Mohon tunggu...
Chairil Anam
Chairil Anam Mohon Tunggu... -

life is a Journey

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Titik Equal : Hati dan Logika

15 April 2012   05:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:35 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang sahabat berujar, bukannya antara logika dan hati itu harusnya seimbang ya? dia boleh beropini demikian, itu opininya, tapi kalo itu ditanya ke aku. Aku jawab, logika adalah pelengkap hati untuk meyakini sesuatu. Meyakini kebenaran, meyakini arah yang tepat, meyakinkan Hati untuk mantap pada suatu koordinat.

Buatku menggambarkan keseimbangan logika akal dan hati nurani bukan seperti menggambar neraca dimana satu sisi adalah akal dan sisi lain adalah hati. karena kalo pake analogi neraca, maka yang diperoleh adalah ketika logika lebih berat, maka ia mampu mengalahkan hati untuk yakin. padahal logika kita masih terbatas, sangat terbatas untuk menangkap rahasia-rahasia Dia Yang Maha Luas.

Maka aku lebih nyaman menganalogikan logika dan hati dalam konsep equilibrium. dimana hati adalah garis Y dan akal adalah garis X. Karena hati itu area dimana keyakinan sering naik turun maka aku pakai garis Y, tegak, untuk mewakilinya. dan karena akal itu area dimana kemajuan ilmu pengetahuan menentukan maju tidaknya wawasan seseorang, maka aku pakai garis X, lurus datar, untuk mewakilinya.

Kalo hati sudah berfirasat, diwakili titik a di garis Y. Maka tugas akal logika adalah untuk mencari alasan logis sejauh logika itu bisa menerima, diwakili oleh b. sampai pada suatu titik temu diantara a dan b itulah akan ditemukan titik keseimbangan. Titik Equal. Titik yang mempertemukan logika dan hati.

Lantas apa pengambilan keputusan harus menunggu logika untuk menyesuaikan pencapaian logika denga hati?

Bagiku, tidak harus. seringkali orang yang bermimpi, berdoa, lalu berhasil menggapai citanya hanya berbekal keyakinan, dimana dalam usahanya orang itu melakukan usaha-usaha logis sehingga Tuhan Yang ArRahmaan itu mempertemukannya pada titik keseimbangan.

Jadi?

Logika kita yang sempit ini takkan mampu melampaui logika Yang Maha Luas. Maka keyakinan kita-lah yang akan mengantarkan kita pada titik equal itu. Dimana usaha-usaha logis-praktis menjadi salah satu prasyarat kita menggapai cita-doa-asa kita.

Wallahu a'alam bisshowab

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun