Saya, Analisah adalah seorang anak Indonesia, bisa dibilang dari keluarga pra sejahtera. Ayahku bekerja sebagai buruh serabutan, ibu sudah meninggal. Saya tinggal bertiga bersama ayah dan kakak. Adik saya tinggal bersama nenek di kampung.
Ini adalah kisah saya, kisah kami, anak-anak yang hampir tidak mempunyai kesempatan mengeyam pendidikan SLTA karena kondisi ekonomi, namun Tuhan YME memberikan kuasanya mempertemukan kami dengan seorang wanita muda dengan semangat juang yang tinggi untuk pendidikan anak pra sejahtera. Buat orang lain, mungkin dia bukan siapa-siapa, namun bagi kami dia segalanya..
Dia adalah Ibu Susi.. Pejuang pendidikan kami
Waktu itu pertengahan tahun 2012 ...
Saya lulus dari sebuah MTs di daerah Bekasi, melanjutkan ke sekolah negeri bagi saya adalah pilihan utama untuk saya karena faktor biaya, tapi kenyataannya tak semua anak punya kesempatan bisa sekolah di sekolah negeri. Tetap saja ujung-ujungnya kesekolah swasta juga. Saya dan mungkin banyak anak lainnya hampir tertekan karna melihat biaya yang ditawarkan sekolah-sekolah swasta yang ingin saya masuki. Biaya yang tak sedikit kami perlukan, bahkan terbilang banyak untuk keluarga kami. Akhirnya kami hampir menyerah dan mungkin saya berfikir untuk tidak melanjutkan terlebih dahulu, walaupun saya merasa teramat sedih ..
Sampai suatu hari ...
Saat detik-detik menjelang masuk tahun ajaran baru siswa baru ketika perasaan saya gundah karena bayangan tidak melanjutkan sekolah itu nyata adanya, ada dua orang wanita ke rumahku. Mereka mengutarakan maksudnya yaitu mencari anak-anak yang tidak mampu melanjutkan atau putus sekolah.. mereka adalah Bu Susi dan Bu Tari dari SMK ITACO. Bu Susi mengatakan bahwa yang penting saya masih bersemangat sekolah, Bu Susi yang akan mencarikan orang tua asuh untuk membantu saya.
Bu Susi bercerita panjang tentang bagaimana ia merintis SMK ITACO. Beliau bercerita sudah mengajar dari tahun 2009 disebuah sekolah kejuruan yang ada di Jakarta Timur. Saya salut, karena Bu Susi memilih mendedikasikan dirinya untuk dunia pendidikan terutama pendidikan bagi siswa pra sejahtera meskipun beliau memiliki latar belakang Sarjana Ekonomi dari sebuah Universitas Ternama. Padahal bisa aja beliau memilih bekerja di Bank, di Pemerintahan atau di perusahaan dengan gaji tinggi. Namun rupanya Bu Susi lebih memilih passionnya dan ingin memberikan kontribusi lebih di dunia pendidikan.
Titik baliknya menjadi seorang guru adalah ketika salah satu siswa nya di sekolah tempat mengajar pertamanya putus sekolah dan bekerja sebagai pelayan sedangkan dia akan naik ke kelas 3 SMK. Dia berhenti karena tunggakan biaya sekolah yang cukup besar. Beliau berusaha mengajaknya untuk kembali ke sekolah dengan mencarikan orang tua asuh, namun tidak berhasil. Beberapa bulan setelah kejadian itu, Beliau kemudian berinisiatif untuk membantu anak yang putus sekolah tersebut dengan mendirikan sebuah lembaga pendidikan yang awalnya hanya berupa kursus komputer dengan berbekal pinjaman dari atasannya nya. Beliau berencana untuk mengajak siswa nya yang dulu putus sekolah. Namun, siswa nya yang putus sekolah dulu memilih untuk tetap bekerja membantu ekonomi keluarganya dan dia khawatir dua adiknya tidak mampu melanjutkan ke jenjang SLTA. Hal tersebutlah yang melatarbelakangi beliau untuk mendirikan institusi pendidikan berbasis IT dan wirausaha tahun 2012 yang kemudian di beri nama SMK ITACO. Saya termasuk siswa angkatan pertama bersama dengan salah satu adik murid Bu Susi yang putus sekolah tersebut. Adik yang satunya pun saat ini di SMK ITACO, duduk di kelas 2. Bu Susi mencari anak-anak dengan keadaan seperti saya dari satu perkampungan ke perkampungan lainnya, mengajak kami belajar sehingga terkumpulah 15 anak.
Ketika Masa Orientasi
Di tahun pertama, kami menempati sebuah ruangan yang tidak terpakai di kantor tempat Bu Susi bekerja. Ya, tempat kami hanya sebuah ruangan tersebut. Ruang dimana menjadi tempat belajar, sekaligus praktek, istirahat, baca buku dll. Dalam waktu sehari saya sudah benar-benar pas dengan keadaan saya ini, yaitu bersekolah di Smk Itaco. Ga lama kami bersekolah, kami sudah di ajak belajar ke @atamerica di Jakarta. Sampai pada suatu hari, beberapa teman kami tidak berangkat ke sekolah seperti biasa. Ternyata setelah beliau selidiki, masalahnya mereka tidak mempunyai ongkos ke sekolah. Bu Susi hanya bisa membantu transport satu orang. Akhirnya beliau membeli sebuah mug printing menggunakan uang pribadinya agar kami bisa menjual mug dan memperoleh keuntungan untuk trasport kami. Darisana lah kami mulai berwirausaha. Karena menjual mug custom, maka kami mulai belajar mendesain dengan menggunakan Corel Draw. Kemudian usaha kami bertambah seperti jasa desain, pin, gantungan kunci, servis komputer, admin sosial media, kaos sablon dll. Untuk lebih detail klikdisiniya. Sehabis belajar disekolah, kami tidak langsung pulang namun mengerjakan orderan konsumen. Alhamdulillah hasilnya bisa membantu kami.
Bu Susi juga mendorong kami untuk bisa menulis melalui blog agar bisa menuangkan fikiran dan menurutnya tulisan itu abadi walaupun nanti kita sudah tidak ada. Anak cucu kita masih bisa membaca apa yang kita tulis. Ini blog saya mampir ya (http://analisah.wordpress.com). Saya ingin lebih aktif lagi manulis dan bisa menjadi penulis seperti Kak Salsabeela, kakak asuh saya. Bu Susi mengajarkan kami untuk tidak menyerah pada keadaan. Beliau bekerja keras untuk membiayai kami dengan cara mencarikan orang tua asuh, mencarikan donatur, bahkan mencari pekerjaan sampingan untuk mensubsidi sekolah. Kami pernah pindah tempat sampai 4 kali, karena Bu Susi selalu mencari tempat yang bisa di sewa lebih murah. Doakan kami punya tempat sendiri ya.. Saya kadang melihat beliau mengikuti lomba-lomba blog untuk menggaji guru. Namun beliau tidak pernah risau karena beliau meyakini bahwa selalu ada jalan untuk setiap niat baik. Untuk prestasi nya bisa dilihat disini. Kami juga sering didorong untuk bertemu banyak orang dan berkompetisi, agar kami tidak minder dan bisa berkompetisi. Kami disertakan dan menjadi volunteer/peserta dalam kegiatan Akademi Berbagi Bekasi, TDA Bekasi, Startup Lokal dan kegiatan lainnya. Kami bisa bertemu dengan orang-orang hebat dan mengambil pelajaran darinya. Kebanyakan orang hebat tersebut, setelah melalui banyak perjuangan dan jalan yang tidak mudah. Namun mereka berhasil melaluinya. Katakanlah seperti Mb Ollie, Kak Ardi, Dr. Syarief, Pak Budi Sadikin, Pak Jamil Azzaini dll.
[caption id="attachment_382870" align="alignnone" width="576" caption="Bu Susi sebagai salah satu finalis Guru Terbaik "]
Pengalaman yang paling berkesan adalah ketika saya dan milang mewakili sekolah mengikuti lomba wirausaha yang di adakan oleh Majalah Guruku dalam ajang Guruku Education Festival 2013. Awalnya saya ragu dan takut, namun Bu Susi meyakinkan bahwa lomba bukan menang atau kalah, namun tentang meraih sesuatu secara sportif. Saya ingat sekali bagaimana perjuangan kami bisa mengikuti lomba tersebut. Setelah masuk 10 besar, kami harus mengikuti babak selanjutnya di SMESCO Jakarta. Kami di temani Bu Susi naik KRL kemudian nyambung Busway. Ternyata kami mendapat giliran hari ke-2. Keesokan harinya kami berangkat dengan moda transportasi yang sama. Kami menyimak banyak presentasi dari peserta lomba yang berasal dari seluruh Indonesia. Mereka keren-keren dan sempat membuat minder apalagi jurinya membuat sport jantung. Namun Bu Susi bilang ga perlu takut dan terintimidasi serta yakin akan kemampuan diri sendiri. Alhamdulillah, kami bisa presentasi dengan lancar dan menjawab pertanyaan juri, bahkan mereka memberi masukan untuk usaha kami. Saatnya pengumuman! Dan tau ga, kami dinyatakan sebagai Runner Up atau juara 2, wah kami sempat berteriak kegirangan karena tidak mengira. Alhamdulillah, kami mendapatkan uang tunai. Pulangnya kami naik angkutan umum dan sepatu Bu Susi sampai lepas karena jalan lumayan jauh.. kalo inget, jadi terharu. Disini yang penting adalah pengalaman dan proses belajar yang tidak bisa di beli dengan uang. Kami juga pernah mendapatkan Juara Harapan 2 dalam lomba desain web sekota Bekasi, lomba desain logo sebuah komunitas dan pengalaman luar biasa juga adalah ketika saya dan teman-teman membuat buku antologi dengan judul “Mimpi-Mimpi Siswa Wirausaha” yang diterbitkan secara indi oleh nulisbuku.com dan di luncurkan pada event Sosial Media Festival 2013. Awal Januari 2015 lalu, kami juga berhasil membuat sebuah event Seminar Wirausaha yang tak terbayang bahkan kami adalah panitianya,dihadiri sekitar 250 orang dan mengundang 5 orang CEO. Sebuah pengalaman yang luar biasa.
[caption id="attachment_382864" align="aligncenter" width="538" caption="Waktu menerbitkan buku bersama"]
Saat ini saya sudah bekerja, dua minggu setelah Ujian Nasional. Saya sekantor bersama teman sekelas saya juga, bernama Reza. Alhamdulillah, nikmat ini sangat kami syukuri. Insya Allah teman-teman lain juga sedang mengikuti tes kerja. Rasanya masih ga percaya, bahkan sebelum UN, kami bingung karena biaya UN yang begitu besar. Lagi-lagi Bu Susi yang mencari berbagai cara untuk kami. Alhamdulillah, total biaya UN kami yang mencapai belasan juta bisa tertangani. Darimana? Dari pentingnya networking! Ya Bu Susi kenal dekat dengan founder ayopeduli.com dimana ayopeduli.com mengajukan biaya UN kami pada sebuah perusahaan sekuritas dan distujui. Lagi-lagi Allah SWT menunjukkan kebesarannya.
Begitu banyak pengalaman, bahkan terlalu banyak untuk dituangkan kedalam cerita ini, tapi intinya sebuah kata tak lagi cukup untuk mengambarkan sebuah kata dari sebuah pengalaman yang begitu indah yang pernah ditorehkan bersama beliau. “Apakah kalian mampu seperti beliau yang berani memberikan waktu dan uangnya demi anak yang tak memiliki ikatan darah sekalipun seperti kami?” Namun Bu Susi melakukannya. Menurut saya, beliau salah satu sosok wanita inspiratif. Karena beliau adalah wanita yang kuat dan mampu membuat suatu tindakan yang positif &beramanfaat untuk orang lain. Setiap detik, menit, jam beliau selalu berfikir dan mencari ide untuk tetap bisa memberikan pendidikan terbaik untuk kami.