Mohon tunggu...
Ananda Putri Fauziah
Ananda Putri Fauziah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Pendidikan Sosiologi UNJ

🌾🌾

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pandemik Covid-19 dan Pendidikan: Tantangan Membangun Pedagogi Kritis Analisis Henry A Giroux

13 Januari 2021   19:24 Diperbarui: 13 Januari 2021   19:31 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

 Saat ini hampir seluruh dunia sedang dilanda sebuah virus yang cukup berbahaya dan sangat cepat dalam persebarannya, virus tersebut adalah Covid-19 sesuai namanya virus ini pertama kali dijumpai pada tahun 2019.  Mengutip dari (bbc.com, 5 Desember 2020) bahwa virus Covid-19 sudah menyebar pada tanggal 31 Desember 2019 di kota Wuhan, China. Penyebaran Covid-19 juga melanda Indonesia yang diketahui penularannya berasal dari WNA yang berkontak langsung dengan salah satu WNI di Depok pada awal 2020, yang pada akhirnya menyebar luas serta ditambah oleh banyaknya WNI yang baru pulang dari luar negeri dan sebagian dari mereka terinfeksi Covid-19. Sampai saat ini jumlah pasien terinfeksi Covid-19 sudah mencapai 818.386 ribu jiwa di Indonesia (Covid.go.id, 9 Januari 2021).

Jumlah kasus yang semakin meningkat membuat pemerintah memutuskan untuk  mengeluarkan peraturan berupa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) agar menekan jumlah persebaran virus Covid-19 di Indonesia.  Dampak yang ditimbulkan dari diberlakukannya PSBB pun cukup serius bagi Indonesia mulai dari bidang ekonomi yang dampaknya langsung terasa oleh masyarat umum, karena banyak dari masyarakat Indonesia yang terkena PHK, pendapatan berukarang, banyak perusahaan yang terpaksa gulung tikar karena kurangnya modal terutama bagi pelaku UMKM. Menurut data pada tahun 2020 penurunan ekonomi sebelum diberlakukannya PSBB sudah sebesr 5% - 5,4% (Rohmah 2020:66-67) angka ini menimbulkan dampak yang besar bagi perekonomian Indonesia.

Salah satu dampak lainnya yang dapat terasa secara langsung adalah pada bidang pendidikan, dimana saat kasus Covid-19 mulai meningkat pemerintah meminta untuk setiap sekolah untuk melakukan pembelajaran jarak jaruh yang dilaksanakan seluruh jenjang sekolah, hal dilakukan demi mengurangi persebaran virus Covid-19 pada klaster Sekolah. Karena virus Covid-19 yang semakin meningkat banyak kegiatan pendidikan yang terpaksa tertunda dan banyak peaksanaan yang tidak sesuai dengan rencana, seperti pertukaran pelajar secara internasional yang terpaksa tertunda, banyak pertandingan antar sekolah baik nasional dan internasional yang tertunda ataupun dialihakan menjadi online dan pelaksanaan pembelajaran konfensional dialihkan menjadi daring, dimana sekolah menggunakan platform yang sudah ada seperti aplikasi WhatsApp, Google Class, Zoom Meeting, Slido, Google Meet dan aplikasi serupa lainnya sampai keadaan membaik dan dapat melaksanakan kegiatan pendidikan seperti sedia kala.

Pelaksanaan pembelajaran jarak jauh ini tentu saja mengalami banyak kendala , seperti kesiapan sekolah dalam pembelajaran berbasis online, kesiapan guru untuk menentukan metode pembelajaran yang tepat, kesiapan siswa selama mengikuti sekolah daring, permasalahan jaringan di daerah terpelosok, kuota internet yang dirasa terlalu mahal, dan masih banyak dari siswa yang tidak memiliki gadget untuk sarana belajar daring. Namun dengan berjalannya waktu beberapa permasalahan menenui titik terang dalam penyelesaian seperti permasalah kuota internet, pemerintah memberikan kuota belajar secara gratis bagi siswa yang nomer smart phone nya sudah terdaftar, namun permasalahan tidak itu saja masih banyak yang harus dibenahi selama pembelajaran berbasis daring ini, salah satunya adalah yang menjadi perhatian bagaiaman penyampaian materi dapat disampaikan dengan baik dan diterima dengan baik dari kedua belah pihak yaitu guru dan siswa itu sendiri, sering kali kita jumapai selama pembelajaran secara daring ini banyak siswa yang tidak memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru, seperti off camera saat menggunkan platform Zoom atau Gmeet, kemudian hanya absen saja di grup WhatsApp lalu kembali mengerjakan hal lainnya diluar kegiatan belajar mengajar, memang masih banyak kekurang dari pembelajaran berbasis daring ini. hal dapat menimbulkan kakhawatiran tersendiri, bagiamana nantinya siswa mampu bersaing di era seperti ini jika tidak memiliki pedagogi kritis akibat lalainya selama proses pembelajaran. Jika hal ini sampai terjadi maka bukan tidak mungkin pendidikan Indonesia kembali ke kurikulum KTSP 2006 yang memusatkan pembelajaran pada guru secara tidak langsung selama proses pembelajaran, sedangkan kurikulum 2013 hanya sebuah nama yang membalutnya.

Pembalajaran jarak jauh ini dapat menjadi tantangan tersendiri dalam membangun pedagogi kritis para pelajar, yang sebelumnya pendidikan di Indonesia sudah mulai membangun pendidikan yang berpusat pada siswa yang artinya menanamkan pedagogi kritis pada siswa agara mampu bertahan dan bersaiang di era globalisasi yang semakin kuat pada sekolah konfensional atau offline sebelumnya, namun dengan adanya Covid-19 ini perjalanan pendidikan untuk memciptakan siswa yang mampu berpikir kritis  menjadi panjang dan penuh dengan tantangan baik dari foktor internal yaitu dari individu itu sendiri baik dari sudut pandang guru maupun siswa atau faktor eksternal yaitu dapat dari ligkungan tempat  tinggal.

Pembalajaran Selama Pandemik Covid-19

            Masa pandemik Covid-19 seperti ini mengaharuskan kita semua untuk mengubah kegiatan yang biasanya dilakukan secara offline menjadi online, termasuk bidang pendidikan yang mengaharuskan kegiatan belajar mengajar dari rumah saja, dengan platform yang sudah ada atau beberapa sekolah mengembangkan aplikasi sendiri selama pemebelajaran online. Hal ini sejalan dengan himbauan pemerintah untuk mengalihkan proses pembelajran yang semula offline menjadi online . Dari kebijakan  tersebutlah  kemudian  berdampak  proses  pembelajaran  yang  ada  di  sekolah,  terutama buat  peserta  didik,  guru,  maupun  orang  tua  atau  keluarga  peserta  didik.(Purwanto,  A.,  dkk: 2020).  Pembelajaran secara online atau sering disbut sebagai PJJ ini merupakan sebuah alternatif supaya kegiatan pembelajaran dapat tetap berjalan seperti biasanya namun dengan beberapa perubahan didalamnya.

            Kemajuan teknologi dan informasi sebagai salah satu pendukung terlaksananya pembelajaran jarak jauh pada masa seperti ini. Menurut (Pujilestari, Jurnal 'Adalah : Buletin Hukum dan Keadilan , 2020: 53) Layanan pendidikan lain yang bisa dilaksanakan melalui sarana internet yaitu dengan menyediakan materi kuliah secara online dan materi kuliah tersebut dapat diakses oleh siapa saja yang membutuhkan. Dengan  demikian kemajuan teknologi dan infomasi sangat berperan penting dalam pembelajaran selama Pandemik Covid-19, karena guru atau tenaga pendidik lainnya dapat dengan mudah membagikan materi pembelajaran melalui platform online yang sudah ada atau melalui aplikasi pengmbang sekolah masing-masing, serta peserta didik pun dengan mudah mengakses materi tersebut.

            Pada penerapannya pemebalajaran selama pandemik Covid-19 ini sekolah dan siswa sepakat menggunakan platform seperti Zoom, Gmeet, Gclass dan WhatsApp grup untuk proses pembelajaran, dengan seperti ini guru dan siswa lebih mudah untuk bertukar informasi materi pembelajaran selama kegiatan PJJ. Dengan cara seperti ini guru dan siswa dapat melkaukan pembelajaran dimana saja dan kapan saja, cara ini dianggap efektif  untuk menyelsaikan masalah pendidikan di masa pandemik Covid-19, banyaknya sumber pengetahuan dari internet pun mendukung bagi guru dalam membuat metode pembelajran dan siswa dalam mencari referensi materi pembelajran.

            Namun dalam proses penyelenggaran PJJ ini terdapat tatangan didalamnya, seperti yang dikutip dari (Atang, 2020: 192) bahwa tidak semua anak mampu mengakses aplikasi e-learning karena kurang meunjangnya jaringan internet di beberapa daerah. Kemudian permasalahan lainnya adalah adanya kekhawatiran orang tua karena pembelajran yang terkesan monoton karena siswa hanya diam di depan layar menyimak apa yang diberikan pada guru, kemudian permasalahan lainnya menurut ( Gusty, et al.,2020:63-71)adalah bagi orang tua yang melakukan WFH maka tugas mereka menjadi bertambah dengan mengawasi serta mendapingi anak meraka selama melakukan PJJ, kemudian guru yang harus mencari metode pemebalajaran yang sesuai dengan PJJ supaya siswa tidak bosan dan apa yang disampaikan dengan baik, selanjtnya adalah ketidak siapan guru maupun tenaga kependidikan karena belum terbiasanya dengan blended learning.

            Namun tantang yang perlu dintisipasi pada pembelajran jarak jauh ini adalah bangaimana membangun pedagogi kritis siswa, karena mungkin keanyak siswa hanya hadir dalam pembelajran untuk absen saja atau hadir dengan tanpa menyimak pembelajaran dan sibuk mengerjakan hal lainnya, hal ini terjadi karena beberapa faktor baik dari dalam individu tersebut atau berasal dari lingkunan ia tinggal yang tidak mendukung untuk PJJ, tantangan dalam membangun pedagogi kritis bagi siswa dapat dianalisis menggunkan pemikiran Henry A Giroux.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun