Perjuangan Irfan memopulerkan udeng pacul gowang tak berhenti sampai di situ. Ikat kepala yang sarat filosofi (lihat grafis) itu lolos seleksi ke Jambore Pemuda Indonesia tingkat nasional di Sumatera Barat.
Demi eksistensi udeng tersebut, Irfan rajin mengikuti pameran. Malah di beberapa acara, seperti sosialisasi penyerapan anggaran desa oleh kementerian keuangan di Sidoarjo, udeng pacul gowang jadi primadona. Camat Sidoarjo, para sekdes, lurah, dan anggota DPR RI dari Sidoarjo yang hadir, memborongnya.
Tak cuma udeng. Irfan mulai mengeksplorasi kain batik khas Sidoarjo menjadi syal cantik. ’’Saya sangat bangga ketika melihat syal kami disandang menteri pemuda dan olahraga ketika datang di acara itu,” kata sulung dari tiga bersaudara itu.
Ketika udeng pacul gowang dikenal banyak pihak, orderan ikut meningkat. Memang, untuk penjualan tidak pasti jumlahnya. Tapi, kalau dibuat rata-rata, omzet per bulan sekitar Rp 2,5 juta.
’’Sebenarnya, kalau bicara soal udeng ini tidak melulu tentang jualan,” tegas Irfan. Melalui udeng itu, terselip pesan cinta akan budaya Sidoarjo.
Irfan dengan brand Darjoisme punya misi membangun pariwisata Sidoarjo melalui produk khas. ’’Sidoarjo ini kan lokasinya strategis. Ada terminal Purabaya dan bandara internasional Juanda. Tapi, wisatawan kebanyakan cuma numpang lewat tanpa tahu ada sesuatu yang bisa dilirik dari Sidoarjo. Karena itu, kita harus punya magnet melalui produk khas,” kata Irfan yang juga aktif di komunitas pegiat pariwisata tersebut.
Ke depan, Irfan dengan label Darjoisme ingin membangun desa wisata berbasis budaya. Senjata andalannya ya udeng.
Saat ini Irfan sudah merintis idenya melalui Kampung Lali Gadget. Aktivitasnya macam-macam. ’’Kami pernah mengadakan cooking class untuk anak-anak dengan membuat jemblem, jajanan khas Sidoarjo. Juga, mengajak anak-anak bermain permainan tradisional. Kami bahkan sempat mengadakan cangkrukan dengan mengundang Isa Bajaj. Tak ketinggalan, kami bikin pelatihan membuat udeng,” cerita Irfan antusias.