Mohon tunggu...
K. Anam Syahmadani
K. Anam Syahmadani Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Soekarno, Tan Malaka, Pramoedya Ananta Toer, Chairil Anwar, Emha Ainun Nadjib, dan Soe Hok Gie; adalah sebagian dari nama-nama besar yang berderet rapi di dalam rak buku milik laki-laki yang suka mengenakan baju safari ini. (Novi Ariyanti)

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Laga Final Arema Melawan Persib Ditunda

24 Januari 2014   09:45 Diperbarui: 19 Oktober 2017   05:40 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Laga Grand Final Inter Island Cup 2014 yang mempertemukan Arema Indonesia dan Persib Bandung ditunda. Laga yang sedianya akan berlangsung pada hari Sabtu (25/1/2014) di Gelora Delta Sidoarjo ini tidak mendapatkan ijin dari Polres Sidoarjo.

Seperti yang dituturkan oleh CEO PT. Liga Indonesia Joko Driyono, penyebab tidak keluarnya ijin adalah alasan klasik: keamanan. Joko melanjutkan, pihaknya memahami alasan tersebut, sebab beredarnya surat dari pihak yang mengancam menghadang Aremania, berpotensi buruk bagi laga yang ditunggu-tunggu itu.

Terpisah, Ketua Komite Hukum PSSI, yang juga anggota DPR RI Djamal Aziz menilai keputusan Polres Sidoarjo yang tidak memberikan ijin pada laga itu adalah langkah mundur dan kesalahan berpikir aparat keamanan.

Sebab, kata Djamal, kompetisi itu membentuk kualitas pemain, dari situ lahir bahan baku pemain untuk Tim Nasional, yang nantinya akan mengibarkan Merah Putih di kancah Internasional. Jika dengan pertimbangan bahaya kericuhan, terus sedikit-sedikit dihambat,  kita tidak akan pernah maju.

Duel bebuyutan Arema dan Persib, sejak dulu memang menjadi laga yang sangat panas dan prestisius. Ya, mereka bebuyutan, tetapi itu di lapangan dan ‘konstitusional’. Yang disayangkan, perseteruan panas justru meluas keluar lapangan dan ‘inkonstitusional’.

Sebenarnya, peta perseteruan suporter di Jawa bagian Barat adalah antara Viking Bandung dan The Jakmania Jakarta. Di Jawa bagian Timur, Aremania Malang berseteru dengan Bonek Surabaya. Tetapi, Viking Bandung kemudian berkoalisi dengan Bonek Surabaya. Sedangkan Aremania sangat bersahabat dengan The Jakmania. Otomatis, berlaku idiom: musuhnya kawan kita, adalah musuh kita juga.

Padahal, sepak bola bukan hanya milik mereka saja, kelompok suporter yang berseteru. Orang Papua, orang Tegal, orang Subang, orang Aceh ─yang bukan orang Malang dan orang Bandung─ boleh saja selalu menanti laga antara Arema melawan Persib itu. Laga sepak bola sudah menjadi milik kita semua, bangsa Indonesia.

Jika perseteruan terus dipelihara, jelas itu akan menghambat ijin dan jalannya pertandingan. Sebab, seperti yang dikatakan salah satu pengamat: sepak bola yang tanpa penonton di stadion, adalah bukan sepak bola. Sepak bola harus utuh.

Rasa-rasanya, sudah saatnya semua pihak bersikap dewasa. Hilangkan fanatisme primordial yang berlebihan. Sepak bola adalah alat perjuangan untuk mempersatukan bangsa, bukan untuk memecahbelahnya.

Untuk itu, sepak bola harus dibangun oleh mereka yang mempunyai semangat kebangsaan, bukan oleh mereka yang mengagungkan permusuhan dan dendam. Demi kemajuan sepak bola kita; klub, suporter, aparat pertandingan, aparat keamanan, dan semua pihak terkait harus mulai berpikir Indonesia Raya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun