Mohon tunggu...
Rukhsah Ana Lathifah
Rukhsah Ana Lathifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Program Studi Tadris IPS

a social butterfly girl who dares to try new things especially adventures and loves nature activities and sports. 🏃🏻‍♀🥋🏕

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Tipologi Belajar Anak Didik dan Perbedaan Individual dalam Belajar

5 November 2024   14:00 Diperbarui: 5 November 2024   14:05 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tipologi berasal dari kata dasar "Tipo" dan "Logi," yang masing-masing merujuk pada "tipe" dan "logos." Tipe digunakan untuk menggambarkan gaya atau model, sementara Logos mengacu pada ilmu. Dengan demikian, tipologi merupakan pengetahuan yang bertujuan mengelompokkan manusia berdasarkan faktor-faktor seperti karakteristik fisik, psikologis, pengaruh dominan, nilai budaya, dan aspek lainnya.

Bobbi DePorter dan Mike Hernacki menjelaskan bahwa tipologi belajar adalah suatu metode yang dipakai untuk mempermudah proses pembelajaran serta bagaimana siswa menangkap, mengatur, dan mengolah informasi tersebut. 

Menurut Hamzah, seperti yang dikutip dalam Yusri (2017), terdapat beberapa jenis gaya belajar yang dapat diperhatikan dan mungkin diadopsi jika sesuai dengan preferensi kita. Beberapa di antaranya mencakup gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik.

Macam-macam dan jenis jenis tipologi belajar

  • Belajar isyarat (signal learning). Dapat diartikan sebagai proses penguasaan pola-pola dasar perilaku bersifat tidak disengaja dan tidak disadari tujuannya. Dalam tipe ini terlibat aspek reaksi emosional di dalamnya.

  • Belajar stimulus-respons. Belajar tipe ini memberikan respons yang tepat terhadap stimulus yang diberikan. Reaksi yang tepat diberikan penguatan (reinforcement) sehingga terbentuk perilaku tertentu (shaping).

  • Belajar merantaikan (chaining). Tipe ini merupakan belajar dengan membuat gerakan-gerakan motorik sehingga akhirnya membentuk rangkaian gerak dalam urutan tertentu. Tingkah laku "chaining" dapat merupakan salah satu dari "motor skills". Melalui "chaining" terjadi kesatuan hubungan stimulus -- respons dalam satu rangkaian.

  • Belajar asosiasi verbal (verbal association). Tipe ini merupakan belajar menghubungkan suatu kata dengan suatu objek yang berupa benda, orang atau kejadian dan merangkaikan sejumlah kata dalam urutan yang tepat.

  • Belajar membedakan (discrimination). Tipe belajar ini memberikan reaksi yang berbeda-beda pada stimulus yang mempunyai kesamaan.
  • Belajar konsep (concept learning). Belajar mengklasifikasikan stimulus atau menempatkan objek-objek dalam kelompok tertentu yang membentuk suatu konsep.

  • Belajar dalil (rule learning). Tipe ini merupakan tipe belajar untuk menghasilkan kaidah yang terdiri dari penggabungan beberapa konsep. Hubungan beberapa konsep biasanya dituangkan dalam bentuk kalimat.

  • Belajar memecahkan masalah (problem solving). Tipe ini merupakan tipe belajar yang menggabungkan beberapa kaidah untuk memecahkan masalah sehingga berbentuk kaidah yang lebih tinggi (higher order rule). Untuk memecahkan masalah dia harus memiliki aturan-aturan atau pengetahuan dan pengalaman, melalui pengetahuan aturan-aturan inilah dia dapat melakukan keputusan untuk memecahkan suatu persoalan.

Benjamin Bloom adalah seorang psikolog pendidikan yang terkenal karena kontribusinya dalam bidang pendidikan, khususnya dalam pengembangan taksonomi tujuan pendidikan. Ia dikenal luas karena menyusun "Taksonomi Bloom," yang mengklasifikasikan tujuan pembelajaran ke dalam tiga domain utama:

  • Mengingat (Remember)
  • Memahami (Understand)
  • Menggunakan (Using)
  • Menganalisis (Analyze)
  • Mengevaluasi (Evaluate)
  • Mencipta (Create)

Kemampuan siswa untuk memahami dan menyerap informasi/pelajaran sudah pasti berbeda tingkatnya. Ada yang cepat, sedang dan ada pula yang sangat lambat. 

Setiap siswa tidak hanya belajar dengan kecepatan yang berbeda tetapi juga memproses informasi dengan cara yang berbeda. Karenanya, mereka seringkali harus menempuh cara berbeda untuk bisa memahami sebuah informasi atau pelajaran yang sama. Ada tiga jenis gaya belajar, yaitu:

  • Gaya belajar visual. Menitikberatkan pada ketajaman penglihatan. Artinya, bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih dahulu agar mereka paham.

  • Gaya belajar auditorial. Mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya. Karakteristik gaya belajar seperti ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama menyerap informasi atau pengetahuan. Artinya, kita harus mendengar, baru kemudian kita bisa mengingat dan memahami informasi itu.

  • Gaya belajar kinestetik. Mengharuskan individu yang bersangkutan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar ia bisa mengingatnya. Tentu saja ada karakteristik gaya belajar seperti ini yang tidak semua individu bisa melakukannya. 

  • Karakteristik yang khas bagi siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik, yaitu menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi utama agar bisa terus mengingatnya.

Siswa merupakan individu yang sedang masa pertumbuhan dan perkembangan. Di samping mereka mempunyai kesamaan, tentu juga mempunyai sifat yang khas yang dimilki oleh diri pribadi mereka masing-masing. 

Komponen utama terbentuknya keunikan individu dengan timbulnya perbedaan individu dapat diperoleh dari factor pembawaan dan lingkungan tempat mereka tinggal. Pembawaan dan lingkungan tempat mereka tinggal juga akan mempengaruhi perbedaan individu (Mulyadi, 2010).

Perbedaan secara umum disebabkan oleh dua faktor, yakni faktor bawaan dan factor lingkungan. Faktor bawaan merupakan faktor biologis yang diturunkan melalui pewaris genetic oleh orang tua. Faktor lingkungan yang menyebabkan terjadinya perbedaan individual diantaranya status sosial ekonomi orang tua, budaya, dan urutan kelahiran.

Sifat individual adalah sifat yang berkaitan dengan orang perseorangan. Ciri dan sifat orang yang satu berbeda dengan yang yang lain. Perbedaan ini disebut perbedaan individu atau perbedaan individual. Maka "perbedaan" dalam "perbedaan individu" menurut Landgren (1980) menyangkut variasi yang terjadi, baik variasi pada aspek fisik maupun psikologis. 

Di lingkungan pendidikan, ditemukan perbedaan individual anak didik cukup banyak, yang semuanya merupakan ciri kepribadian anak didik sebagai individu. Suharsimi Arikunto (1986) melihat kepribadian anak didik itu mencakup aspek jasmani,agama, intelektual, sosial,etika, dan estetika.

Guru dapat mengatasi perbedaan yang terjadi dalam proses pembelajaran di sekolah dengan berbagai cara, membuat siswa termotivasi dan memiliki niat untuk belajar. Siswa diharapkan tidak mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran jika ada niat dan motivasi belajar selama proses pembelajaran.

Dari hasil pembahasan mengenai tipologi belajar anak didik dan perbedaan individual dalam belajar, dapat disimpulkan bahwa memahami karakteristik belajar yang berbeda di kalangan siswa merupakan elemen penting dalam menciptakan lingkungan pembelajaran yang efektif dan inklusif. Setiap siswa memiliki gaya belajar unik visual, auditori, atau kinestetik yang mempengaruhi bagaimana mereka menerima dan mengolah informasi. 

Gaya belajar ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk latar belakang keluarga, lingkungan, pengalaman belajar sebelumnya, dan karakteristik pribadi. Perbedaan ini menegaskan bahwa tidak ada pendekatan pembelajaran tunggal yang dapat memenuhi kebutuhan semua siswa secara optimal.

Dalam upaya meningkatkan efektivitas pembelajaran yang mempertimbangkan tipologi belajar dan perbedaan individual, guru diharapkan mampu mengembangkan pendekatan yang variatif dan adaptif, sehingga mampu mengakomodasi kebutuhan belajar yang beragam di kalangan siswa.

 Pengenalan terhadap gaya belajar anak didik seperti visual, auditori, dan kinestetik dapat membantu guru dalam memilih metode yang paling sesuai untuk setiap individu. 

Guru juga perlu meningkatkan pemahaman dan kompetensi mereka terkait strategi pengajaran yang berbasis pada tipologi belajar melalui pelatihan atau program pengembangan profesional, guna mendukung proses belajar yang lebih inklusif dan menyeluruh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun