Mohon tunggu...
Anak Agung Alit Putra Baskara
Anak Agung Alit Putra Baskara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

Sekadar Informasi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Benarkah Saya Adalah Tuhan?

2 Januari 2024   09:25 Diperbarui: 3 Januari 2024   08:30 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

BENARKAH SAYA ADALAH TUHAN ?

Oleh: A.A. Alit Putra Baskara

 

Benarkah Tuhan itu ada dalam diri kita? Apakah Tuhan setara dengan kita yang umat manusia? Lalu siapakah yang tertinggi di alam semesta ini? Siapa Brahma itu? Kita sebagai umat Hindu mempercayai dengan adanya Brahma. Lantas, bagaimana Brahma tersebut ada di dalam alam semesta ini? Banyak sekali pertanyaan -- pertanyaan yang muncul di benak manusia tentang keberadaan Brahma. Sehingga dalam Agama Hindu ada kalimat yang menyatakan diri ini adalah Brahma atau dikenal dengan istilah "Ayam Ātmā Brahma". Lalu apakah maksud dari kalimat "Ayam Ātmā Brahma" itu? Mari kita simak terlebih dahulu sloka berikut ini.

“sarvaṁ hy etad brahma, ayam ātmā brahma so'yam ātmā catuṣ-pāt”

Terjemahan:

Semua ini, dimana-mana, sebenarnya adalah Brahma.  Ātmā ini sendiri juga merupakan Brahma, Realitas Absolut, Ātmā atau diri ini memiliki empat aspek yang melaluinya ia beroperasi. (Mandukhya Upanisad.II)

Konsep Ayam Ātmā Brahma dijelaskan sebagai Ātmā dan Brahma adalah sama. Sebagai Mahāvākya dalam Agama Hindu, pepatah ini menggambarkan gagasan bahwa diri individu adalah satu dan sama dengan yang absolut.

 

Konsep Ayam Ātmā Brahma dijelaskan dengan gelombang dan lautan. Ombak dan lautan tidak dianggap sebagai satu kesatuan yang terpisah, demikian pula dan Brahma adalah sama. Calon peminat dapat dengan jelas memahami Mahāvākya ini dengan mengambil contoh lautan dan mengamati luasnya lautan. Jika gelombang besar mulai datang ke pantai, dan seseorang berkonsentrasi pada satu gelombang, ia dapat memperhatikan dengan seksama bahwa gelombang tersebut menyerap deburan ombak, dan ia dapat merasakan semburan garam. Pada saat itu, orang tersebut hanya menyadari betapa luasnya gelombang yang satu ini. Lautan sendiri terlupakan pada masa itu. Satu-satunya gagasan yang muncul adalah bahwa lautan dan ombaknya adalah sama dan satu.

 

Ātmā mengacu pada percikan kesadaran yang murni, sempurna, dan abadi yang merupakan inti terdalam dan sentral dari umat manusia. Sedangkan Brahma mengacu pada kesatuan alam semesta yang nyata dan alam semesta yang tidak nyata. Hal ini seperti mengatakan bahwa  Ātmā adalah gelombang, dan Brahma adalah lautan. Wawasan Ayam Ātmā Brahma adalah bahwa ombak dan lautan adalah satu dan sama.

 

Ayam Ātmā Brahma adalah sebuah pernyataan, yang dibingkai secara khusus yang menunjukkan bahwa pengamat menjadi pengamat terpisah dari  Ātmā dan Brahma. Hal ini seperti berdiri di tepi pantai, memandangi ombak dan lautan, dan menyatakan bahwa gelombang di lautan adalah satu. Orang yang mencoba memahami Mahāvākya ini sedang mengamati dari sudut pandang menyaksikan yang tidak berhubungan dengan Ātmā atau Brahma. Hal ini merupakan suatu perspektif yang kontras dengan Aham Brahmasmi (Saya adalah Brahma), yang menyatakan bahwa "Saya" pengalaman batin, bukan dari sudut pandang pengamatan.

 

Masing-masing Mahāvākya memberikan perspektif berbeda tentang realitas mendasar yang sama. Mahāvākya ini dipandang sebagai pantulan cermin dari Realitas Absolut yang sama. Kilasan wawasan yang tergabung menghadapkan arti sebenarnya dari kata Brahma. Ini seperti mendapatkan sudut pandang berbeda dari sudut pandang berbeda. Bersama-sama, mereka bertemu dalam pemahaman yang utuh.

 

Untuk mencapai makna Ayam Ātmā Brahma yang sebenarnya, calon peminat harus duduk dengan tenang dan merenungkan inti batin dari keberadaan aslinya, misalnya dengan menaruh perhatiannya pada ruang di antara payudara tepat di pusat jantung. Ia tidak boleh memvisualisasikan apa pun, tetapi membiarkan kesadarannya menyentuh aspek perasaan dari pusat keberadaannya. Atau, jika dia lebih suka memvisualisasikan secara internal, dia bisa membayangkan secercah cahaya kecil yang mewakili esensi abadi diri Anda sendiri, sang Ātmā. Dengan menahan perhatian ini selama beberapa detik atau menit, dia dapat menyadari arti Ayam Ātmā Brahma.

 

Kemudian, perlahan-lahan ia harus mengalihkan perhatiannya sedemikian rupa sehingga ia membayangkan luasnya seluruh alam semesta yang nyata dan tidak nyata, alam kasar, halus, dan sebab akibat. Orang tersebut pada akhirnya akan menyadari kesatuan yang melingkupi segalanya dan bersifat mutlak. Tindakan ini harus dilakukan sedemikian rupa sehingga Anda sadar akan semangat yang ada di dalamnya, seperti sadar akan emas atau tanah liat. Secara mantap, calon peminat harus membiarkan perhatiannya menangkap kesadaran akan percikan Ātmā dan esensi universal yaitu Brahma. Ātmā juga berada dalam kesatuan Brahma akan segera dipahami. Evolusi pemikiran ini akan membawa wawasan dan kedamaian. Orang tersebut mungkin ingin memahami secara internal kata-kata Mahāvākya, "Ayam Ātmā Brahma; Ātmā dan Brahma adalah sama."

 

Pemahaman Ayam Ātmā Brahma adalah praktik yang indah dan seseorang harus melakukan hal yang sama terhadap orang lain. Ia harus memikirkan orang-orang terdekatnya, termasuk keluarga, sahabat, dan rekan kerja. Dia harus membiarkan dirinya memperhatikan tingkat permukaan dari tindakan dan ucapan mereka, ciri-ciri fisik mereka, dan kepribadian mereka. Seseorang harus menyadari aspek-aspek halus dari komposisinya, dan percikan abadi yang merupakan pusat kesadarannya. Sadarilah bagaimana percikan itu, Ātmā, menyatu dengan keesaan, Brahma.

 

Seseorang harus memperhatikan perbedaan gagasan dan perasaan di antara para Mahāvākya. Wawasan dari Tat Tvam Asi (Itulah siapa diri Anda) dialami dengan cara yang sangat berbeda dengan Ayam Ātmā Brahma (Diri individu ini adalah satu dengan yang mutlak). Kedua Mahāvākya berbeda secara internal, namun mereka bekerja sama, menggambarkan kebenaran utama yang sama tentang siapa manusia itu. Dengan mengalami titik-titik pandang yang terpisah, makna Ayam Ātmā Brahma secara keseluruhan dapat dirasakan secara lebih utuh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun