Mohon tunggu...
Putri Dwita Sale
Putri Dwita Sale Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa, hobi saya membaca dan menonton.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Sampah Plastik: Ancaman Nyata bagi Generasi Masa Depan

30 April 2024   13:41 Diperbarui: 30 April 2024   13:49 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Sampah plastik merupakan ancaman nyata bagi generasi masa depan kita. Setiap tahunnya, miliaran ton plasti diproduksi di seluruh dunia, dan sebagian besar berakhir sebagai limbah yang tidak terurai. Pada tahun 2023, total sampah yang dihasilkan secara global mencapai sekitar 2,5 miliar ton. Sekitar 12% dari total sampah adalah sampah plastik yang mencapai sekitar 300 juta ton. Sampah organik menyumbang sekitar 40% dari total sampah, atau sekitar 1 miliar ton. Sisanya sekitar 48% adalah sampah non-plastik seperti kertas, kardus, logam, dan kaca.

Sampah plastik menjadi salah satu masalah lingkungan yang paling mendesak di sluruh dunia saat ini. Dari lautan yang luas hingga pegunungan yang terpencil, jejak plastik menyerbu seluruh penjuru bumi, mengancam keberlangsungan hidup kita dan generasi yang akan datang. Di samping itu, sampah plastik juga merusak ekosistem dan mengganggu kehidupan satwa liar. Hewan-hewan laut sering kali tersangkut atau memakan plastik, yang dapat menyebabkan cedera serius atau bahkan kematian. Untuk mengatasi krisis sampah plastik, langkah-langkah tegas harus segera diambil. Pemerintah, industri, dan masyarakat harus bekerja sama untuk mnegurangi penggunaan sampah plastik sekali pakai, mengingatkan daur ulang, dan mengembangkakn alternatif ramah lingkungan. Dengan mengambil tindakan sekarang, kita dapat melindungi planet ini untuk generasi yang akan datang. Hanya dengan langkah-langkah konkret dan kolaborasi global yang solid, kita dapat mengatasi ancaman nyata sampah plastik dan mewariskan lingkungan yang lebih bersih dan berkelanjutan bagi generasi masa depan.

Sampah plastik memiliki dampak yang merusak lingkungan di berbagai level. Di lautan, studi menunjukkan sekitar 80% sampah plastik di lautan berasal dari aktivitas di daratan. Estimasi terbaru menyebutkan ada lebih dari 171 triliun keping plastik yang mengambang di lautan seluruh dunia. Secara total berat sampah plastik di lautan diperkirakan skitar 2 juta ton. Ini menunjuukkan banyaknya plastik berukuran mikro yang berasal dari degradasi plastik besar. Para peneliti memperkirakan 4,8 hingga 12,7 juta metrik ton plastik masuk ke laut setiap tahunnya, angka ini berpotensi terus meningkat. Keadaan tersebut mengganggu ekosistem laut dan mematikan satwa laut yang memakan atau terjebak dalam sampah tersebut. Selain itu, proses dekomposisi plastik manjadi mikroplastik juga mengancam kehidupan laut yang lebih kecil yang merupakan dasar rantai makanan laut.

Di darat, hampir 30% dari total sampah plastik global, yaitu sekitar 120 juta ton, terakumulasi di daratan. Di Indonesia sendiri, sampah plastik di daratan mencapai 3,2 juta ton per tahun, serta Amerika mencapai 11,2 juta ton sampah per tahun. Sampah-sampah plastik tersebut berasal dari sampah rumah tangga, seperti kantong plastik, dan kemasan makanan, merupan sumber utama sampah plastik di daratan. Sampah plastik di darat menyebabkan penecemaran lingkungan, memperburuk kualitas tanah dan air serta merusak ekosistem lokal. Pembakaran sampah plastik juga menghasilkan emisi gas beracun yang berkontribusi pada perubahan iklim global. Dengan demikian sampah plastik tidak hanya menjadi ancaman bagi kehidupan laut, tetapi juga mengganggu keseimbangan ekosistem secara keseluruhan.

Paparan manusia terhadap plastik juga memiliki dampak serius terhadap kesehatan. Penumpukan sampah di selutuh dunia bukan hanya mencemari lingkungan, tetapi juga membawa dampak serius bagi kesehatan manusia. Berikut beberapa penyakit yang dapat di timbulkan dari penumpukan sampah plastik:

1. Gangguan Pencernaan

Plastik yang terurai menjadi partikel-partikel kecil bisa tercampur dengan makanan. Ketika makanan yang terkontaminasi ini di konsumsi, partikel plastik bisa masuk ke dalam saluran pencernaan manusia. Hal tersebut dapat menyebabakan gangguan pencernaan, seperti mulas, perut kembung, atau bahkan sumbatan pada saluran pencernaan. Sebagai contoh nyata bahwa, pada tahun 2018, seorang wanita di Indonesia, yang di samarkan namanya dengan nama Ibu Ani mengalami sakit perut parah, termasuk diare, mual, dan muntah. Awalnya, ia mengira sakitnya disebabkan oleh keracunan makanan. Namun, setelah pemeriksaan dokter, ia di diagnosis menderita kolitis mikroplastik. Dokter menemukan mikroplastik dalam tinja Ibu Ani, yang diduga berasal dari air mineral kemasan plastik yang banyak dikonsumsinya. Mikroplastik ini diduga menumpuk diususnya sehingga menyebabkan peradangan. Beruntung, setelah mendapat pengobatan yang tepat, kondisi Ibu Ani kini membaik. Kasus Ibu Ani tersebut menjadi salah satu dari banyaknya dampak gangguan pencernaan yang ditimbulkan oleh sampah plastik, hal ini menjadi pengingat bagi kita semua tentang bahaya mikroplastik dan pentingnya mengurangi penggunaan plastik sekali pakai demi menjaga kesehatan pencernaan dan melindungi lingkungan.

2. Gangguan Reproduksi Dan Perkembangan

Beberapa jenis sampah plastik mengandung bahan kimia berbahaya seperti Bisphenol A (BPA) dan Flatat. Paparan jangka panjang terhadap bahan-bahan kimia ini telah dikaitkan dengan gangguan hormonal, termasuk gangguan pada sistem reproduksi manusia. Plastik juga dapat menyebabkan gangguan fungsi hormonal dalam tubuh manusia. Gangguan hormon ini dapat mempengaruhi fertilitas dan perkembangan reproduksi baik pada pria maupun wanita. Lingkungan yang tercemar oleh sampah plastik juga dapat memiliki dampak psikologis pada manusia, termasuk stres dan kecemasan. Stres kronis dapat mempengaruhi keseimbanganhormonal dalam tubuh, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi fungsi reproduksi dan perkembangan. Sebagai contoh nyata dari kasus tersebut, pada tahun 2023, di Geresik Jawa Timur, seorang wanita hamil mengalami keguguran berulang kali. Melalui pemeriksaan, terungkap bahwa plasenta dan darah janinnya terkontaminasi dengan mikroplastik. Kemungkinan besar, kontaminasi ini berasal dari air minun yang tercemar plastik. Kasus ini menyoroti dampak serius sampah plastik terhadap kesehatan reproduksi dan perkembangan janin. Dengan demikia, peristiwa tersebut menjadi contoh konkret bagaimana sampah plastik tidak hnya mengancam lingkungan, tetapi juga menyentuh dimensi sensitif dari kesehatan manusia.

3. Kanker Pencernaan

Karsinogen dari mikroplastik dapat merusak DNA sel-sel di pencernaan, mnyebabkan mutasi dan pertumbuhan sel abnormal. Pertumbuhan sel abnormal yang tidak terkendali ini dapat berkembang menjadi tumor ganas, atau kanker. Kanker pencernaan yabf paling sering terkait dengan mikroplastik adalah kanker usus besar, kanker perut, dan kanker pankreas. Gejala kanker pencernaan bisa beragam tergantung pada janis kanker dan seberapa lanjut penyakitnya. Beberapa tanda umum kanker pencernaan meliputi perubahan dalam pola buang air besar, seperti diare, sembelit, atau adanya darah tinja. Selain itu gejala lainnya meliputi rasa sakit perut yang berlangsung terus-menerus, penurunan berat badan yang tidak disengaja, mual dan muntah, serta kelelahan yang tidak wajar. Saya menganbil contoh nyata dari kasus tersebut tentang penelitina yang di lakukan di Cina pada tahun 2021 oleh tim peneliti dari Sun Yat-sen University di Guangzhou, Cina. Mereka menganalisis sampel jaringan usus besar dari 38 pasien kanker usus besar dan 35 orang sehat. Hasilnya menunjukkan bahwa mikroplastik ditemukan di semua sampel jaringan usus besar, baik dari pasien kanker maupun orang sehat. Mikroplastik yang ditemukan dalam penelitian ini berukuran antara 10 dan 100 mikroplastik. Mereka berasal dari berbagai jenis plastik, seperti polyethylene, polypropylene dan polyvinyl chloride. Mikroplastik ini diduga masuk ke dalam rubuh manusia melalui makanan dan air yang terkontaminasi. Penelitian ini menujukkan bahwa mikroplastik dapat menumpuk di organ pencernaan manusia dalam jangkawaktu yang panjang. Akumulasi mikroplastik ini beropotensi menyebabkan kerusakan DNA dan peradangan, yang berkontribusi pada perkembangan kanker usus.

      Untuk mengatasi krisis sampah plastik tersebut, kita perlu melakukan pebdekatan 3R yaitu, Reduce (Mengurangi), Reuse (Menggunakan Ulang) dan Recycle (Mendaur Ulang). Dengan melakukan pendekatan tersebut secara konsisten dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat mengurangi jumlah sampah plastik yang dihasilkan, meminimalkan dampaknya terhadap lingkungan, dan menciptakan dunia yang lebih bersih dan berkelanjutan bagi generasi mendatang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun