Mohon tunggu...
Anak Langit
Anak Langit Mohon Tunggu... -

Kisah petualangan Anak Langit dalam memerangi degradasi moral di negeri pelangi yang sangat korup dan carut marut oleh keserakahan itu.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Orang-orang "Lingkaran Dalam"

13 Mei 2010   00:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:14 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

aldnp 14

Meski pak Gadar bukan pemimpin tertinggi di lembaganya, tetapi semua orang tahu dialah yang paling berpengaruh disana, karena dia orang kepercayaan partai yang berkuasa. Bahkan pimpinan lembaga itu tidak akan berani menentang keputusan yang diambil “anak buahnya” yang satu ini meski tidak sesuai dengan kebijakan organisasi yang dipimpinnya.

Dalam hirarki organisasi partai, pak Gadar menempati posisi khusus yaitu sebagai anggauta “Lingkaran Dalam”. Kelompok ini tidak tampak dalam struktur resmi kepartaian, tetapi semua orang tahu mereka adalah orang-orang terdekat dan terpercaya pimpinan tertinggi partai yang berkuasa.

Meski demikian kebanyakan orang tidak pernah tahu individu-individu yang menjadi anggota kelompok istimewa ini. Seperti halnya pak Gadar, kebanyakan orang hanya tahu dia adalah orang ‘kiriman” partai, tetapi tidak ada yang yang tahu kalau pak Gadar adalah anggota Lingkaran Dalam, termasuk pimpinannya di lembaga keuangan Negara itu.

Pimpinannya di lembaga keuangan Negara itu adalah seorang professional dalam bidang ekonomi dan keuangan, professor dan guru besar di perguruan tinggi terkemuka. Saat ditunjuk untuk memimpin lembaga itu, sebenarnya ia enggan menerimanya dan lebih memilih mengajar di perguruan tinggi. Namun menimbang resiko yang dapat menimpa dirinya dan terutama terhadap keluarganya, ia tidak memiliki pilihan kecuali menerimanya.

Sadar akan hal itu ia mengambil sikap yang lebih positif, menerima dengan diiringi semangat dan motivasi yang tinggi agar justru jabatan itu tidak jatuh ke tangan orang yang tidak bertanggung jawab sehingga membawa negaranya menuju jurang kehancuran yang lebih dalam. Dalam hati ia bertekad untuk tidak membiarkan kekuasaan tangan-tangan kotor itu bersimaharajalela.

“Saudara saya tunjuk untuk memimpin Lembaga Keuangan Negara kita. Apakah saudara bersedia?” tanya pimpinan tertinggi Negara yang juga adalah pimpinan tertingi partai yang berkuasa, saat ia dipanggil menghadap ke istana kenegaraan.

“Saya bersedia, Yang Mulia Bapak Pimpinan!” jawabnya dengan mantap.

“Bagus, kalau begitu!” kata Yang Mulia dengan senyum kecil menghias wajahnya.

Sulit mengartikan makna dibalik senyum itu, senyum yang bisa menipu siapapun.

“Saya minta saudara menjalankan dengan sebaik-baiknya tugas itu demi kejayaan bangsa kita.” lanjutnya.

Ia berhenti sebentar memberikan kesempatan sang professor menyiapkan diri mendengarkan perintah yang paling utama.

“Dengan satu syarat! Saudara tidak boleh menghalangi setiap keputusan yang dibuat oleh saudara Gadar yang akan kami tempatkan di bagian Anggaran Negara…!”

Yang Mulia itu berhenti sejenak, menatap tajam mata professor untuk mencari kesungguhan hatinya.

- Anak Langit Di Negeri Pelangi -

Sebelumnya Sesudahnya


  1. Kejar dan Habisi Dia !
  2. Begini Rasanya Mati
  3. Pagar Makan Tanaman
  4. Membongkar Pembelian Fiktif
  5. Antara Pacar dan Sepeda Motor
  6. Senyum Yang Terindah
  7. Hanya Gila Tapi Tidak Bodoh
  8. Dia yang Berkotbah, Dia Yang Korup
  9. Para Saksi Harus Dilenyapkan
  10. Pemerintahnya Ganti, Sistemnya Sama Saja
  11. Korupsi Berjamaah: Sistemik
  12. Korupsi Berjamaah: Mentalitas Proyek
  13. Bos Koruptor Di Posisi Kunci
  14. Orang-Orang Lingkaran Dalam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun