(karena mengenang para pahlawan tak perlu menunggu "Hari Pahlawan")
Dentum meriam
derap langkah
degup jantung
desah nafas
berburu
diburu
kapan ia berakhir tak kutahu
ku hanya berlari dalam lorong waktu
yang kuingin
anak cucu berjalan beriring
menikmati semilir angin
yang hanya kurasa saat terdesak ke tebing
yang kurindu
persaudaraan dalam simfoni merdu
terbuang semua nada sendu
hancur sudah rantai belenggu
yang kuimpi
penerusku menggapai mimpi
cukuplah mereka berpeluh
darah telah kubayar tanpa keluh
kutarik nafas terakhir
tak rela kuhembuskan kembali
setiap pelarian pasti kan berakhir
dihadapan "Sang Pemegang Kendali"
tak kusesali masa mudaku
tak kuratapi masa depanku
hari tua bukanlah bagianku
dalam kedipan, semesta berlalu
tak perlu kau tahu siapa aku
tak perlu piagam di dinding terpaku
demi yang berharga, kuterjang peluru
itu sudah cukup bagiku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H