Mohon tunggu...
Sunita Yani
Sunita Yani Mohon Tunggu... -

penyair dari gunung serindit\r\nAku cinta Indonesia..Kalau tidak bisa memperbaikinya paling tidak kita tidak turut serta merusaknya

Selanjutnya

Tutup

Politik

Prahara : Denmas Wowi dan Denmas Wowo

13 Mei 2014   19:46 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:32 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Alkisah dalam cerita..

Kanjeng Ratu Ibu pertiwi lagi galau

Mau milih calon raja di tlatah  nusantara

Yang akan memerintah nagara

Denmas pangeran Wowi dan denmas pangeran Wowo

Putra tercinta saling berebut tahta singgasana

Di depan mata ibunda  dan rakyat jelata

Denmas wowi dan danmas wowo saling adu digdaya

Para kurcaci dan punakawan di sekelilingnya saling adu suara

Ungkapkan kebrobrokan para denmas  musuhnya

Dengan berbagai isu entah benar entah dusta

Atau jangan-jangan Cuma sekedar sandiwara

“Eh..para rakyat jangan pilih denmas wowo

Perutnya gendut karena banyak cacingnya”

“Eh..para jelata jangan pilih denmas wowi

Badanya kurus cacingan juga”

Eeh..ladalah..rakyat jelata dan ibu pertiwi makin galau saja

Ternyata para calon raja punya cacing dalam perutnya

Para cacing berbahaya mengancam kedua putranya

Duh…kemana hendak  bertanya, ibu pertiwi bermuram durja

Untunglah dia teringat ki Semar yang sederhana dan bijaksana

Ibu pertiwi curhat kepadanya” Bagaimana ini ki semar , mana yang harus jadi raja?”

Ki semar mesam mesem saja

keningnya sedikit berkerut dan matanya menerawang mayapada

“Duh..ibu..denmas wowi itu seperti anakku petruk

Denmas wowo itu seperti anakku bagong..

Petruk dadi ratu atau bagong dadi ratu …itu sama tiada bedanya

Hamba khawatir angkara murka makin meraja”

“Duh gusti ratu ibu pertiwi maafkan hamba..

Sebaiknya kita semua bersama seluruh rakyat jelata

Mengheningkan rasa dan cipta dan akal budi mencari  jawaban  yang maha kuasa

Smoga di beri petunjuk siapa sebenarnya yang layak menjadi raja”

Ibu pertiwi manggut-manggut dan segera bersamadi

Kisemar  segera ngeluyur mencari tempat tafakur

Sementara itu wirawiri kesana kemari ki togog dan mbilung

Terus meniupkan kabar-kabur yang bikin rakyat jelata bingung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun