Mohon tunggu...
Ananda Rahmadania
Ananda Rahmadania Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Sriwijaya

Saya menyukai hal yang berbau seni dan musik, saya juga suka menyanyi dan mendengarkan lagu.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Melampaui Hambatan: Menggali Akar Masalah Mengapa Pemberdayaan Perempuan Terhambat

11 Maret 2024   19:19 Diperbarui: 11 Maret 2024   19:21 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Menggali Akar Masalah Mengapa Pemberdayaan Perempuan Terhambat" adalah langkah yang sangat penting dalam upaya menciptakan masyarakat yang lebih adil dan inklusif. Meskipun telah banyak upaya yang dilakukan untuk mendorong pemberdayaan perempuan, namun masih banyak hambatan yang menghalangi kemajuan menuju kesetaraan gender yang sejati.

Salah satu langkah krusial dalam mengatasi hambatan-hambatan tersebut adalah dengan memahami akar masalahnya. Dari norma budaya patriarki yang masih kuat hingga tidak setaranya perempuan dalam akses terhadap sumber daya dan kesempatan, melacak dan menggali akar masalah tersebut merupakan langkah awal yang penting untuk merumuskan solusi yang efektif.

Sebagai berikut, inilah faktor-faktor mengapa perempuan sulit untuk di berdayakan:

  1. Budaya Patriarki:Budaya patriarki yang masih kental dalam banyak masyarakat cenderung memberikan prioritas lebih tinggi kepada laki-laki dalam hal keputusan, akses terhadap sumber daya, dan peran dalam masyarakat. Ini menciptakan hambatan bagi perempuan untuk meraih posisi dan kesempatan yang setara.

  2. Stereotip Gender:Stereotip gender yang melekat dalam masyarakat dapat membatasi pilihan dan aspirasi perempuan. Keyakinan konvensional mengenai peran dan kemampuan berbeda antara laki-laki dan perempuan dapat menghambat perkembangan perempuan dalam berbagai bidang.

  3. Diskriminasi di Tempat Kerja:Perempuan sering mengalami diskriminasi di tempat kerja, baik dalam hal upah yang tidak setara, kesempatan karir yang terbatas, atau kurangnya dukungan untuk keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.

  4. Akses Terbatas ke Pendidikan:Meskipun telah ada kemajuan dalam akses perempuan terhadap pendidikan, di beberapa wilayah, perempuan masih menghadapi kendala akses, terutama dalam lingkungan yang terkena konflik atau ketidakstabilan politik.

  5. Kekerasan terhadap Perempuan:Kekerasan terhadap perempuan, baik di rumah tangga maupun di masyarakat, dapat menjadi penghalang besar bagi kemandirian dan pemberdayaan perempuan. Ini menciptakan lingkungan yang tidak aman dan dapat menghambat partisipasi mereka dalam berbagai aktivitas.

  6. Tidak Setaranya Hukum: Tidak setaranya hukum dalam kerangka hukum sering kali mengakibatkan perlakuan tidak adil terhadap perempuan. Keterbatasan akses terhadap hak-hak hukum dan tidak setara dalam perlakuan di pengadilan dapat merugikan perempuan dalam mencapai kemandirian.

  7. Ketidaksetaraan Ekonomi:Perbedaan dalam kesempatan ekonomi, termasuk upah yang tidak setara dan kurangnya akses perempuan terhadap sumber daya ekonomi, dapat membuat sulit bagi mereka untuk mencapai kemandirian finansial.

  8. Kurangnya Dukungan dan Kesadaran:Terkadang, kurangnya dukungan dari masyarakat atau bahkan dari perempuan sendiri, serta kurangnya kesadaran akan pentingnya pemberdayaan perempuan, dapat menjadi penghambat untuk mengatasi tantangan dan mencapai potensi penuh mereka.

  9. Perubahan Struktural yang Lamban:Meskipun telah ada upaya untuk mengatasi ketidaksetaraan gender, beberapa struktur sosial dan ekonomi yang sudah mapan masih lamban berubah. Hal ini dapat membuat perempuan kesulitan untuk mengakses peluang yang setara dengan laki-laki.

  10. Kurangnya Reprsentasi dalam Keputusan Politik:Rendahnya representasi perempuan dalam posisi keputusan politik juga dapat menjadi faktor penyebab kesulitan dalam mengubah kebijakan yang mendukung pemberdayaan perempuan.

Penting untuk terus memperjuangkan kesetaraan gender, mengubah sikap budaya, dan menciptakan lingkungan yang mendukung pemberdayaan perempuan untuk mengatasi faktor-faktor ini. Kerja sama lintas sektoral dan upaya bersama dari masyarakat, pemerintah, dan lembaga internasional dapat membantu mengatasi tantangan ini dan menciptakan perubahan positif.

Selain itu, penting juga untuk mengakui bahwa pemberdayaan perempuan tidak hanya penting untuk keadilan gender, tetapi juga merupakan investasi yang cerdas bagi pembangunan berkelanjutan. Penelitian telah menunjukkan bahwa ketika perempuan diberdayakan, mereka cenderung reinvestasi pendapatan dan sumber daya mereka ke dalam keluarga dan komunitas, yang pada gilirannya meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi secara keseluruhan.

Oleh karena itu, kita semua memiliki tanggung jawab untuk berpartisipasi dalam mengatasi hambatan-hambatan yang menghalangi pemberdayaan perempuan. Mulai dari mendukung kebijakan yang mempromosikan kesetaraan gender hingga mengubah sikap dan perilaku di tingkat individu, setiap tindakan memiliki dampak yang signifikan dalam menciptakan perubahan positif yang lebih luas.

Jika kita dapat bekerja sama untuk menggali dan mengatasi akar masalah yang menghambat pemberdayaan perempuan, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih inklusif, adil, dan berkelanjutan bagi semua individu, tanpa memandang jenis kelamin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun