Bergabungnya 11 pemain SAD pada seleksi tahap akhir Timnas U19 asuhan coach Indra Syafri menimbulkan kecurigaan banyak kalangan. Tak terkecuali bagi diri saya sendiri. Sepanjang sejarah program SAD tak satupun prestasi yang bisa didapatkan. selain itu, dari sisi pemain yang dihasilkan belum ada pemain yang benar - benar menonjol. Maka tidak heran jika bergabungnya para pemain SAD ini merupakan titipan dari KPSI a.k.a BTN.
Yang sangat disayangkan adalah masuknya para pemain SAD harus mengorbankan para pemain U19 yang sudah lama bergabung dan telah menyumbang 2 trophy dari Hongkong. Dalam kondisi seperti ini, sulit memang bagi seorang Indra Syafri untuk bisa melawan kehendak BTN. Mengingat aksi pembersihan KPSI terhadap kelompok pro reformasi hanya menyisakan Indra Syafri, Aji Santoso yang kini hanya sebagai bemper RD dan sang ketua yang hanya jadi boneka.
Dari 11 pemain, akhirnya Indra Syafri menyertakan 4 pemain dalam daftar 20 pemain U19. Awalnya saya berharap bahwa keputusan coach Indra memasukkan 4 pemain ini karena memang berkualitas. Pada pertandingan perdana melawan Brunei, penampilan Maldini (SAD) sempat membuat saya berpikir bahwa pemain - pemain SAD terpilih karena kualitas bukan karena titipan. Selain Maldini, ada Yama Pranata yang mengisi skuad inti. Babak pertama, Maldini mampu merepotkan barisan pertahanan Brunei. Namun masuk menit 50, Maldini menunjukan penampilan khas "produk" KPSI. Stamina loyo, permainan ngaco, determinasi dan kerja sama tim..ergghhh. Dinan Yahdian yang masuk sebagai pemain pengganti juga tidak jauh berbeda. Bermain apik 25 pertama, setelah itu..waduh.
Pertandingan melawan Myanmar semakin menenggelamkan para pemain SAD. Maldini bahkan tidak mampu beraksi sejak menit pertama. Dinan Yahdian yang punya skill individu agak lumayan namun buruk dalam kerja sama tim. Yama pranata ngos - ngosan.. Dan puncaknya adalah pertandingan malam ini.. Maldini, Yama Pranata tidak mampu mengimbangi para pemain Vietnam. Dinan hanya bisa bermain apik 25 menit pertama, setelah itu..?????
Andai saja para pemain SAD ini tidak bergabung, mungkin kita masih bisa melihat aksi pemain - pemain U19 yang sudah bergabung sejak U17. Ada Eriyanto dan lain - lain. Dan bukan tidak mungkin Gavin Kwan juga bisa bergabung di tim ini. Sayang, syahwat berkuasa La Nyala a.k.a KPSI harus membuat tim U19 yang sudah dibentuk oleh kelompok reformasi sejak 2 tahun lalu, harus layu sebelum waktunya.
Kalau sudah seperti ini, saya sepakat dengan bro Mafruhin bahwa selama La Nyala a.k.a KPSI masih bercokol di PSSI, jangan pernah berharap banyak Indonesia bisa berprestasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H