Mohon tunggu...
Ananda Rahmadania
Ananda Rahmadania Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Sriwijaya

Saya menyukai hal yang berbau seni dan musik, saya juga suka menyanyi dan mendengarkan lagu.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kesetaraan Gender dalam Keluarga: Tantangan dan Realitas di Era Modern, Bagaimana Cara Menyikapinya?

30 September 2024   19:20 Diperbarui: 1 Oktober 2024   15:40 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesetaraan gender telah menjadi salah satu isu penting dalam masyarakat modern. Dalam konteks keluarga, konsep ini merujuk pada perlakuan yang adil dan setara antara laki-laki dan perempuan, baik dalam pembagian tugas rumah tangga, pengasuhan anak, maupun pengambilan keputusan. Meskipun kemajuan dalam hal kesetaraan gender terus berkembang, tantangan-tantangan dalam implementasinya masih sangat nyata. Banyak keluarga di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, masih terjebak dalam pola pikir tradisional yang menghambat terciptanya keseimbangan peran antara pria dan wanita.

Tantangan Kesetaraan Gender dalam Keluarga
Meski kesetaraan gender sering digaungkan, dalam praktiknya, masih banyak keluarga yang belum menerapkan konsep ini secara optimal. Berikut beberapa tantangan yang kerap muncul:

1. Norma Sosial yang Mengakar
Norma dan budaya patriarki yang telah berlangsung lama sering kali menjadi hambatan utama dalam mewujudkan kesetaraan gender di dalam keluarga. Banyak masyarakat yang masih memandang laki-laki sebagai pencari nafkah utama dan perempuan sebagai pengurus rumah tangga dan anak. Peran-peran ini dipandang sebagai sesuatu yang alami dan tidak boleh diubah, meskipun kondisi sosial dan ekonomi keluarga sudah berubah.

2. Pembagian Peran yang Tidak Setara
Dalam banyak keluarga, meskipun kedua pasangan bekerja di luar rumah, beban tanggung jawab rumah tangga dan pengasuhan anak sering kali masih dominan ditanggung oleh perempuan. Hal ini membuat perempuan memiliki beban ganda, yang bisa berdampak pada kesejahteraan fisik dan mental mereka. Sementara itu, peran laki-laki dalam pengasuhan anak masih sering dianggap sekunder, yang menghambat terciptanya hubungan yang setara.

3. Kurangnya Kesadaran dan Pendidikan tentang Gender
Banyak keluarga yang tidak menyadari pentingnya membangun kesetaraan gender dalam rumah tangga. Pendidikan tentang kesetaraan gender sering kali belum menjadi prioritas, baik di sekolah maupun dalam pendidikan informal di keluarga. Hal ini mengakibatkan pandangan dan praktik yang diskriminatif terhadap perempuan masih terus diwariskan kepada generasi berikutnya.

4. Tekanan Ekonomi
Tekanan ekonomi juga berperan dalam memperkuat ketidaksetaraan gender di dalam keluarga. Banyak laki-laki merasa tertekan untuk terus menjadi pencari nafkah utama, sementara perempuan yang bekerja sering kali harus menyeimbangkan pekerjaan dengan tanggung jawab domestik. Dalam situasi seperti ini, kesetaraan gender seringkali menjadi isu yang sulit diatasi.

Cara Menyikapi Tantangan Kesetaraan Gender dalam Keluarga

Untuk menghadapi berbagai tantangan ini, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang lebih setara:

1. Meningkatkan Kesadaran dan Pendidikan tentang Gender
Kesadaran akan pentingnya kesetaraan gender harus ditingkatkan melalui pendidikan yang lebih baik, baik di sekolah maupun di lingkungan keluarga. Diskusi terbuka mengenai peran gender, hak-hak yang setara, serta pentingnya partisipasi bersama dalam tanggung jawab rumah tangga dan pengasuhan anak harus menjadi bagian dari pendidikan sejak dini.


2. Pembagian Tugas yang Adil
Untuk menciptakan kesetaraan, pasangan suami istri harus membagi tanggung jawab rumah tangga dan pengasuhan anak secara adil. Pembagian tugas ini harus disesuaikan dengan kapasitas dan waktu yang dimiliki masing-masing pihak, sehingga tidak ada satu pihak yang merasa terbebani secara berlebihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun