Mohon tunggu...
Anak Laut
Anak Laut Mohon Tunggu... -

Akun ini dikelola secara kolektif oleh anak muda yang berusaha menyebarkan dan menanamkan jiwa maritim keseluruh masyarakat Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pendidikan Maritim untuk Anak Muda

2 Mei 2016   14:08 Diperbarui: 2 Mei 2016   14:18 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

m.maritimemagz.com

Pendidikan itu perlu. Semua orang pasti tahu, hebatnya sebuah bangsa ditentukan bagaimana negara mendidik anak mudanya. Anak muda adalah generasi yang paling berapi-api, tahan banting dan sedang cari jati diri. Maka, peran negara menjadi wajib, dan harus segera mengarahkan semangat muda ini kepada hal yang jauh lebih berdayaguna.

Dari pada nanti anak muda ini makin hilang arah, kecanduan sosial media, mengkonsumsi narkoba, membuang tenaga dengan percuma. Alangkah lebih baiknya pemerintah kita mulai memberdayakan mereka. Ambil langkah strategis, sinergikan semangat muda mereka untuk membantu negara mewujudkan kedaulatan maritim pada tahun 2016 ini.

Jangan sampai, ambisi pemerintah untuk membangun kedaulatan maritim, dan visi presiden Jokowi untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia, terlalu berorientasi pada pembangunan infrastruktur hingga mengabaikan pendidikan sumber daya manusianya.

Bila ini yang terjadi, hal tersebut sungguh berbahaya, ibarat raga tanpa jiwa. Pembangunan yang dilakukan pemerintah hari ini hanya akan menghasilkan raga yang tidak berdaya tanpa ada jiwa yang menjaganya. Pembangunan yang semacam itu pasti rapuh, mudah hancur, tidak akan kuat berkompetisi dan cepat dihabisi.

Sejarah sudah membuktikan, pembangunan yang hanya berorientasi pada infrastruktur, sejak dari awal ia direncanakan sebenarnya sudah menanamkan bibit kehancurannya sendiri. Bahkan sebelum Jokowi menjadi presiden, pendahulunya pun melakukan melakukan kesalahannya serupa. Memang membingungkan kelakuan mereka, entah mengapa, para petinggi negeri ini terlalu memuja keberhasilan pembangunan yang indikatornya hanya sebatas tumpukan beton dan besi.

Saat awal reformasi pemerintah kita sebenarnya sudah mengadang-gadang pembangunan maritim, makanya bukan hal yang luar biasa bila hari ini ada departmen khusus yang mengelola kelautan dan perikanan. Dalam hal ini, Presiden Jokowi hanya menegaskan kembali dan membuat rencana tidak lanjut dalam hal yang sebelum memang sudah ada.

Setidaknya, niat mulia pak presiden perlu di apresiasi. Programnya perlu didukung dan  kita terlibat aktif memberikan masukan. Maka pada derajat tertentu, kita perlu mengingatkan pemerintah berbagai aspek pembangunan maritim yang selalu luput, terutama aspek pendidikan maritim untuk anak muda.

Pendidikan maritim yang dimaksud tidak hanya untuk menyediakan tenaga kerja terampil atau mencetak buruh untuk mengisi lapangan pekerjaan di sektor kelautan dan perikanan. Pendidikan maritim yang diperlukan saat ini, adalah yang mengupayakan penguatan karakter dan wawasan tentang maritim kepada anak muda di seluruh Indonesia.

Pendidikan maritim untuk anak muda harus direncanakan dengan baik, strategis dan jangka panjang. Karena harus diakui, membangun karakter sebuah bangsa jauh lebih susah daripada membangun ribuan gedung pencakar langit. Namun, mau tidak mau pendidikan maritim harus menjadi prioritas. Agar anak muda, calon generasi penerus, kembali menjadikan laut sebagai urat nadi kehidupan berbangsa dan bernegara

Menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia sangatlah mungkin. Mengingat potensi Indonesia dari segi ekonomi dan geografis yang wilayah terletak di tengah-tengah atau sebagai penghubung antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Ditambah lagi dengan luas teritori dari barat ke timur sepanjang 5.111 km dan dari utara ke selatan 1.888 km. kekuatan maritim adalah anugerah dan warisan yang tidak bisa diingkari lagi oleh kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun