Mohon tunggu...
Ria Utami
Ria Utami Mohon Tunggu... Editor - Blogger

Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” ― Pramoedya Ananta Toer

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Gracia Paramitha: Environment is Part of My Life

19 Mei 2015   16:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:49 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pejuang Muda untuk Pelestarian Lingkungan

"Segala sesuatu yang aku kerjakan, ujung-ujungnya untuk lingkungan," ujar Gracia Paramitha, 26 tahun, yang konsisten dan tekun melestarikan lingkungan hidup sejak masih SMP.


Sepintas, gadis yang akrab dipanggil Grace ini terlihat pendiam. Tapi, begitu diajak ngobrol, Grace amat hangat, ramah, dan lugas. Apalagi, kalau obrolan bertema pelestarian lingkungan hidup, rona wajah cantik Grace berubah jadi serius dan excited. ''Ya, environment is part of my life," ujar pemilik kulit kuning langsat ini.


Jadi Putri Lingkungan Hidup

Di usianya yang masih belia, Grace sudah menunjukkan konsistensinya dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Dia pun kerap didapuk jadi delegasi Indonesia di luar negeri sebagai duta lingkungan. Seperti pada 2002, Grace dinobatkan sebagai Putri Lingkungan Hidup oleh Tunas Hijau Club, sebuah LSM lingkungan di Surabaya yang didukung oleh Pemerintah Kota Surabaya. Selain itu, Grace dikirim menjadi delegasi Indonesia untuk Millennium Kids International Environmental Children Conference di Perth, Australia di bulan September-Oktober 2002.


Selama menjadi Putri Lingkungan Hidup, Grace dan tim menginisiasi pembangunan 10 taman kota di Surabaya. Pelestarian dengan pembangunan taman kota membawa Grace bertemu dengan Presiden kala itu Megawati Soekarnoputri. Lebih membanggakan lagi, berkat taman-taman itu, Surabaya pun dikenal sebagai kota dengan taman-taman asri.


[caption id="attachment_366526" align="aligncenter" width="300" caption="Gracia Paramitha (3 dari kiri) bertemu dengan Megawati Soekarnoputri. Sumber: tunashijau.org "][/caption]


Lepas dari Putri Lingkungan Hidup, bukan berarti Grace abai dengan isu-isu lingkungan hidup. Grace malah getol menekuni isu lingkungan global. Saat kuliah di Jurusan Hubungan Internasional Universitas Airlangga Surabaya, 2008, Grace terpilih menjadi trainer termuda dalam Project Management and Leadership Training on Climate Change oleh British Council. Setahun kemudian, alumni SMA Kr. Petra 2 Surabaya ini dipercaya sebagai delegasi Indonesia untuk United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) di Kopenhagen, Denmark di tahun 2009.


Grace bilang, banyak pelajaran berharga dari berbagai kegiatan tadi. ''Aku melihat banyak kepentingan dan gap dari berbagai negara untuk sepakat dan mau komitmen menurunkan karbon, salah satu emisi gas rumah kaca terbesar," cerita pengampanye aktif perilaku bijak pada alam dengan selalu berhemat energi, pangan, dan air ini.


Konsistensi pada pelestarian lingkungan juga dituangkannya dalam skripsi "Politik Luar Negeri Indonesia dalam Menyukseskan Green Diplomacy PBB" . ''Saya melihat isu lingkungan global menjadi agenda ketiga setelah keamanan internasional dan ekonomi global," kata perempuan yang lulus S-1 dalam 7 semester dengan predikat cumlaude ini.


Menurut Grace, sampai saat ini belum banyak peneliti hubungan internasional di Indonesia yang menekuni 'diplomasi hijau'. ''Ini kesempatan saya untuk ikut andil dalam mengatasi berbagai persoalan lingkungan global," cetus cewek yang gemar pakai kebaya ketika mengikuti forum internasional.

[caption id="attachment_366533" align="aligncenter" width="300" caption="Gracia di sebuah forum internasional. Sumber: tennisforum.com"]

1432025822228822841
1432025822228822841
[/caption]


Ibu Jadi Inspirasi

Kecintaannya pada bidang lingkungan hidup tak lepas dari peran serta sang ibu. ''Ibu lah yang menginspirasi saya. Sejak kecil, saya dan adik-adik diajarkan untuk berperilaku ramah lingkungan," ujar Grace.


Salah satu contohnya adalah melakukan piket hemat listrik. Selain itu, sang ibu yang juga dosen lingkungan mengajarkan Grace pentingnya menanam pohon. Karena itu, sebagai upaya penghapusan jejak karbon pribadi, Grace menanam satu pohon setiap berkendara dengan kendaraan bermotor sejauh 10-20 km.


''Lingkungan merupakan penyatu segalanya. Kalau udara kotor, tak mungkin kita bisa beraktivitas," alasan antusiasme Grace pada lingkungan.


Menurut Grace, ikut andil dalam melestarikan lingkungan sebenarnya simpel. Budayakan hemat air dan BBM. "Pada 2030, air bersih cuma sisa 3 persen, lho" ujar perempuan yang pernah bekerja di Kementrian Lingkungan Hidup setelah lulus kuliah.


Saat ini, Grace kerap melakukan perjalanan ke berbagai daerah. ''Selain untuk mengumpulkan data-data soal isu lingkungan yang terjadi di sana, saya sempatkan untuk melakukan kampanye pelestarian lingkungan hidup," kata motivator yang tertantang untuk menyadarkan masyarakat agar peduli pada lingkungan.


Terlibat di PBB

Mewakili perempuan muda Indonesia, Grace pernah membawa harum nama negeri di tingkat internasional. Pengalaman bekerja di kementerian lingkungan hidup membawa Grace ke PBB sebagai advokat muda United Nations Environment Programme (UNEP), badan PBB untuk lingkungan.


[caption id="attachment_366529" align="aligncenter" width="300" caption="Terlibat di UNEP (Badan PBB untuk lingkungan). Sumber: medanmagazine.com"]

1432025448829656970
1432025448829656970
[/caption]


Yang mengesankan bagi Grace ialah berkesempatan berpidato dalam pembukaan TUNZA International Youth Conference 2013 di Kenya bersama Direktur Eksekutif UNEP Achim Steiner. "Cita-citaku terlibat di PBB terwujud," ujar Grace bangga.


Dalam pidato itu, Grace mengingatkan kembali pada pencanangan program World City Forest. Selain itu, Grace mengusulkan empat solusi menarik yang bernama 4ECOs: ECO-leadership, ECO-consciousness, ECO-sustainability, dan ECO-partnership. Kepemimpinan, kesadaran, keberlanjutan, serta kemitraan merupakan kunci sukses untuk menciptakan lingkungan pemerintahan lebih baik (good governance) yang terus mengedepankan pembangunan berkelanjutan.


Pada konferensi tersebut, Grace juga menekankan pentingnya peran pemuda sebagai kunci dari pembangunan berkelanjutan, yang turut andil dan berhak mendapatkan sistem pengolahan air bersih, ketahanan energi, dan pangan, serta kesejahteraan sosial. Bahkan, menurutnya, sudah saatnya anak muda bermitra langsung dengan pemerintah untuk membuat kebijakan-kebijakan penting di bidang lingkungan.


Berbagi Kisah Perjalanan Diplomasi Lingkungan Global

Sebagai kado di hari lingkungan, pada 5 Juni mendatang, Grace berencana akan berbagi pengalamannya tentang Diplomasi Lingkungan Anak Muda melalui sebuah buku. ''Saya ingin menunjukkan bahwa anak muda juga peduli pada lingkungan. Belajar dari forum internasional, anak muda sudah waktunya untuk bermitra dengan pemerintah dalam membuat kebijakan-kebijakan," jelas alumni S-2 Hubungan Internasional Universitas Indonesia ini.


Dirikan Indonesia Youth Diplomacy (IYD)

Perempuan yang pernah ikut kontes kecantikan bareng Siti Nurhalizah ini tak hanya peduli pada pelestarian lingkungan, tapi juga peduli pada masa depan pemuda negeri ini. Grace bersama teman-teman mendirikan organisasi Indonesia Youth Diplomacy (IYD). ''Pendirian IYD bertujuan meningkatkan kapasitas dan partisipasi pemuda dalam diplomasi internasional," ujar Grace.


Pada awal berdiri pada 2010, IYD hanya berfokus pada pengiriman delegasi pemuda ke G20 Youth Summit / Y20 Summit. Namun seiring berjalannya waktu, IYD menambah beberapa program seperti Franco-Indonesian Youth Fellowship, UN Youth Delegates dan Post-2015 Development Agenda.


Karena itu menurut Grace, penting bagi pemuda untuk dibekali kemampuan diplomasi. Karena pemuda kini bisa mengambil peran sebagai pengamat, pelaku atau pengawas dalam proses diplomasi dan pengambilan kebijakan. Apalagi, Indonesia sedang mengahadapi masyarakat ASEAN yang menuntuk pemuda Indonesia untuk terampil dan cakap berdiplomasi.


Harus Punya Brand Personality

Smart, cantik, dan berani itulah Grace. ''Seorang perempuan selain punya beauty, brain, dan behavior, juga butuh brand personality. Karena itu, mulai bangun brand diri dari sekarang supaya lebih menonjolkan kelebihan diri untuk masa depan yang baik," tutur dosen Climate Change and Environment di London School of Public Relation (LSPR).


Putri pertama dari Prof. Dr. Pantja Djati dan Wahju Astjarjo Rini ini juga menjadi Initiator dan Club Coordinator Youth Diplomacy Community. "Ini merupakan wadah yang mengajak mahasiswa LSPR mencintai isu global dan menekuni bidang hubungan internasional," katanya.


Dalam mengajar, Grace lebih suka menggunakan media sosial, up to date, dan mengutamakan partisipasi murid. Setiap Earth Hour dan Maret, murid-murid LSPR melalui Climate Change Champions Club (4C) menyelenggarakan berbagai aktivitas lingkungan yang menarik. Di antaranya, meletakkan beberapa bank kertas di berbagai sudut kampus untuk didaur ulang.


Cita-Cita Jadi Profesor Muda di Lingkungan Global

Prestasi demi prestasi diraih oleh perempuan yang berencana mengambil program S-3 Hubungan Internasional di Inggris. Namun, dia masih menyimpan ambisi besar menjadi profesor muda di bidang lingkungan global yang lebih fokus kepada pemberdayaan kaum disabilitas. ''Selama ini mereka belum mendapatkan akses, informasi, dan pelatihan yang sama dengan masyarakat lainnya," urai Grace.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun