pedagogis dari aktivitas mendongeng sambil membuat lingkungan belajar yang menyenangkan. Anak-anak memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang konteks budaya mereka berkat elemen kearifan lokal dalam dongeng. Anak-anak dapat membangun ikatan emosional yang lebih kuat dengan warisan budaya mereka melalui cerita yang familiar dengan kehidupan sehari-hari. Pengembangan kemampuan literasi dan pelestarian nilai-nilai tradisional keduanya didukung oleh proses ini. Mengingat kompleksitas masalah yang dihadapi dalam era digital, penelitian lanjutan dalam bidang ini semakin mendesak.

Untuk memaksimalkan potensi mendongeng sebagai alat pendidikan dan pelestarian budaya, diperlukan pendekatan multidisipliner yang menggabungkan berbagai sudut pandang keilmuan. Penelitian mendalam tentang bagaimana elemen tradisional dan modern bekerja sama dalam mendongeng akan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang modifikasi yang diperlukan untuk mempertahankan relevansi tradisi ini. Dengan pengembangan metodologi dan materi mendongeng yang berbasis penelitian, fondasi teoretis dan praktis untuk pelaksanaan program serupa akan diperkuat di masa mendatang. Tradisi mendongeng dapat terus berkembang sebagai media pembelajaran yang berguna sekaligus menjadi tempat pelestarian kearifan lokal yang penting.

REFERENSI

Annisa Putri, a. F. (2021). Pelaksanaan Literasi Membaca Di Sekolah Dasar. Jurnal Pedagogi Dan Pembelajaran 4, no. 3. https://doi.org/10.23887/jp2.v4i3.40796.

Azizah, N. (2021). Membangun Kemampuan Literasi Anak Melalui Dongeng Dan Permainan Tradisional. Jurnal Kualita Pendidikan 2, no 3. https://doi.org/10.51651/jkp.v2i3.147.

Dewi, N. W. (2020). Membangun Komunikasi Dan Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini Melalui Metode Mendongeng. WIDYALAYA: Jurnal Ilmu Pendidikan 1 (1).

Munthe, D. H. (2019). Dampak Pengembangan Buku Cerita Bergambar Untuk Anak Usia Dini. Scholaria : Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan 9, no. 3 , 203 - 216. https://doi.org/10.24246/j.js.2019.v9.i3.p203-216

Nugraha, R. A. (2022). radisi Tutur Lisan Dongeng Di Era Digital Oleh Orangtua Terhadap Anak Di Kampung Kaum Kabupaten Cianjur. VISI PUSTAKA: Buletin Jaringan Informasi Antar Perpustakaan 23, no. 3. https://doi.org/10.37014/visipustaka.v23i3.1082.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun