Malam mengenal baik lampu jalan dan sepanjang lintasan,
kerap menjelma tutup kaleng rombeng disisa-sisa warung remang,
gelapnya samar-samar mengelus gelandangan diemperan toko,
heningnya saling bentrok dengan suara lekar dalam perut pinggiran jalan atau gubuk-gubuk lusuh tak tersentuh kenyang,
sepinya menyukai ribut dengan kebingungan-kebingungan.
Kau akan menemui malam, meski menutup mata dan menidurkan fikiran.
Malam akan memelukmu agar kau sama sekali tak jemu.
Disimpang malam menuju pagi
Berjalan lirih sendiri
Tak ada yang terganggu oleh langkahnya
Tak ada yang merasa risih dengan lemah letih nafas nya
Derap kakinya hanya dituntun oleh bayangan
Yang diam-diam lampu jalanan juga mengelus punggungnya
Badannya yang lusuh disiram waktu
Berkali-kali ia menjarah malam
Memungut sisa-sisa makanan
Ia hanya berani teriak pada perutnya
"Aku lapar".
Dipojok perempatan
Diatas becak yang tak lekang oleh waktu
Tertidur setengah harapan diatas roda-roda nya
Tubuhnya melekuk, memeluk dingin
Dalam heningnya tertinggal doa
"Semoga esok, becakku tak kesepian".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H