Mohon tunggu...
Misbahul Anam
Misbahul Anam Mohon Tunggu... Guru - Guru swasta, belajar selamanya

Change Your Word, Change Your World

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kain Troso

30 Maret 2018   13:30 Diperbarui: 15 Mei 2024   15:11 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ciamik banget motif kain ini, hasil tangan-tangan cekatan nan berbakat menelurkan karya industri rumah tangga tenun tradisional.

Troso gudangnya orang-orang kreatif pencipta motif tenun, terkecuali aku . Pernah juga sih nyoba niru-niru keahlian turun temurun itu, namun rupanya sang "ahli" gak mau turun padakuuh .

Bakat memang bawaan yang tak bisa  ditolak, rupanya bakat itu tak mau singgah dijasadku.

Setidaknya bakat warga Troso yang lekat dimiliki telah berhasil dinikmati sebagian, bahkan seluruh warga desa, yang merambat ke desa sekitarnya.

Bakat ini terawat hingga kini, sampai pada saatnya bakat yang telah dimilikinya terlenakan oleh godaan keberadan pabrik "garmen". Penikmat bakat dengan kepiawaiannya kini mulai meninggalkan desa tercintanya untuk mengejar status "pegawai garmen". Dengan tampilan rapi, berseragam wangi, bersepatu trendy, tongkrongan motor baru, seakan jadi magnit kuat yg mengalahkan gravitasi bumi.

Pagi-pagi sebelum jam enam telah rapi bak bidadari yang menjemput mentari pagi. Bagi para gadis lajang, inilah hiburan yang menghasilkan. Bagi pasangan muda, inilah rekreasi mengusir stagnasi penghasilan. Bagi ibu rumah tangga muda, inilah karya yg pantas diniscayakan utk menopang pengahsilan sang suami.

Yah, itulah gambaran penerima bakat dan penikmat anugerah Tuhan yang mulai luntur rasa bersyukur. Setidaknya telah mengabaikan lapangan kerja menganga yang terbuka di depan pintu, di seberang jendela yg dapat dijangkau setiap waktu, setiap saat.

Para suami akhirnya terpaksa momong baby mungil yg ditinggal mamanya, anak-anak sekolah terpaksa belajar seenaknya tanpa pendampingan ibunya. Sungguh sangat disayangkan, keadaan telah mengubah zaman, atau zaman telah mengubah keadaan?

Zaman now memang bnyak perubahan, hedonisme, gengsi, dan sensi menjadi alibi.

#save_tenun_troso

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun