Mohon tunggu...
Anak Langit
Anak Langit Mohon Tunggu... -

Kisah petualangan Anak Langit dalam memerangi degradasi moral di negeri pelangi yang sangat korup dan carut marut oleh keserakahan itu.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cara Cepat Jadi Pahlawan

1 April 2010   01:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:04 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin pagi, Rabu 31 Maret 2004, saat menuju tempat kerja sambil berparade di jalanan Jakarta nan muaaaceet saya mendengarkan siaran radio Elshinta. Sekitar pukul 7.40 wib sang penyiar mewawancarai Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar soal si tersangka begajul pajak Gayus Tambunan. Wawancara itu bagi saya sangat inspiratif sehingga menimbulkan ide 'brilyan' yang ingin saya bagikan kepada anda disini, yakni "Cara Cepat Menjadi Pahlawan".

Dalam wawancara itu sempat terlontar ucapan pak Menteri bahwa ini kesempatan bagi Gayus untuk menjadi pahlawan dengan membeberkan semua yang terkait dengan perkara penggelapan pajak yang menyangkut dirinya. Woow.. sangat inspiratif bukan? Kalau bisa menjadi pahlawan dengan cara begitu betapa mudah dan enaknya: Anda hanya perlu berbuat jahat, memperkaya diri, merampok uang orang banyak yang gede sekalian, lalu kemudian ber"nyanyi"!

Buat saya, seorang pahlawan adalah orang yang berontribusi POSITIF kepada masyarakatnya. Hasil kerja seorang pahlawan memberikan NILAI TAMBAH istimewa atau sangat siknifikan bagi bangsanya. Dalam soal Gayus Tambunan, nilep pajak uang keringat rakyat jelas perbuatan yang ber-NILAI MINUS, dus mengurangkan.

Nah, kalau sekarang dia mau bernyanyi sehingga terbongkar semua jaringan kerja jahat mereka, apakah memberikan NILAI TAMBAH pada pundi-pundi kebangsaan Indonesia? Bagi saya jawabannya TIDAK! Karena sekalipun uang yang ditilep itu mereka kembalikan kepada negara, nilai tambahnya bagi negara maksimal kembali ke 0 (nol). Tidak ada yang bertambah dari nilai kebangsaan kita.

Ah... mungkin saya saja yang gak bener.....

Bagaimana pendapat anda?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun