Di tengah gelak tawa karena aksi para komika, penonton diberi suguhan yang mengharukan saat Koh Afuk memutuskan untuk menjual toko kelontong kepada developer properti bernama Robert (Tora Sudiro). Para pegawai tampak berat berpisah dengan Koh Afuk. Kesedihan memuncak ketika Koh Afuk mengenang perjuangannya membangun toko itu bersama istrinya hingga bisa besar dan menghidupi kedua anaknya. Lagu dari GAC feat The Overtunes (Berlari tanpa Kaki) yang jadi soundtrack adegan itu menyempurnakan keharuan.
Masalah makin pelik. Ayahnya masuk rumah sakit gara-gara kecewa dengan keputusan Erwin untuk meninggalkan toko dan meneruskan karirnya sebagai brand director of Southeast Asia. Tapi, memang benar kalau ada pepatah yang mengatakan, di balik kesusahan ada makna yang terkandung di dalamnya.
Erwin dan Yohan memiliki hubungan yang kurang baik. Bahkan, ketika menjaga sang ayah di rumah sakit, mereka sempat berantem dan dilerai oleh dokter (Arie Didu) dan satpam rumah sakit (Billy W Polli). Tapi, gara-gara diberi pengertian oleh satpam rumah sakit, mereka akhirnya saling memaafkan. Bahkan, mereka kompak berupaya membatalkan kontrak jual beli toko. Dengan segala intrik, Erwin dan Yohan yang berkolusi oleh Anita (Yeyen Lidya), asisten Robert, berhasil mendapatkan sertifikat toko milik sang ayah.
Menurut saya, film ini cocok ditonton bareng keluarga dengan catatan si anak harus berusia 17 tahun ke atas. Karena, ada beberapa adegan yang kurang cocok ditonton anak-anak, seperti, Anita yang mengenakan pakaian seksi. Termasuk dialog yang berhubungan dengan ukuran bra serta body shaming si asisten.
Mengapa film ini layak ditonton untuk keluarga? Ada sebentuk pembelajaran rasa hormat anak kepada orang tua yang tertanam pada film ini. Lihat saja adegan Yohan dan istrinya yang sabar meski sang ayah tidak menyukainya. Mereka berdua juga kerap mengunjungi makam ibu Yohan.
Kesetaraan gender juga ditonjolkan dalam tokoh-tokoh di film yang sudah tembus 2,6 juta penonton itu. Di antaranya bos Erwin bernama bu Sonya (Asri Welas), Natalie sebagai wanita karir, Ayu yang mengembangkan usaha kulinernya, serta kurir (Aci Resti) yang berakting sangat tengil.
Pelajaran lain yang bisa didapat dari film ini adalah kesabaran serta ketekunan akan membuahkan hasil. Seperti yang dilakukan oleh istri Yohan yang akhirnya memiliki toko kue sendiri.
Selain sarat akan pesan-pesan moral, film dengan 9 nominasi di FFI 2017 ini memberikan hiburan segar. Selain aksi ngocol para komika, akting putra bungsu Jokowidodo, Kaesang, tak kalah konyol. Dia berperan sebagai sopir taksi.
Ketika itu taksinya menyerempet Yohan. Karena emosi, Yohan menggebrak pintu dan menyuruh si sopir keluar dari taksi. Perdebatan sengit terjadi hingga Yohan mengeluarkan kata-kata, ’’Heh, memangnya ini negara bapak lo?” Dengan wajah tak berdosa Kaesang menyahut, ’’Ya ndak juga sih. Saya kan cuma bisa kerja, kerja, kerja.”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H