Kunikmati percakapan kita. Kamu bertanya tentang aku; kujawab apa adanya. Karena kamu teman akrab adikku, kutanya siapa-siapa saja saudaraku yang belum kamu kenal. Kamu kenal hampir semuanya, kecuali kakak tertuaku. Kusebutkan urutannya satu persatu, sampai akhirnya kamu tahu aku jauh lebih tua dari yang kamu sangka. Kecewa? Aku memikirkannya sejak siang itu.
Sebelum kita berpisah, aku bertanya, "Lain kali mau kuajak makan lagi?"
Kamu jawab, "Gantian saja kita, lain kali giliranku."
Lou, kamu menolak dengan sangat indah.
Aku memikirkanmu. Akankah aku mendapat kesempatan kedua? Aku manusia bodoh, tahu gantian traktir itu hanya penolakan halus, tetapi masih berharap kamu ijinkan aku mendekatimu.
Lou, suatu sore, kamu kelihatan online di Facebook chat.
Kusapa, "Akhirnya muncul juga."
Kamu balas, "Memang aku setan?"
Ada "nada" ketus. Aku merasakannya. Aku langsung minta maaf. Sampai sekarang tidak pernah kamu balas.
Lou, itulah terakhir kalinya kulihat kamu di facebook chat.
Aku memang tolol. Tahu seperti itu, tetapi tetap kukelilingi kota mencari warung steak. Kamu pernah menulis sesuatu tentang steak di dindingmu, jadi aku ingin mengajakmu makan steak. Kamu balas pesan pendekku, "Lihat dulu ya, kalau nggak ada kerjaan. Tapi aku tidak janji."