Libur Lebaran beberapa minggu lalu, saya dan keluarga cuma menghabiskannya di dalam kota. Pasalnya, saya dan suami cuma dapat libur tiga hari. Mau ke luar kota, takut terjebak macet. Ditambah lagi, harga tiket kalau Lebaran, mahal banget. Jadilah, saya memutuskan untuk di rumah saja bersama keluarga.
Awalnya, anak-anak sempat protes kenapa kok di rumah saja. Tapi, ketika saya ajak beraktivitas, mereka langsung semangat. Mau tahu apa aktivitas mereka saat liburan? Bersih-bersih rumah. Ternyata, ''acara'' itu punya banyak manfaat bagi anak-anak dan keluarga.
Pertama, mengajarkan kemandirian. Tak selamanya anak-anak akan tinggal dengan orang tua atau bergantung pada asisten rumah tangga. Bisa jadi suatu saat, mereka akan tinggal sendiri. Karena itu, untuk membiasakan mereka mengurus rumah, belajarnya ya sejak dini mengenalkan pada pekerjaan rumah, seperti membersihkan rumah. Tapi, tentu saja harus disesuaikan dengan usia. Misalnya, untuk usia tiga tahun diminta untuk membereskan mainan, usia lima tahun melipat selimut dan menata bantal guling, sedangkan untuk usia sembilan tahun membantu menyapu rumah.
Kedua, mengurangi stres. Liburan Lebaran ini kan bersamaan dengan liburan kenaikan kelas. Jadi, pas banget untuk mengajak mereka membenahi meja belajarnya. Buku pelajaran yang lama, dikumpulkan di satu kardus. Karena sudah tidak terpakai, buku tersebut disumbangkan kepada teman-teman lain yang membutuhkan. Meja belajar jadi bersih dan rapi. Menurut Dr Rian Rowles, seorang psikiater, dengan kondisi yang rapi dan bersih, bisa menurunkan tingkat stres dan kelelahan. Hal itu akan membantu anak-anak selama belajar agar lebih fokus. (Reader's Digest).
Ketiga, ikut memiliki. Dengan ikut membersihkan rumah, mereka juga merasa menjadi bagian dari rumah. Jadi, tak heran kalau mereka selalu ikut menjaga kenyamanannya dan bikin selalu kangen pada rumah ketika sedang berada jauh dari rumah.
Keempat, membakar kalori. Luangkan waktu satu jam untuk membersihkan jendela atau lantai, menata kembali kursi, atau membuang majalah bekas. Dan... 300-400 kalori akan terbakar. (kompas.com).
Kelima, rumah jadi sehat. Di dalam rumah yang bersih, terdapat penghuni yang sehat. Itu sudah ditanamkan oleh ayah-ibu saya sejak masih kecil dulu. Dan hal tersebut saya terapkan juga pada keluarga saya. Salah satu penyakit yang paling saya takuti adalah demam berdarah. Ketakutan saya ini bukannya tanpa sebab. Banyak orang yang terjangkit penyakit ini berakhir pada kematian. Hal itu juga yang terjadi pada seorang sahabat anak saya. Saya ingat betul, waktu kabar duka itu datang, liburan kenaikan kelas baru berlangsung sekitar tiga hari. Anak saya terenyak kaget tak percaya kalau sahabat karib di sekolahnya meninggal.
Padahal, sebelum liburan, dia dan sahabatnya sempat berjanji mau sepedaan bersama kawan-kawan lain. Ketika melayat ke rumah duka, saya baru tahu kalau sahabat anak saya meninggal karena terkena demam berdarah. Kesedihan masih menggelayut di keluarga yang ditinggalkan. Termasuk, teman-teman sekolahnya.
Saya langsung mencari tahu penyebab dan bagaimana mencegah terjadinya penyakit demam berdarah itu. Ternyata, penyakit yang disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti betina ini banyak terjadi di daerah yang mempunyai iklim panas dan lembap, seperti di Indonesia. Pada akhir Januari lalu, Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan ada 107 kabupaten yang melaporkan serangan DBD dengan 1.669 kasus. Tercatat 22 penderita meninggal dunia, sehingga rata-rata angka kematian DBD pada Januari 2016 adalah 1,3 persen. (kompas.com).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, nyamuk Aedes aegypti betina menyukai menetap dan berkembang biak dengan cepat di lingkungan rumah, terutama pada tempat-tempat gelap dan benda-benda yang tergantung di dalamnya. Selain itu, tempat-tempat yang banyak airnya atau tempat penampungan air di sekitar teras rumah merupakan sarang bagi nyamuk betina untuk bertelur dan berkembang biak hingga menjadi nyamuk dewasa, seperti bak mandi, penampungan air, lubang WC, talang air, vas bunga, kaleng bekas, barang-barang yang sudah tidak terpakai, tempat minum hewan peliharaan, mainan, dan lain sebagainya. (Mediskus.com). Kalau sudah begitu, tak cuma nyamuk Aedes aegypti yang ada, tapi juga nyamuk yang membawa virus malaria, chikungunya, dan zika.
Wah, itu artinya, rumah harus bebas nyamuk. Tapi, mana mungkin? Sangat mungkin. Kementerian kesehatan sempat meluncurkan kegiatan kampanye rumah bebas nyamuk secara nasional. Kampanye itu diharapkan efektif menurunkan jumlah penderita penyakit akibat nyamuk yang berakibat fatal.
Pertama, memaksimalkan sirkulasi udara dan cahaya yang masuk pada tiap ruangan rumah. Kedua, hindari air tergenang di seluruh tempat penampungan air di sekitar rumah, contohnya bak mandi, ember, tempayan, atau alas pot bunga. Harus dikuras dan tutup dengan rapat agar tidak menjadi tempat bertelur nyamuk.
Ketiga, sampah dan barang bekas yang bisa menampung air hujan bisa didaur ulang. Selokan dan talang air pun harus bebas dari sampah dan tidak tergenang air. Di samping itu, jaga kebersihan rumah dan lingkungan dengan menempatkan hewan peliharaan/ternak di luar rumah. Pangkas tanaman yang terlalu rimbun secara berkala, karena daun rimbun bisa menjadi hunian yang disukai nyamuk.
Walaupun sudah berada di rumah sendiri yang bersih, belum tentu nyamuk tidak akan hinggap di kulit Anda. Keberadaan nyamuk tetap akan menjadi ancaman. Oleh sebab itu, saya selalu melindungi kesehatan seluruh keluarga dari gigitan nyamuk di rumah. Misalnya, dengan memasang kain kasa di lubang ventilasi atau jendela.
Khusus buat anak saya yang masih bayi maupun yang sudah berusia 6 dan 9 tahun, saya memilih perlindungan minyak Telon Lang Plus untuk menghindarkan mereka dari gigitan nyamuk.
Komplet sekali perlindungan dari Telon Lang Plus. Ditambah lagi, harganya ekonomis. Tak salah kalau Telon Lang Plus jadi pilihan ibu yang smart untuk buah hatinya.
Ayo, mulai sekarang, ajak si kecil ambil bagian dalam acara bersih-bersih rumah. Hunian bersih, anak mandiri, keluarga sehat.
Tulisan ini dishare ke akun Instagram: https://www.instagram.com/p/BWScvJ1FNQj/?taken-by=xaveria_ru
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H