"Aku tinggalkan kekayaan alam Indonesia, biar semua negara besar dunia iri dengan Indonesia, dan aku tinggalkan hingga bangsa Indonesia sendiri yang mengolahnya"(Ir. Soekarno).
Sepenggal wise word ini menjadi falsafah bagi generasi emas sekarang dan kedepan untuk terus menjaga eksistensi keindahan alam Indonesia, sehingga tidak tergadaikan kepada elitis asing, yang tentunya mereka hanya megekploitasi tanpa melakukan revitalitasi bak habis manis sepah dibuang.
Indonesia dengan Negara kepulauannya terdiri dari 16.056 pulau (KKP 2017) memiliki kekayaan sumber daya alam dan keindalahan panorama alamnya nan mempesona membuat banyak negara lain tertarik dan iri akan rahmat alam yang diberikan tuhan terhadap negeri ini.
Tak pelak menurut Artomo selaku Penggiat Lingkungan sekaligusfounder Akademi Kompos, untuk menjaga keindahan alam Indonesia harus bermentalkan "hablum minallah, hablum minannas, dan hablum minal alam"Â
Secara leksikal jika diinterpretasikan bahwa hubungan vertikal merupakan hubungan antara hamba dan tuhannya, sedangkan hubungan horizontal adalah hubungan manusia dengan sesama. Akan tetapi, jangan lupa bahwa manusia mempunyai hubungan antara manusia dengan alam yang tentunya menjadi kewajiban bagi kita untuk terus merawat dan menjaganya.Dengan hal tersebut perwujudan Indonesia menjadi barometer dalam sistem pengelolaan lingkungan terbaik di dunia bukan hanya isapan jempol.
Melihat banyaknya potensi wisata dan jutaan keindahan alam ini, jika dikelola dengan baik dan benar maka akan mendatangkan pundi-pundi kesejahteraan bagi masyarakat, sehingga tidak harus melakukan migrasi atau menjadi manusia urban karena di tempatnya bermukim sudah bisa mengais pendapatan secara masksimal.
Wisata Indonesia dan Tantangan Masa Depan
Di tengah masifnya deklarasi destinasi wisata unggulan Indonesia oleh presiden Bapak Jokowi belakangan ini, akan menjadi kerugian besar jika di tempat-tempat wisata yang unggulan nan elok penduduk sipil hanya sebagai penonton dikarenakan tidak dibekali knowledgedan life skill yang mumpuni, sehinnga konsekunsinya adalah korporasi tertentu sebagai pengelola secara penuh. Dengan demikian yang terpatri di mindshet-nya hanya profit to takebukan kesejahteraan berkeadilan.
Namun hal tersebut akan berbanding terbalik jika sistem pengelolaannya adalah dengan penerapan win win solution,maksudnya adalah pemerintah sebagai pemangku kebijakan berperan aktif dalam mengelola dan pelibatan partisipasi investor, masyarakat untuk ikut serta mengembangkan tempat-tempat destinasi wisata berprospek demi kemaslahatan bangsa dan negara tentunya.
Merawat Kecantikan Indonesia Secara Kaffah
Mencintai tanah air dengan sejuta kekayaan dan kecantikan alam yang dimiliki adalah mutlak bagi setiap warga Negara, tak terkecuali insan muda yang mempunyai ghirohluar bisa, baik hal tersebut dengan cara melalui pelibatan diri pada aspek tindakan preventif dan merevitalisasi terhadap lingkungan-lingkungan yang sekiranya mendapat ancaman. Mengingat potret buram sering kali terjadi dan masih menghantui negeri ini, karena keserakahan dari poksi-poksi tertentu yang hanya memikirkan isi perut.
Kita sebagai agent of changetidak berlebihan sekiranya, jika membuat sebuah gerakan bersama dan bersifat sustainable untuk terus menjaga rahmat dan nikmat tuhan secara baik dari Sabang sampai Merauke, sehingga nantinya kita bisa mewariskan kepada generasi yang akan datang secara utuh, bukan hanya berbentuk cerita atau narasi-narasi tertentu yang sudah pasti tidak bisa dinikmati secara jasmaniyah atau lahirah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H