Mohon tunggu...
Ana Mustamin
Ana Mustamin Mohon Tunggu... -

ibunda #sakti. wira-wiri antara rumah dan kantor. menulis di sela-sela kesibukan. menulis untuk berbagi, follow me on twitter @anamustamin.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

TLS Roadventure: Ada Gong di Dalam Goa (Bagian 1)

13 Mei 2013   17:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:38 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PEKAN lalu, ada long weekend. Sebetulnya, gak persis begitu. Karena Jumat hari kerja. Tapi kejepit. Jadi saya cuti aja. Sudah jauh hari berencana ikut dalam family road adventure yang diselenggarakan oleh TLS (Tread Lightly Society). Komunitas ini didirikan kakak sulung saya, Karman Mustamin – seorang off roader. Karena ingin menyertakan keluarga dalam petualangan berkendara dia dan teman-temannya, dibuatlah kegiatan ini. Medan petualangan, tentu saja tidak seberatmedan off road. Family road adventure menempuh jalan yang sudah tersedia – tidak seperti off road beneran yang kadang harus membuka jalan sendiri. Tantangannya hanya karena ini jalan-jalan kampung. Sempit – umumnya cukup dilintasi satu mobil, rusak, lubang di sana-sini, berbatu, menurun curam dan menanjak terjal. Melewati gunung, perbukitan, lembah dan hutan.

Pekan lalu, destinasi utama TLS menuju Pacitan – tempat yang dijuluki kota seribu goa di Jawa Timur. Titik pemberangkatan ditetapkan di rest area km57 tol Cikampek. Sekitar pukul 22.00 WIB, Rabu 8 Mei 2013, kami meninggalkan area itu. Ada 5 mobil dari Jakarta, dan 2 lagi bergabung di Bandung.

Perjalanan sepanjang malam dimulai dengan menyusuri pesisir selatan Jawa. Keluar masuk kampung. Mulai dari Cileunyi, Malangbong, Ciamis, Tasikmalaya, Banjar, Majenang, Bumiayu, Banjarnegara. Kemudian memotong ke Purworejo, Purwodadi, hingga Wates dan Bantul di perbatasan DIY. Sepanjang malam, nyaris semua tempat yang dilalui senyap, karena kalau pun ketemu perkampungan, penduduknya sudah terlelap. Tapi di mobil, kami nyaris melek sepanjang jalan. Karena obrolan, saling sahut- termasuk nyanyi, serta saling ngeledek mewarnai sepanjang malam melalui radio HT.

Sayangnya, setelah melintasi pegunungan di perbatasan Jawa Tengah – DIY, mobil salah satu keluarga – kami menyapanya Om Adi dan Tante Ika, rontok. Keluarga yang biasanya menunggang Range Rover jika bertualang ini, entah kenapa kali ini membawa Audi SUV. Mungkin karena medannya dianggap tidak terlalu berat. Keluarga ini akhirnya memisah dulu, dikawal Om Karman, mereka akan mengganti mobil di Jogja. Sementara 5 mobil lainnya, lanjut ke Wonosari. Malam ini rencananya kami akan menginap di Hotel Bukit Indah, di kawasan Bukit Bintang. Hotelnya sangat sederhana, tapi view-nya menakjubkan. Dari jendela kamar dan restoran, kerlip lampu kota Jogja terhampar. Seperti hamparan bludru hitam yang dihias jutaan kristal atau permata swarovski.

Malam itu, saya tidur nyenyak sekali. Seperti balas dendam, setelah nyaris 1 x 24 jam berada di atas kendaraan.

Dari Goa ke Goa

13684419811072795347
13684419811072795347

Pagi, Jumat 9 Mei 2013, seluruh peserta roadventure sudah segar kembali. Perjalanan akan dilanjutkan ke Pacitan. Hari ini destinasi pertama ke Goa Gong.

Goa Gong merupakan satu dari goa yang tersembunyi di perut gunung yang ada di Pacitan. Goa ini merupakan goa vertikal dengan kedalaman hampir 300 meter. Terletak didesa Bomo,kecamatan Punung, sekitar 30 km dari kota Pacitan. Untuk tiba di tempat ini kami harus menempuh jalan berliku naik turun, melalui Pracimantoro, Wonosari, dan Gunung Kidul.

1368441632954717702
1368441632954717702

Nama Goa Gong, menurut hikayat, diambil dari suara gong yang kerap terdengar dari dalam goa ini. Gong sendiri merupakan salah satu instrumen tabuhan sebagai nada pamungkas dalam gamelan jawa.

Memasuki goa, awalnya Anda akan disambut gelap. Tapi itu hanya beberapa meter di mulut goa. Ini mungkin bagian dari strategi juga, agar penjaja lampu senter bisa dimanfaatkan jasanya. Karena setelah itu, pengunjung sudah menjumpai lampu di sana-sini. Goa ini juga sudah dilengkapi dengan jalurpengunjung berbentuk anak tangga, dengan railing di sisi kiri-kanan sebagai tempat pegangan. Maklum goa ini lembab dan cukup licin.

13684420471180350800
13684420471180350800

Goa Gong benar-benar kaya dengan stalaktit yang menjulur indah dari langit-langit dan stalakmit yang tegak di dasar goa yang penuh undakan. Dengan penerangan yang ditata sedemikian rupa, pendaran dan pecahan cahaya lampu menimbulkan efek warna tersendiri pada setiap lekukan goa. Benar-benar indah dan eksotis. Stalaktit dan stalakmit ini sendiri diabadikan dengan berbagai nama, mulai dari Cello Giri, Cello Citro Cipto Agung, Cello Pakuan Bomo, Cello Adi Citro Buwono, Cello Bantaran Angin hingga Cello Susuh Angin.Di samping stalaktit dan stalakmit, Goa Gong juga memiliki sendang. Sendang-sendang itu antara lain Jampi Rogo, Panguripan, Relung Jiwo, Kamulyan, dan Relung Nisto. Sendang ini, konon, bisa menyembuhkan berbagai penyakit.

13684421241694249974
13684421241694249974

Keluar dari Goa Gong, kami menggelar tikar di pelataran parkir untuk leyeh-leyeh, membuka mobil dapur untuk menjerang air. Sambil menunggu para lelaki sholat Jumat, sebagian mulai menyeduh kopi, memasak mie instan, dan menyantap kelapa muda. Hmmm…

13684421731418415422
13684421731418415422

Sore ini, perjalanan akan diteruskan ke destinasi berikutnya: Goa Tabuhan. Tunggu cerita lanjutannya, ya. *** (bersambung)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun