Dalam perjalanan menuju pilar kesenduan
Rengkuh sesaat bila dia memagut ceceran keusanganÂ
Dilema dalam fikir juga rasaÂ
Melirik mata kearah genting nan mancayÂ
Dimana sesaat kerling wajahnya memerah meredam ku pada ketidakberdayaan
Pelipur hati tengah menepi seiring kedangkalan yang semakin menyurut
Pilar utama selalu tertawa pada perasaan
Masih terpatung bersama rentetan sembilu nan hendak berpadu
Pilarku tahu meski waktu berjalan selalu.
Bangku kosong menjadi saksi bisu sembari meregang pantat yang ingin bersendawa
Pohon kecapi gugur saat ku lantunkan pujian untuk pilar kesenduan
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!