’’Selamat, Anda dapat hadiah liburan ke Lombok selama 4 hari 3 malam dengan semua biaya akomodasi ditanggung sponsor. Anda juga bisa ajak suami dan dua anak."
*cubit-cubit tangan sendiri* ternyata emang cuma mimpi. Saking penginnya liburan gratis, sampai jadi bunga tidur.
Ya, liburan kan butuh duit gede. Apalagi saya yang harus membawa dua bocil. Tapi, keinginan untuk liburan memang terkadang tak bisa terbendung lagi. Haha…
Makanya, meskipun duit pas-pasan, maksa liburan. Jadinya, perlu usaha ekstra hunting tiket murah, menginap di budget hotel, dan cari sewa kendaraan yang murmer.
Destinasi liburan yang kami pilih adalah dalam negeri (karena saya ingin anak-anak mengenal Indonesia lebih dulu) dan selalu disesuaikan dengan kondisi anak-anak yang masih berusia 7 dan 4 tahun. Agak ribet sih pilih-pilihnya. Soalnya, menurut saya, di Indonesia sendiri masih minim fasilitas liburan buat keluarga yang cocok juga buat anak balita.
Misalnya, saya pengen banget ke Derawan. Tapi, ketika cari info kanan kiri, perjalanannya lama dengan transportasi air yang kurang nyaman dan aman bagi anak. Lagipula, di TKP-nya sendiri anak-anak paling cuma bisa main-main di pantai. Masih belum bisa snorkeling dan diving. Yasud, akhirnya saya urungkan rencana itu. Saya balik arah ke Bromo sembari nonton sebuah event musik jazz yang rutin digelar di sana setahun sekali. Anak-anak saya yang memang demen sama musik jazz bisa menikmati pergelarannya dan esok paginya melihat sunrise dari puncak Bromo. Trus, pulang deh.
[caption id="attachment_347384" align="alignleft" width="300" caption="Nonton Jazz Gunung"][/caption]
Karena saya tinggal di Surabaya, saya paling hobi ajak anak-anak ke Kota Batu. Di sana ada banyak tempat wisata yang cocok untuk anak-anak. Di antaranya, Jatim Park 1 dan 2, Eco Green Park, dan Museum Angkut. Anak-anak bisa belajar budaya, sejarah, dan pengetahuan alam dengan menyenangkan. Cuma sayang, harganya itu loh yang rada menyakitkan ati. Hihihi... Selain itu, perawatannya juga kurang maksimal. Seperti, waktu kami ke Eco Green Park, ada beberapa wahana yang underconstruction.
Saya juga pernah ajak anak-anak main ke Jogjakarta. Menyenangkan. Tapi, karena pas musim liburan, jalanan jadi macet di mana-mana, bikin nggak nyaman wisatawan. Seperti ketika mampir ke Taman Pintar Jogjakarta, karena sebelumnya kejebak macet, akhirnya sampai lokasi udah siang dan harus uyel-uyelan sama rombongan lain. Gerah plus sumpek, kami pun cepat-cepat keluar. Padahal, banyak alat peraga yang belum kami coba.
Oia, di Jogja, saya sempat ajak anak-anak ke candi Borobudur dan Keraton. Mungkin lebih berkesan kalau di candi Borobudur atau Keraton menyuguhkan pertunjukan kesenian semacam sendra tari. Misalnya saja, dalam sehari ada dua kali show. Hal itu terbesit ketika saya ajak anak-anak mengunjungi Bali. Di Bali, mereka sangat terkesan dengan pertunjukan tari Barong. Juga, tari Kecak yang diadakan di pinggir pantai Uluwatu saat sunset. Cakeeep...
[caption id="attachment_347385" align="aligncenter" width="300" caption="Enjoy Borobudur"]
Kota lain yang pernah kami kunjungi yaitu Jakarta. Saya ajak anak-anak ke Kidzania. Tapi, saya mikir, kalau sering-sering ke sana, bisa jebol kantong nih. Apalagi, lokasinya yang di mal gede, bikin lapar mata.
Masih di Jakarta, saya jadwalkan ke Taman Mini Indonesia Indah bersama anak-anak. Konsep kereta gantungnya bisa diadopsi di beberapa tempat wisata di Indonesia juga, loh. Salah satunya, kawasan Selecta, Batu-Malang yang punya view keren.
Sedangkan di Bogor, Edo dan Mita demen banget pas diajak ke JungleLand. Pilihan wahananya banyak dan terletak di outdoor dengan udara sejuk. Lagi-lagi, saya kepikiran, pasti seru kalau dibikin parade seperti di Hongkong Disneyland. Saya saja yang udah tuwir gini terharu ngeliat rombongan Mickey and friends dengan kostum dan musiknya yang megah itu lewat di depan saya saat parade. Ditambah lagi, menjelang malam hari ada pertunjukan kembang api yang woow...
[caption id="attachment_347386" align="alignnone" width="300" caption="Parade Mickey Mouse and Friends di HK Disneyland"]
Dari pengalaman-pengalaman bepergian bareng keluarga, ada beberapa masukan untuk Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Saya mengharapkan Parekraf membuat pergelaran yang khas di tiap-tiap daerah. Bisa dalam bentuk sendra tari, parade ikon daerah, live music daerah untuk Pergelaran dibuat rutin, seperti di Bali. Jadi, para wisatawan bisa kapan saja berkunjung ke sana untuk menyaksikannya.
Menghadirkan wahana-wahana menarik, misalnya, kereta gantung, kereta wisata, bus wisata dengan ikon-ikon khas daerah masing-masing. Dengan demikian, anak-anak pun jadi antusias.
Memperbaiki sarana transportasi. Misalnya, keberangkatan perahu atau kapal yang sesuai jadwal. Jadi, wisatawan dapat dengan mudah menyesuaikan rencana perjalanannya.
Kerja sama dengan pemkot setempat untuk memberlakukan kawasan bebas kendaraan pribadi saat weekend atau tanggal merah bahkan long weekend. Sebagai gantinya, pemkot memfasilitasi masyarakat dengan angkutan umum dengan jadwal tepat waktu serta nyaman. Ini untuk mengatasi kemacetan yang kerap bikin wisatawan kurang nyaman.
Menyuguhkan kerajinan dan kuliner khas daerah setempat di toko dan pusat oleh-oleh. Ditambah lagi menghadirkan alunan musik khas daerah itu. Dengan demikian, wisawatan akan memperoleh ambience dan rasa kangen untuk kembali ke tempat itu.
Tulisan ini diikutkan dalam
Kompas Blogcompetition bertema Harapanmu terhadap Kementerian Pariwisata
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H