Hal ini dapat kita lihat dari berita wafatnya Emmeril Kahn Mumtadz, putra Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang banyak mengundang simpati karena meninggal terseret arus sungai, Aare di Bern Swiss, Mei lalu.Â
Masyarakat memanfaatkan berita ini untuk menaikan rating berita atau postingan, akan tetapi berita atau postingan yang dibagikan cenderung selalu memperlihatkan sisi kesedihan keluarga.Â
Padahal, dalam video wawancara yang dilakukan oleh Najwa Shihab Bersama keluarga Ridwan Kamil, dimana isi percakapan sepanjang video bertujuan untuk memberikan informasi kronologis serta pelajaran berharga dari kehilangan sang putra.Â
Akan tetapi, masyarakat selalu memotong video wawancara eksklusif youtube tersebut dengan bagian yang menyedihkan, agar mengundang simpati untuk  meningkatkan viewers di instagram dan tiktok indvidu maupun kelompok.Â
Padahal inti dari video wawancara bersama Najwa Shihab ini mengajarkan pada manusia arti kehilangan, ketegaran, serta petuah hidup maupun harta hanyalah titipan dan sementara.Â
Dalam video tersebut juga, Ridwan Kamil dan sang istri, menjelaskan tidak menyukai pemberitaan yang selalu memperlihatkan kesedihan setiap waktu.
Selain itu, beberapa oknum terlalu menyoroti kehidupan pribadi dari berita panas yang memang sedang banyak dibicarakan masyarakat, akibatanya hal sekecil apapun dapat menggiring hujatan atau kata kebencian.
Dari sini perlu kita bangkitkan kembali kebijakan menggunakan media masa dan sosial media. Dimana konten berupa foto maupun video bersifat informatif dan edukatif, sehingga dapat menjadikan rantai media yang positif bagi semua kalangan masyarakat.