“Tapi bukankah bebek dan beo bukan calon raja, mengapa suara mereka labih keras dari suara banteng dan garuda?”
“Entahlah…bisa jadi memang antara mereka saling ada kepentingan dengan para calon raja, sepertinya justru beo dan bebek ini yang makin memperkeruh dan memusingkan seisi hutan dengan nyanyian mereka yang ngawur itu”
“Begitukah,..sebegitu kisruh dan gemparnya sampai suaranya melintasi kolong langit, sungguh sebuah kehancuran akan terjadi jika para binatang memperbutkan kuasa dengan mengkhalalkan segala cara” serempak ular hijau dan ular putih berkata.
“jangan berkata begitu,…aku tahu kalian juga binatang” sang wali tersenyu.
“Maafkan kami yang rendah ini mencoba mengelabui pandangan mata wali…kami memang binatang, itulah sebabya kami bertapa ribuan tahun untuk merubah diri menjadi manusia..” kedua ular jujur diri uangkapkan jati dirinya.
“menurutku hentikan tapamu…Nanti kau akan menyesal jika terkabul wujudmu menjadi manusia”
“Mengapa wali..?”
“lebih bahagia menjadi binatang”
“benarkah wali?”
“Benar, percayalah”
“Lihatlah kelakukan para manusia. Mereka sekarang bisa berbuat sama seperti binatang, bahkan lebih hina. “