Mohon tunggu...
Ria Utami
Ria Utami Mohon Tunggu... Editor - Blogger

Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” ― Pramoedya Ananta Toer

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

[Mudasiana] Pekerjaan Masa Muda Jadi Pekerjaan Masa Kini

28 Oktober 2015   22:39 Diperbarui: 29 Oktober 2015   00:12 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika masih muda dulu....

Ngomongin masa muda, saya berasa tambah tuwir aja. Padahal, saya juga masih merasa muda meski sudah jadi orang tua. Hehe...

Menurut saya, anak muda itu identik dengan semangat yang berapi api, tak mudah putus asa, dan terus berproses.
Makanya, saya suka sebel kalau melihat anak muda sekarang yang semangatnya melempem. Misalnya, cari kerja yang gampang tapi gaji tinggi. Belum lagi, ketika dapat masalah, narkoba sebagai pelampiasan.

Bahkan, ada juga beberapa anak muda malah enak-enakan nongkrong menghabiskan duit orang tuanya. Eh, kok saya malah menjelek-jelekkan beberapa golongan anak muda, sih? Sudah, lupakan kata-kata saya yang nyinyir tadi.
Balik lagi ke pengalaman masa muda masa lalu, saat duduk di bangku SMA dan kuliah. Sejak SMA, saya sudah bisa cari duit sendiri, loh. Saat itu, saya jadi reporter pelajar di salah satu koran Surabaya. 

Beruntung sekali, di Surabaya ada koran yang memiliki rubrik pelajar setiap hari Minggu. Saya yang hobi menulis, bisa menyalurkannya di koran itu. Tulisannya macam-macam, mulai liputan kegiatan pentas seni sampai wawancara sama tokoh masyarakat. Saat itu, saya merasa beruntung sekali. Ketika teman-teman sekolah hanya tahu lingkungan sekolah, saya malah sering ketemu banyak teman di luar sekolah. Bahkan, wawasan pun bertambah karena tugas untuk wawancara dengan banyak pakar, mulai soal kesehatan, pendidikan, agama, hingga politik. Bahkan, kerap ketemu artis. Seruuu..

[caption caption="Ketemu Didi Element. Saya yang paling kanan"][/caption]

Belum lagi, saya bisa mendapatkan pembelajaran langsung soal penulisan dan kerja di media cetak. Selain dapat pengalaman yang berharga, saya dapat honor, pula. Jumlahnya, kalau menurut saya lumayan banget untuk seukuran anak SMA. Bisa buat tambahan jajan atau jalan-jalan dan nambah tabungan juga. Meskipun sambil kerja, saya tetap bisa mengatur waktu belajar di sekolah dengan baik. Sayang sekali, koran pelajar itu sekarang sudah tidak ada lagi. 

Selepas SMA, kegiatan saya di bidang tulis menulis masih berlanjut. Waktu itu, ada lowongan untuk menjadi kru sebuah halaman anak muda di salah satu koran di Surabaya juga. Tapi, kali ini segmennya ke anak-anak SMA dan kuliah. Salah satu syaratnya adalah masih mahasiswa. Berbekal pengalaman menulis selama SMA, akhirnya saya pun diterima. Karena halaman anak muda itu terbit setiap hari, jadi porsi pekerjaan saya mirip dengan karyawan betulan. Masuk setiap hari dengan jam kerja fleksibel namun tetap ada deadline yang harus ditaati. Karena itu, saya diharuskan untuk bisa mengatur waktu agar tidak berbenturan dengan kuliah.

Lulus dari bangku kuliah, saya direkrut oleh koran tempat saya bekerja itu. Kalau teman-teman lain lulus kuliah masih nyari-nyari pekerjaan, saya nggak. Saya udah langsung kerja di koran itu hingga sekarang. Tentu saja sudah bukan memegang halaman anak muda lagi. Hehe...

Melihat saya yang kerja sejak SMA, ada juga yang nyeletuk, ''Sayang ya masa muda dihabiskan dengan cari duit. Kapan waktu main-mainnya?"

Inilah yang saya sukai dari pekerjaan saat SMA dan kuliah itu. Soalnya, bisa dilakukan sambil main-main juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun