Mohon tunggu...
Muhamad Zainudin
Muhamad Zainudin Mohon Tunggu... -

Anak Mama

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ibu Kartini Hidupku

21 April 2018   03:14 Diperbarui: 21 April 2018   04:13 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti halnya mentari yang membias segala jutaan cahaya kemuka bumi yang penuh kedangkalan kelam, waktu adalah perlambangan ajarnya .waktu bergulir sejak ia menampakan diri bersama fajar ayu menganga dari ufuk timur sampai berakhir pada perpisahan senja di ufuk barat.

Aku dan waktu selalu dipersalahkan, semerbak harum dalam nasehat ibuku mengaum keras di balik dapur yang terbakar.Besok adalah hari pertama masuk kampus, tentu banyak hal baru yang ingin kulakukan guna mengembangkan diriku yang ingin menolak sebuah pembodohan.Aku menempuh jenjang pendidikan di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta.Berjuta harapan saat alarm kupasang pada pukul 08.00 wib.

Saat waktu menyuarakan alarm kamar, aku tengah sibuk dengan mimpi yang mengapung di awang-awang. Entah kenapa hasrat yang tadinya menggebu menghilang sesaat dalam perlelapan yang syahdu. Alarm pertama tidak dapat terdengar hingga berakhir pada telinga ibuku yang merespon kebisingan,hal itu sontak membuat bibir ibuku mengaung untuk kesekian kalinya. 

Namun aku masih sibuk oleh mimpi. Lima belas menit berselang jam menunjukan pukul 08.15 saat itu alarm kedua berdering tanpa menimbulkan efek padaku, pekik dari mulut alarm tak juga segera menyudahi pejaman indraku. Saat alarm kedua bertahta, ibu yang geram membangunkanku dengan ciuman manis berupa tamparan air mineral di muka imut ini. Aku sontak berpaling dari mimpi dan membelalak mataku hingga tak sadar oleh segala keindahan dalam mimpi.

"Ada apa, Bu, kok pakek acara disiram sih?" Tanyaku keheranan.

"Udin, Udin! Kamu itu mau jadi apa, lihat sekarang sudah jam berapa?" Sambil menunjuk jam yang tersenyum di meja belajarku. Kamu gak kuliah, ingat ini hari pertama masuk kampus." Seru ibuku yang mulai meninggi nadanya.

"Iya, Bu, aku lupa." Sembari berlari ke kamar mandi.

"Dasar bocah geblek!"Gerutu ibuku.

Sebagai mahasisiwa harus tampak bersih, hingga waktu dikamar mandi cukup memakan waktu yang cukup lama. Tak lama berselang sekitar lima belas menit aku keluar dengan raut yang sedikit berseri.

"Aduh sudah jam segini bisa gawat kalau sampai telat ke kampus, masa hari pertama telat kan gak ganteng." Sembari mengeringkan rambut yang sedikit ikal itu.

Jam sudah menunjukan pukul 08.30 wib. Mentari mulai mengeluarkan aura yang cukup terik tuk disentuh oleh jutaan sel-sel epidermis kulit manusia. Tetapi aku masih sibuk dengan penampilan agar terlihat feminim dengan gaya yang kekinian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun