Mohon tunggu...
Anam Khoirul Anam
Anam Khoirul Anam Mohon Tunggu... -

Anam Khoirul Anam: lahir di Ngawi, 26 Juni 1982. Pasca kuliah, ia begitu ingin serius dalam mengembangkan potensi menulisnya dan ingin lebih memperdalam jiwa sastrawinya lewat buah pikir dan lewat kreasi kreatif jemari-jemarinya yang ‘dingin’. Selain memperdalam dan mengembangkan kreatifitas menulisnya, ia juga mendirikan sebuah wadah kepenulisan agar lebih memberdayakan khazanah literasia: Anam Khoirul Anam Reader (AKAR).\r\nemail: anamer_19@yahoo.com\r\nFB / PF: Anam Khoirul Anam\r\nTwitter: @NAMe_19

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Deskripsi Suara Hati

4 Juni 2013   06:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:34 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

SERULING sepi yang tak lagi terdengar lirih

rintih bahasa jiwa dari kesendirian waktu

terkulai tak berdaya pada pangkuan peri kecil

seperti bayi yang tertidur pulas ditimang kasih

bermimpi dan mencari keindahan tak bersuara

berdansa dalam ruang sunyi tak terjamah raga

Duhai sang penakluk cahaya mata dan kalbu

betapa pesonamu abadi dalam rindu dan cintaku

kaulah bintang terang diantara gemerlap lainnya

betapa aku tak bisa hapus kemuliaan namamu

pesona rupawanmu makin membius dalam damba

kaulah permata hati yang takkan pernah terganti

Apakah kau dengar bisik lirih suara sukmaku

memahat kasidah liris suara pilu perasaanku

dari palung terdalam yang tak tuntas tertuang?

Sekarang duduklah di sini bersama rinduku

dekaplah segala luap rasaku yang menggebu

agar ia tak bergolak bagai ombak menerjang

redam rasaku dengan sentuh lembut kasihmu

biarkan mimpiku tertidur dalam pengkuanmu

sebab inilah permintaan terdalam lubuk hatiku

yang dicekam akut kepedihan atas perpisahan

Sungguh bila itu terjadi, tak bisa kubayangkan

bagaimana jiwaku menahan segala rasa

yang lahir dan menghujam diri ini tiap waktu

Yogyakarta, 17 Juli 2011

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun