Mohon tunggu...
Agung Wiendarto
Agung Wiendarto Mohon Tunggu... Freelancer - orang biasa

Bad Photographer, Bad Writer. Lahir di Surabaya, menyukai buku Karl May, Enid Blyton, Hardy Boys, Sir Alfred Joseph Hitchcock, Salandra, Hilman Hariwijaya, tulisan lepas Cak Nun, dan suka terminologi Wimar Witoelar soal orang biasa. Suka bikin aplikasi berbasis Android, terima email di agung@dewagung.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Polisi Misteri ini, Sendiri Mengejar Mimpi

20 Oktober 2015   19:24 Diperbarui: 20 Oktober 2015   19:35 15343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang Polisi

(yg tidak mau dipublikasikan namanya)
punya mimpi
sederhana saja,
agar kesadaran pake helm, utamakan keselamatan, muncul dari hati
bukan karena paksaan atau aturan

Dia beli coklat beng-beng modal sendiri
Kendaraan yg anak kecilnya pakai helm dia apresiasi
Tiap hari ada 3-5 coklat dia bagi
Efek samping yang tidak dia sadari adalah seperti ujarnya ini:

Ternyata anak ini langganan dapet coklat dari saya.. Kata bapaknya, tiap pagi dia selalu cari2 saya. Saya memang biasakan bawa coklat buat reward anak2 yg mau pake helm. Saya tdk begitu hafal anak2 yg saya kasi coklat.. Ternyata berkesan bagi anak-anak..

Polisi ini jauh lebih bahagia,
lakukan inisiatif pribadi
ketimbang mesti menindak Warga Tua
yang ngeyel abaikan keselamatan diri

Semoga tindakan kecil si Polisi
membuatnya Bahagia dalam menjalankan
pengabdian 24 jam
sekalipun sering terima caci maki
saat berupaya beri pemahaman
pentingnya keselamatan

Semoga anak-anak kecil
yg terima coklatnya
mengingatnya
sebagai sahabat
yang tulus
memahami
keselamatan sesama
lebih berarti

amin..

Saya ndak berani berdoa muluk-muluk
Karena yang muluk
tidak membumi

~agung, orang biasa
bukan polisi

 

Jangan tanya saya kenapa tulisan saya diatas di share oleh 4,476 kali dan di LIKE oleh 322 rekan di facebook. Jujur, saya ndak tahu.

Yang saya tahu dua hari kemudian media-media online turut memberitakannya juga. Ada 15 belasan media yang tampil di Google jika kita ketikkan keyword "polisi beri coklat". Polisi ini saja baru tahu di hari ke-dua saat saya kabari bahwa media turut bahas postingan saya.

Pencitraan? Mohon maaf Kisanak, bukan. 

Si Polisi ini, tidak mau namanya dipublikasikan. Saya menghormatinya dan tetap sampai mati tidak akan berikan namanya pada media. Bahkan, Polisi ini sempat menyesalkan ulah saya memposting berita tentang dirinya karena setelah 3 hari dari posting awal di facebook, media cetak dan online memburunya.

"Wah Pak, saya dikejar-kejar media nih", keluhnya.

"Loh kan enak jadi terkenal" pancing saya.

"Ndak pak, saya tetep ndak mau nama saya ditulis.. Juga saya ndak mau wajah saya terlihat. Lha wong niatan ini ndak untuk cari popularitas kok. Apalah ini wong cuma coklat.." timpalnya.

Rupanya para wartawan menghubungi kantornya, dan dari kantornya mendapatkan nomor telepon polisi ini. Dalam hati saya geli, paling nanti kalau wartawan media cetak mengabadikan, dia pasti tersorot juga namanya.

Mengejutkan, saat wartawan DETIK Com dan Radar Bromo berhasil memburunya, namanya tetap TAK TERTULIS..! Cek artikel disini sebagai bukti. Polisi Misteri ini tetap berusaha agar identitasnya tetap terlindungi. 

Kalau pencitraan, pasti lain lagi posenya.

Kalau ini pencitraan dari Satlantas, tentu Kasatlantasnya di artikel tersebut serta merta mengklaim bahwa ini adalah bagian dari kegiatan satuannya. Ini tidak.

Kasatlantasnya dengan lugu menuturkan bahwa tidak ada program pemberian cokelat ke anak yang mengenakan helm. Namun ia (Kasatlantas) mengaku sangat mendukung aksi tersebut.

Lihat > http://news.detik.com/berita/3040628/polantas-ini-dipuji-netizen-karena-beri-cokelat-ke-anak-yang-berhelm

Saya juga tidak mengenal kepribadian asli si Polisi ini dalam kesehariannya. Saya malah baru tahu saat ada yang share postingan sembari beri komen sebagaimana skrinsyut dibawah ini.

Jadi jangan tanya saya tentang kepribadian si Polisi misteri ini. Tanya saja sama Muhammad Avicinna Dipayana. Saya juga gak kenal Muhammad Avicinna Dipayana ini.

Diam-diam pengetahuan saya akan sisi lain si Polisi ini makin bertambah.. 

Dilema datang, saat seseorang dari sebuah media televisi kirim pesan lewat inbox saya yang ingin tahu identitas si Polisi karena ingin mengangkatnya sebagai sosok untuk dipublikasikan di televisi. Saya tetap menepati janji saya untuk tidak memberitahukan identitasnya. Saya yakin reporter ini memiliki keahlian untuk menelusuri jejak si Polisi misteri lewat struktur Kepolisian Resor Probolinggo Kabupaten.

Menarik untuk diikuti bagaimana jika Media televisi besar memaksa Komandannya untuk menampilkannya. Apakah dia akan tetap kukuh mempertahankan keinginannya untuk tetap menjadi misteri?

Tapi apa iya kepribadian Polisi ini menarik untuk diberi porsi di televisi? Seperti acara Kick Andy ? 

Sepertinya tidak. 

 

:)

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun