Mohon tunggu...
A.A Ketut Jelantik
A.A Ketut Jelantik Mohon Tunggu... Penulis - Pengawas Sekolah

Pernah bekerja sebagai wartawan di Kelompok Media Bali Post, menulis artikel di sejumlah media cetak baik lokal maupun Nasional, Redaktur Buletin Gita Mandala Karya Utama yang diterbitkan APSI Bali, Menulis Buku-buku Manajamen Pendidikan, Editor Jurnal APSI Bali, dan hingga saat ini masih ditugaskan sebagai Pengawas Sekolah Jenjang SMP di Kabupaten Bangli-Bali serta Fasilitator Sekolah Penggerak angkatan 3

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Model Pembelajaran Flipped Class Room, Masihkah Relevan?

24 Januari 2023   04:51 Diperbarui: 24 Januari 2023   05:12 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ket. Photo: Dalam MP Flipped Class Room, siswa lebih banyak membentuk diri dalam penguatan Keterampilan abad 21 ( jelantik)

Pada dimensi lain, MP Flipped Classroom yang bergantung pada sumber pembelajaran sinkrone ( realtime/ online ) dan asinkron ( Luring ) mengharuskan siswa untuk memiliki piranti tehnologi komunikasi seperti gadget, laptop maupun lainnya untuk mampu mengakses sumber belajar. Namun fakta menunjukan belum semua siswa memiliki piranti tersebut. 

Jikapun sebagian ada, namun akses internet  yang masih belum maksimal dipastikan akan menjadi kendala. Untuk mampu mengunduh video dibutuhkan internet yang stabil dan bekerkecepatan tinggi.

Menurut Adhitiya dkk (2015), langkah-langkah model pembelajaran dengan flipped class room adalah sebagai berikut: A. Persiapan: (1) Sebelum tatap muka guru memberikan materi dalam bentuk video pembelajaran, (2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, (3) Guru menyampaikan secara garis besar materi yang akan dipelajari, (4) Memberi tugas siswa untuk membuat rangkuman dari video. B. 

Kegiatan di kelas: (1) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4-5 orang siswa, (2) Membahas video yang telah ditonton siswa dengan diskusi dan tanya jawab, (3) Melalui tanya jawab dengan siswa guru menguatkan konsep, (4) Guru memberikan latihan pemecahan masalah melalui LKS, (5) Siswa berdiskusi dengan kelompoknya untuk menyelesaikan masalah (6) Peran guru saat diskusi adalah memfasilitasi siswa agar mampu menuliskan ide atau gagasannya terkait masalah yang diberikan, (7) Salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi dan yang lain menanggapinya, (8) Guru memberikan tes untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa, (9) Memberikan video pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya.

Dalam perspektif konsepi dan mekanisme implementasinya, maka flipped class room masih sangat relevan untuk dilaksanakan dalam kondisi normal. Selain lebih konsen pada penguatan keterampilan abad 21, juga sangat kaya dengan pengembangan karakter yang sejalan dengan profil pelajar Pancasila yang merupakan ruh dari implementasi Kurikulum Merdeka.

Catatan sederhana tentang MP Flipped Class room ini tentu hanya menggambarkan bagian kecil dari model pembelajaran ini. Hal-hal yang lebih detail tentang MP ini silahkan digali lebih mendalam lagi melalui referensi dan berbagai hasil penelitian yang telah dilakukan oleh sejumlah akademisi. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun