Mohon tunggu...
Ananda Putri Fauziah
Ananda Putri Fauziah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Pendidikan Sosiologi UNJ

🌾🌾

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pandemi Covid-19 sebagai Pemersatu Bangsa: Bantuan Sosial Lintas Iman JIC

3 November 2021   02:38 Diperbarui: 3 November 2021   02:45 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandemi Covid-19 sudah berlangsung hampir dua tahun lamanya, masih banyaknya kasus Covid-19 membuat kita masih menerka-nerka kapankah Pandemi ini akan berakhir. Masih segar diingitan kita semua bagaimana Covid-19 atau Virus Corona ini tiba-tiba menjadi wabah yang menyerang hampir seluruh Negara di dunia, terdeteksi bahwa awal kmunculan Virus Corona ini bermula dari Wuhan, Cina yang akhirnya menyebar dengan cepat. 

Penyebaran Virus Corona yang cepat tidak lepas dari bagaimana cara penularan virus ini, berdasarka penelitian Virus Corona dapat menular dari percikan air liur dari individu yang terjangkit Covid-19, gejala yang hampir sama dengan flu biasa membuat diawal kemunculan Covid-19 ini sulit terdeteksi jika tidak melalui tes lab, karena hal ini bagi individu yang tidak sadar bahwa ia terjangkit Covid-19 sangat berisiko tinggi untuk menularkan ke orang lain kerana tidak adanya mawas diri. 

Seiring berjalannya waktu peneliti akhirnya dapat mengetahui gejala umum dari Covid-19 sehingga bagi mereka yang memiliki gejala ini untuk disegarakan ke rumah sakit untuk tindakan lebih lanjut. Upaya lainnya datang dari pemerintah terutama di Indonesia yang pada akhirnya mengelurakan kebijakan-kebijakan baru untuk memutus rantai penularan Covid-19, seperti lockdown bagi daerah zona merah, PSBB dan PPKM.

Dampak yang ditimbulkan dari Covid-19 yaitu hampir seluruh kegiatan terhenti sejenak, masyarakat dan pemerintah masih memproses tentang apa yang terjadi saat itu. Berbagai sektor sedikit banyaknya mengalami dampak dari pandemi Covid-19 sebagai contoh dari bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi, dampak ini tentu saja menimbulkan kerugian yang cukup fatal karena berbagai macam kegiatan terpaksa dihentikan sejalan dengan diberlakukannya kebijakan pemerintah. 

Dampak yang dirasakan pada bidang kesehatan adalah karena banyak pasien Covid-19 yang tidak dapat dikendalikan lagi membuat banyak rumah sakit cukup kewalahan dan banyak kamar yang terisi penuh serta kurangnya tenaga medis, dari bidang pendidikan karena dilaranggnya berkumpul dalam jumlah besar para siswa dari tingkat TK – Universitas menjalankan pembelajaran dari rumah yang menyebabkan penyesuaian baru bagi pengajar dan pelajar karena selama ini pendidikan dijalankan secara luring dan saat ini terpaksa dialihkan menjadi daring yang menimbulkan permaslaahn baru, seperti kurang maksimalnya pembelajaran, kendala sinyal, kuota internet untuk pembelajaran dan sebagainya, selanjutnya contoh dari bidang yang mengalami dampak cukup besar adalah bidang ekonomi, hampir seluruh kegiatan ekonomi baik yang bersekala besar maupun kecil mengalami penurunan yang dratis  banyak terjadi PHK massal, penurunan pendapatan dan banyak dari perusahaan  yang pada akhirnya memutuskan untuk gulung tikar karena kurangnya modal dan tidak mampu lagi membayar gaji karyawan, karena permaslaahn ini membuat angka pengangguran di Indonsia semakin tinggi keaadaan ini juga diperparah dengan adanya panic buying yang terjadi saat awal Covid-19 ini muncul yang menimbulkan kelangkaan beberapa barang yang dianggap penting saat Covid-19 seperti masker medis, handsanitizer, sabun cuci tangan, tisu toilet, bahan pangan, dan sebagainya.

Adanya kelangkaan dari berbagai jenis barang membuat mereka yang bepenghasilan rendah sulit untuk mendapatkannya, tidak hanya karena kelangkaan barang tersebut namun karena adanya oknum nakal yang memvuat beberapa barang mengalami kenaikan harga yang cukup fantastis seperti pada awal munculnya Covid-19 masker medis dan handsantizer mengalami kelangkaan walaupun ada harganya lebih mahal berkali-kali lipat dibandingakan dengan sebelum Pandemi, selanjutnya adanya panic buying yang membuat orang-orang membeli barang dalam jumlah besar yang berdampak pada kelangkaan barang tesebut, karena adanya kebijakan pemerintah yaitu PSBB membuat banyak orang untuk membeli banyak bahan pangan seperti sembako dalam jumlah banyak untuk mencukupi kebutuhan dirinya dan kelurganya. 

Bagi mereka yang memiliki pendapatan yang rendah hal ini mempersulit mereka untuk mendapatkan kebutuhan dengan harga normal bahkan lebih murah yang memicu mereka untuk terlibat hutang piutang yang pada akhirnya menimbulkan masalah baru.

Sulitnya pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang dirasakan oleh masyarakat dengan berpenghasilan rendah menjadi problematika tersendiri yang harus segera ditangani, oleh sebab itu pemerintah memberikan bantuan sosial kepada keluaraga yang tidak mampu dan terdampak Covid-19, bantuan sosial ini berupa kebutuhan pokok seperti sembako, bantuan sosial beras sejahtera (Rasta) bahkan uang tunai sebagai modal awal mereka untuk memulai usaha baru atau membuka usahanya kembali, hal ini tentu saja sangat membantu masyarakat dengan berpenghasilan rendah untuk menyabung hidupnya pada masa Pandemi seperti ini. namun sayangnya program bantuan pemerintah masih belum dapat dirakasan oleh masyarakat yang terdampak Covid-19 dan berpenghasilan rendah, masih ada saja masyarakat yang belum merasakan bantuan sosial baik itu berupa sembako maupun uang tunai, berbagai kendala membuat mereka tidak dapat mersakannya. 

Oleh sebab itu berbagai organisasi masyarakat secara bahu mambahu membantu pemerintah untuk memberikan bantuan sosial bagi masyarakat yang kurang mampu dan terdampak Covid-19, dari awal pandemi sampai saat ini tidak ada hentinya para organisasi-organisasi ini membantu masyarakat luas dan yang belum mendapat bantuan pemerintah. Organisasi yang turut andil dalam membantu menyalurkan bantuan sosial ini sangat beragam mulai dari organisasi masyarakat, organisasi kegamaan, perusahaan-perusahaan atau yayasan dan organisasi lainnya. Salah satunya adalah Jaringan Lintas Iman Tanggap Covid-19 (JIC) yang merupakan hasil dari kolaborasi antarlintas kepercayaan atau agama untuk memberikan bantuan sosial kepada masyarakat yang terdampak.

Solusi yang ditawarkan oleh JIC

            Gerakan yang dilakukan oleh JIC sendri merupakan hasil kolaborasi dari berbagai lintas agama yang sama-sama memiliki tujuan yang sama yaitu membantu pemerintah dalam penanganan kasus Covid-19. Organisasi yang ikut terlibat dalam gerakan JIC ini antara lain organisasi islam, Kristen, hindu, budha, katolik, konghucu, pemuda Muhammadiyah, NU Peduli, GP. Ansor, Pesekutuan Gereja-gereja di Indonesia Komisi HAK KWI. BAKKAT, JKMC, MATAKIN dan sebagainya. Dalam pelaksanaanya JIC melakukan pengalangan dana dari berbagai macam pihak yang ingin membantu masyarakat yang terdampak Covid-19. Solusi atau program-progaram yang dilakukan oleh JIC adalah dengan menjalin kerjasama dengan pengusaha peduli untuk menghidupakan kembali UMKM, selain menjalan kerjasama untuk menghidupkan kembali UMKM, JIC juga melakukan penggalangan dana dan menyalurkan bantuan tersebut yang senilai Rp 1,5 miliyar kepada 5.000 lebih masyarakat yang kurang mampu dan terdampak Covid19 di berbagai kota seperti DKI Jakarta, Banten dan Jawa, bantuan ini telah diberikan selama periode April-Mei 2020.

            Progam yang dilaksanakan ialah dengan mengelola dana yang diperoleh untuk dijadikan sembako atau kebutuhan lainnya untuk disalurkan ke masyarakat yang membutuhkan, karena program ini dilaksakan oleh organisasi lintas iman oleh sebab itu tidak ada batasan agama untuk dapat menerima bantuan ini semua agama boleh ikut andil dalam program ini dan semua agama boleh menerima bantuan yang diberikan. Dalam penyaluran bantuan JIC membuat beberapa titik di berbagai tepat seperti rumah ibadah atau mendatangi langsung lokasi penerima bantuan, hal ini dilakukan untuk membangun kepercayaan dan kekerabatan masyarakat yang ada tanpa melihat agama seseorang. Respons masyarakat sangat positif dalam hal ini, walaupun sempat terkejut keran yang memberi bantuan adalah keturunan Tionghoa dan berbeda agama namun itu akan membangun pemikiran positif dan muncul rasa kekerabatan.

Analisis terhadap Gerakan Sosial JIC

            Gerakan Lintas Iman atau JIC dalam membantu mengatasi masalah Covid-19 sangatalah baik, karena mengajak berbagai macam agama yang berbeda untuk bersatu padu untuk melakukan aksi kemanusian dengan memberikan bantuan sosial bagi siapa saja yang membutuhkan dan juga tidak memandang agama. Pandemi menjadi sebuah moemtum tersendiri untuk saatnya kita semua tidak lagi melakukan kekerasan yang berkaitan dengan SARA karena pada dasarnya kita adalah sama makhluk ciptaan Tuhan untuk saling menyayangi, menjaga, membantu dan hidup berdampingan dengan damai dan tentram. Dengan adanya bantuan yang diberikan oleh JIC membuat pandangan negatif terhadap suatu agama berangsur menghilang dan timbul rasa percaya dan kekerabatan.

            Apa yang dilakukan oleh JIC juga memenuhi CSR ISO 26000 yaitu tentang tanggung jawab sosial  yang mencakup semua sektor publik ataupun pribadi. Dengan JIC melakukan gerakan sosial tersebut, JIC sudah memenuhi tujuan dari CSR ISO 26000 diantaranya menghormati perbedaan budaya, sosial, lingkungan, hukum, agama dan sebagainya untuk melakukan perubahan, dimana JIC ini dalam menyalurakan bantuan dan yang menyalurkan bantuan tidak melihat latar belakang agama dan budaya mereka saling menghormati satu sama lain dan gerakan JIC ini mampu menyadarakan akan pentingnya tanggung jawab sosial, karena kita hidup bersosial membutuhkan individu lainnya oleh sebab itu ketika ada yang mengalami kesulitan kita semua memiliki tanggung jawab sosial untuk membantu.

Penutup

            Pada masa pandemi seperti saat ini sudah seharusnya kita saling bahu membahu bekerja sama untuk keluar dari masalah yang membelit, singkarkan terlebih dahulu perselisiahan antar agama budaya dan sebagainya dan bersatu untuk kebaikan bersama supaya kita semua dapat melewati pandemi bersama. Apa yang dilakukan oleh JIC dengan merangkul berbagai macam organisasi keagamaan mampu untuk mempersatukan bangsa Indonesia karena semua bekerjasama untuk saling membantu satu sama lain tanpa melihat latar belakang agama seseorang, hal ini juga sejalan dengan tujuan dari CSR ISO 26000 untuk saling menghormati perbadaan dan mengedepankan tanggung jawab sosial. Harapan kedepannya suapaya apa yang dilakukan oleh JIC dapat terus berlangsung dan banyak organisasi yang meniru konsep serupa dengan mengajak barbagai macam organisasi keagamaan dalam melakukan suatu kebaikan terutama pada masa pandemi Covid-19 seperti saat ini.

Daftar Pustaka

Amich, Alhumami., dkk. 2021. Kehidupan Beragama di Masa Pandemi: Peran Tokoh dan Organisasi Keagamaan (Studi Pembelajaran Penanganan Covid-19 Indonesia). Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Didid, Haryadi. Devira, Nur Malitasari. SOLIDARITY DURING COVID-19 PANDEMIC (A case study on the social action of Yogyakarta Food Solidarity and the Interfaith Network for Covid-19 Response). JURNAL PARTISIPATORIS, VOLUME 2 NUMBER 2, SEPTEMBER 2020 58 Page 58-74

Rio, Tuasikal. Organisasi Lintas Agama Beri Bantuan Covid-19 Rp 1,5 Miliar Lebih. 2020.

https://www.voaindonesia.com/a/organisasi-lintas-agama-salurkan-bantuan-covid-1-5-miliar-lebih/5437459.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun