Kehidupan ibarat perjalanan. Bakal banyak persimpangan yang mengharuskan kita menentukan arah untuk mencapai tujuan. Film Cek Toko Sebelah menunjukkan pada kita bahwa untuk menentukan pilihan jalan hidup, haruslah bijaksana yang di dalamnya ada usaha, fokus, dan niat baik.
Sinema bergenre drama komedi yang disutradarai Ernest Prakarsa ini diawali dengan kesibukan Koh Afuk (Chew Kin Wah) dan karyawan toko kelontongnya. Toko yang menjual kebutuhan pokok atau sembako itu cukup besar dan memiliki banyak pelanggan. Dari sanalah Koh Afuk dan mendiang istri sukses menghidupi dua anak, Yohan (Dion Wiyoko) dan Erwin (Ernest Prakasa).
Yohan kemudian menikah dengan Ayu (Adinia Wirasti), perempuan pribumi, meski tak direstui oleh Koh Afuk. Apa boleh buat, Yohan dan Ayu sudah saling cinta.
Kehidupan mereka pas pasan. Bahkan, Yohan masih kerap berhutang pada ayahanda demi menopang usaha sebagai juru foto lepas.
Nasib sang adik, Erwin, bertolak belakang. Erwin punya karier cemerlang. Dia dipromosikan sebagai brand director Southeast Asia yang akan berkantor di Singapura. Natalie (Gisella Anastasia), sang pacar, yang punya karir moncer juga sangat mendukung Erwin.
Nah, di sini masalah mulai muncul. Koh Afuk berkeinginan mewariskan toko lantaran kesehatannya menurun dan usianya yang menua. Sebagai keluarga keturunan Tionghoa, sudah lazim seorang anak meneruskan usaha orang tua.
Yohan sendiri sudah menawarkan diri untuk mengurus toko itu. Tapi, Koh Afuk tidak yakin Yohan bisa. ’’Kamu ngurus diri kamu sendiri aja nggak bener. Saat ini kamu bertanggung jawab buat satu orang, yaitu Ayu. Tapi kalau urus toko, kamu bertanggung jawab pada semua pegawai papa.”
Koh Afuk akhirnya memilih Erwin untuk mengambil alih toko. Erwin yang sudah ancang-ancang berkarir di Singapura pun bingung. Apalagi, Natalie sudah mencak-mencak nggak setuju Erwin mengurus toko kelontong itu. Namun, Erwin akhirnya memutuskan untuk mencoba mengurus toko sang ayah dengan perjanjian cuma sebulan.
Dalam waktu sebulan itu, banyak hal terjadi. Toko sembako sang ayah ternyata menang kompetisi display produk. Para karyawan juga menyukai Erwin. Dalam hal pembukuan jadi lebih rapi ketika ditangani atau mendapat sentuhan Erwin.
Kocok Perut
Unsur komedi sangat terasa dalam film ini. Jelas itu diperkuat para pemeran pegawai toko yang adalah komika stand up comedy. Di film keluaran akhir 2016 itu, terlibat 20 komika yang punya peran macam-macam. Tak heran kalau Cek Toko Sebelah sukses bikin penonton ngakak habis. Misalnya adegan ketika Kuncoro (Dodit) menyapa Tini (Arafah Rianti), pegawai toko sembako sebelah. Kuncoro meminta Tini memanggilnya dengan nama Kuns. Tapi, teman-teman Kuncoro bilang kalau namanya lebih cocok dipanggil Coro yang artinya kecoa.
Tak berhenti di situ, kelucuan juga banyak tersebar dalam adegan. Misalnya saat Kuncoro mencoba mendekati Tini. ’’Kamu mau ke mana? Ayo tak anter,” ajak Kuncoro. Tapi, Tini menolaknya sambil malu-malu, ’’Nggak usah. Saya masih di bawah umur.”
Belum lagi akting Naryo (Yusril Fahriza), cowok feminin yang kerap cari perhatian pada Erwin. Dialognya dengan Kuncoro pun mengundang senyum. ’’Sedang nulis apa Kun? Surat wasiat, yo?” tanya Naryo. Kontan Kuncoro sebel. ’’Aku belum mau mati dalam waktu dekat, cuy. Kalau mau duluan ya monggo,” sahut Kuncoro.
Suspensi
Tapi, bukan Ernest namanya kalau ceritanya monoton cuma bikin penonton ketawa ketiwi. Peraih penghargaan sebagai penulis skenario terbaik FFI 2017 ini memang paling pintar untuk mengaduk emosi penonton melalui jalan cerita yang tak terduga.
Di tengah gelak tawa karena aksi para komika, penonton diberi suguhan yang mengharukan saat Koh Afuk memutuskan untuk menjual toko kelontong kepada developer properti bernama Robert (Tora Sudiro). Para pegawai tampak berat berpisah dengan Koh Afuk. Kesedihan memuncak ketika Koh Afuk mengenang perjuangannya membangun toko itu bersama istrinya hingga bisa besar dan menghidupi kedua anaknya. Lagu dari GAC feat The Overtunes (Berlari tanpa Kaki) yang jadi soundtrack adegan itu menyempurnakan keharuan.
Masalah makin pelik. Ayahnya masuk rumah sakit gara-gara kecewa dengan keputusan Erwin untuk meninggalkan toko dan meneruskan karirnya sebagai brand director of Southeast Asia. Tapi, memang benar kalau ada pepatah yang mengatakan, di balik kesusahan ada makna yang terkandung di dalamnya.
Erwin dan Yohan memiliki hubungan yang kurang baik. Bahkan, ketika menjaga sang ayah di rumah sakit, mereka sempat berantem dan dilerai oleh dokter (Arie Didu) dan satpam rumah sakit (Billy W Polli). Tapi, gara-gara diberi pengertian oleh satpam rumah sakit, mereka akhirnya saling memaafkan. Bahkan, mereka kompak berupaya membatalkan kontrak jual beli toko. Dengan segala intrik, Erwin dan Yohan yang berkolusi oleh Anita (Yeyen Lidya), asisten Robert, berhasil mendapatkan sertifikat toko milik sang ayah.
Menurut saya, film ini cocok ditonton bareng keluarga dengan catatan si anak harus berusia 17 tahun ke atas. Karena, ada beberapa adegan yang kurang cocok ditonton anak-anak, seperti, Anita yang mengenakan pakaian seksi. Termasuk dialog yang berhubungan dengan ukuran bra serta body shaming si asisten.
Mengapa film ini layak ditonton untuk keluarga? Ada sebentuk pembelajaran rasa hormat anak kepada orang tua yang tertanam pada film ini. Lihat saja adegan Yohan dan istrinya yang sabar meski sang ayah tidak menyukainya. Mereka berdua juga kerap mengunjungi makam ibu Yohan.
Kesetaraan gender juga ditonjolkan dalam tokoh-tokoh di film yang sudah tembus 2,6 juta penonton itu. Di antaranya bos Erwin bernama bu Sonya (Asri Welas), Natalie sebagai wanita karir, Ayu yang mengembangkan usaha kulinernya, serta kurir (Aci Resti) yang berakting sangat tengil.
Pelajaran lain yang bisa didapat dari film ini adalah kesabaran serta ketekunan akan membuahkan hasil. Seperti yang dilakukan oleh istri Yohan yang akhirnya memiliki toko kue sendiri.
Selain sarat akan pesan-pesan moral, film dengan 9 nominasi di FFI 2017 ini memberikan hiburan segar. Selain aksi ngocol para komika, akting putra bungsu Jokowidodo, Kaesang, tak kalah konyol. Dia berperan sebagai sopir taksi.
Ketika itu taksinya menyerempet Yohan. Karena emosi, Yohan menggebrak pintu dan menyuruh si sopir keluar dari taksi. Perdebatan sengit terjadi hingga Yohan mengeluarkan kata-kata, ’’Heh, memangnya ini negara bapak lo?” Dengan wajah tak berdosa Kaesang menyahut, ’’Ya ndak juga sih. Saya kan cuma bisa kerja, kerja, kerja.”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H