Kubilang tidak apa-apa, nanti siang kutanya lagi.
Kutunggu. Siangnya kutanya lagi, "Bisa kuajak makan di luar siang ini?"
Lima menit kemudian, kamu minta maaf. Dua kali kata maaf, di awal dan akhir penolakan. Kamu tidak bisa karena sejak tadi mengantar temanmu.
Kubalas, "That's OK. Aku mengerti."
Aku mengerti. Kalau memang mau kuajak makan, kamu pasti menulis, "Klo hri lain ja gimana?" Itu kata logika. Cinta membutakan logika. Kutunggu kamu ulang tahun. Kukirimi pesan selamat ulang tahun.
Kamu balas dengan satu kata, "Tengkyu."
Kutanya lagi, "Mau kutraktir?
Kamu tidak pernah membalasnya sampai sekarang.
Apakah kamu benar-benar ingin menghindariku? Butuh keberanian untuk mencari tahu. Kukumpulkan keberanian itu. Tiga detik setelah kamu update status, kuaktifkan Facebook chat. Ternyata kamu terlihat "unavailable to chat". Aku tahu artinya, kamu mengutak-atik Facebook chat-mu supaya aku tidak bisa chatting denganmu.
Lou, kata orang, cinta jangan pakai logika. Biarlah aku menyingkirkannya. Biarlah aku menunggu "lain kali giliranku yang traktir." Kalau pun akhirnya kecewa, biarlah aku mengenang kencan pertama kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H