Tidak bisa dibohongi, penyebaran virus Corona secara masif di seluruh dunia merupakan pukulan keras bagi industri penerbangan global. Secara kasat mata, bandara menjadi saksi atas berkurangnya secara drastis masyarakat yang hendak bepergian, baik perjalanan domestik maupun internasional.Â
Berkurangnya seat load factor penumpang di pesawat sangat berpengaruh terhadap pendapatan maskapai maupun operator bandara. Turunnya angka penumpang disertai dengan naiknya harga dolar mengakibatkan maskapai ogah beroperasi, dikarenakan beberapa komponen biaya operasional maskapai dibayarkan dalam kurs dolar.
Bagi bandara sendiri, beberapa komponen pendapatan aeronautika anjlok, seperti passenger service charge (PSC) atau yang kita kenal sebagai airport tax, biaya pendaratan pesawat, biaya parkir pesawat, dan lain-lain, seiring dengan berkurangnya penumpang akibat momok menakutkan COVID-19.
Berkaca pada data yang dimiliki oleh BUMN operator bandara, PT Angkasa Pura II (Persero), penurunan penerbangan internasional turun mencapai angka 25%, sementara penerbangan domestik relatif masih tinggi, yakni 75%. BUMN PT Angkasa Pura I (Persero) pun menaksir kerugian akibat virus Corona mencapai Rp 207 miliar.
Berkurangnya penumpang pasti berpengaruh juga terhadap pendapatan non-aero bandara seperti tenant dan transportasi antarmoda. Hari ini, seorang ibu penjual makanan di salah satu tenant Bandara Kertajati 'curhat' sama saya.
"Neng, kemana aja.. ibu udah lama gak liat."
"Iya ibu, maaf minggu ini lagi sering bawa bekel ke kantor. Hehehe."
"Sok atuh makan di sini. Ini gimana ya neng sepi, gak kayak biasanya. Kalau bisa, biaya sewanya dikurangi atuh ya.. ibu berat bayarnya. Hehehe.", si ibu masih senyum sambal sedikit meringis.
Saya menjawab dan mencoba menenangkan, " Iya ibu, mudah-mudahan ya ada kebijakan supaya meringankan tenant.. mudah-mudahan ya bu. Ibu tetap semangat yaa!"
------------------------------
Begitulah, teman-teman. Betapa dahsyatnya dampak COVID-19 ini terhadap industri penerbangan, tidak terkecuali di Indonesia. Saya memutuskan untuk menulis jurnal ini agar dapat membagikan cerita bagaimana suatu wabah dapat berdampak besar terhadap operasional dan pendapatan di dunia kebandarudaraan, termasuk di Bandara Kertajati. Selain berbagi, saya pun berharap agar tulisan ini menjadi sejarah di dunia penerbangan Indonesia untuk beberapa tahun yang akan datang.