Bagi sebagian orang barangkali belum begitu akrab dengan jenis sajak ini. Jika disebut sebagai jenis sastra (sajak) baru, tentu sama sekali tidak baru, sebab untuk perkembangan sastra berpola sudah ada sejak lama. Jenis sajak ini awal mulanya diperkenalkan tanggal 19 Juni 2015 melalui jejaring sosial Facebook, lalu berkembang ke media cetak (koran) lokal maupun nasional serta merambah ke dunia penerbitan. Selain karena baru dan belum begitu banyak pengikut, tak ayal jika keberadaan jenis sajak ini belum begitu dikenal secara luas. Selain itu, perkembangan aktivitas jenis sajak ini memang masih sebatas di dunia maya, belum mengadakan agenda di dunia nonmaya. Berikut adalah link grupnya: https://www.facebook.com/groups/960183884034387/. Dan ini adalah link Fanpage-nya: https://www.facebook.com/sajakanama/. Sampai sekarang jenis sajak ini memang belum menemukan nama sebagai sebutan baku, namun sebagian orang menyebut sebagai; sajak 99.Ada juga yang menyebut; sajak anama—yang merupakan gabungan dari kata ‘a’ (belum), dan kata ‘nama’ (kata untuk menyebut atau memanggil orang (tempat, barang, dsb)—dan ada pula yang menyebut sajak 933 yakni sebutan yang mengarah pada struktur dalam satu judul sajak.
Bagi para penulis yang sudah ikut aktif menulis jenis sajak ini, tentu sudah merasa biasa dengan pola atau strukturnya. Bagi penulis yang belum mengetahui atau mengenal tentu akan sedikit bingung atau mungkin bertanya-tanya terkait pola baku yang ada di dalamnya. Adapun pola dalam sajak tersebut adalah 9 kata dalam satu larik atau baris, disusun 3 larik atau baris, dan terdiri atas 3 bait.
Berikut contoh sajak yang dimaksud:
TELAH TIBA MUSIM SEMI
EMBUS angin datang keraikan daun kering di emper rumah
ia hadir membawa roh musim semi, mengabarkan kebahagiaan hidup
enyahlah hambar, hadirlah ambar, sukacita merekah dalam palung hati
Musim gugur berlalu membawa nyanyian sunyi ke ceruk bumi
menarilah debu bersama kawanan rintik hujan kala terik lenyap
jiwa-jiwa pasrah menyambut tunas bangkit dari lelap tidur panjang
Telah tiba musim semi setelah pancaroba renggut roh kehidupan
bila syahwat kalahkan iman, logika bak tanah musim kemarau
kemarau adalah kabar kematian, sedangkan musim semi adalah keberkahan
Yogyakarta, 08 Juni 2015
Ada beberapa cara jika ingin mengetahui, menulis, atau menghitung jumlah kata dalam satu judul puisi yakni dengan cara manual dan sistematis.
Langkah untuk menghitung secara manual adalah sebagai berikut:
BAIT I:
EMBUS/ angin/ datang/ keraikan/ daun/ kering/ di/ emper/ rumah (9 kata)
ia/ hadir/ membawa/ roh/ musim/ semi,/ mengabarkan/ kebahagiaan/ hidup (9 kata)
enyahlah/ hambar,/ hadirlah/ ambar,/ sukacita/ merekah/ dalam/ palung/ hati/ (9 kata)
BAIT II:
Musim/ gugur/ berlalu/ membawa/ nyanyian/ sunyi/ ke/ ceruk/ bumi (9 kata)
menarilah/ debu/ bersama/ kawanan/ rintik/ hujan/ kala/ terik/ lenyap (9 kata)
jiwa-jiwa/ pasrah/ menyambut/ tunas/ bangkit/ dari/ lelap/ tidur/ panjang (9 kata)
BAIT III:
Telah/ tiba/ musim/ semi/ setelah/ pancaroba/ renggut/ roh/ kehidupan (9 kata)
bila/ syahwat/ kalahkan/ iman,/ logika/ bak/ tanah/ musim/ kemarau (9 kata)
kemarau/ adalah/ kabar/ kematian,/ sedangkan/ musim/ semi/ adalah/ keberkahan (9 kata)
Atau dengan kata lain menghitung kata per kata di tiap larik sampai bait terakhir (bait ke-3) mencapai jumlah 81 kata.
Adapun cara mudah dengan cara sistematis:
1) Tulis satu larik sajak di MS. Word, lalu blok untuk mengetahui jumlah kata. Jika sudah 9 kata dalam satu larik, silakan melanjutkan ke larik kedua;
2) Sama seperti larik pertama, jika sudah menunjuk jumlah kata sebanyak 18 kata, silakan lanjut ke larik ketiga;
3) Demikian pula dengan larik ketiga. Jika dalam satu bait sudah menunjuk jumlah 27, silakan lanjut ke bait selanjutnya yakni bait kedua, begitu seterusnya sampai bait ketiga;
4) Setelah ketiga bait selesai ditulis, silakan blok seluruh isi sajak—tidak termasuk judul dan titimangsa—jika jumlah kata menunjuk angka 81, maka sajak tersebut sudah sesuai pedoman, tinggal cek apakah masih ada kekeliruan ejaan maupun kosakata yang belum sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Untuk mengetahui jumlah kata, silakan lihat di bagian bawah layar monitor di lembar kerja MS. Word.
Sejak dideklarasikan, jenis sajak ini sudah menerbitkan beberapa antologi bersama yakni: 99 Mukadimah (2015), Sayap-sayap Roh (2016), Sarabandea (2016), dan antologi lainnya yang diagendakan terbit tiap bulan.
Semoga kehadiran jenis sajak ini bisa menambah khazanah sastra nusantara.[]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H