Mohon tunggu...
Anak Lestari
Anak Lestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Tidak ada

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pupuk Cair dari Limbah Produksi Tahu Menjadi Solusi Pupuk Ramah Lingkungan dan Menuju Green Agriculture

31 Desember 2024   12:19 Diperbarui: 2 Januari 2025   07:41 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Senyawa P2O5 (Sumber: IStock)

              Singaraja merupakan daerah dengan komoditas produksi bahan makanan yang beragam. Produksi tahu dan tempe merupakan salah satunya. Selain rasanya yang lezat dan kandungan nutrisinya yang tinggi, tahu juga menjadi pilihan favorit masyarakat karena harganya yang terjangkau. Namun, di balik proses produksinya, industri tahu menghasilkan limbah cair yang sering kali dianggap sebagai masalah lingkungan(Amalia et al., 2022). Limbah cair ini mengandung bahan organik tinggi, seperti protein dan lemak, yang bila langsung dibuang tanpa pengolahan akan menyebabkan masalah terhadap kualitas air dan kehidupan biota akuatik(Pagoray et al., 2021).

Air limbah tahu merupakan buangan cair yang dihasilkan selama berbagai tahapan proses produksi tahu, seperti pencucian kedelai, perendaman, penggumpalan, dan pencetakan. Limbah ini mengandung sisa protein yang tidak sepenuhnya mengendap selama proses penggumpalan, sehingga masih terdapat zat-zat organik dan senyawa-senyawa terlarut lainnya dalam cairan tersebut. Karena sifatnya yang kaya akan bahan organik, air limbah tahu dapat menjadi sumber pencemaran jika tidak dikelola atau diolah dengan baik. Selain itu, kandungan protein dan zat terlarut dalam limbah ini menunjukkan potensi untuk dimanfaatkan lebih lanjut, misalnya sebagai bahan baku dalam proses fermentasi atau pupuk organik. Secara fisik, air limbah tahu memiliki ciri khas berupa warna kuning kecoklatan, tekstur yang lebih kental dibandingkan air bersih, suhu yang melebihi 40 C akibat proses perebusan kedelai, serta aroma asam yang tajam dan menyengat(Putri et al., 2022)

Limbah cair tahu dapat bermanfaat bagi pertanian dengan mengolah limbah menjadi  pupuk cair yang bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan tanah dan produktivitas tanaman. Hal ini dikarenakan limbah cair tahu banyak mengandung unsur hara seperti N 1,24%, P2O5 5.54%, K2O 1,34%,  C-Organik, protein 40-60%, karbohidrat 25-50%, dan lemak 10% Marian dan Sumiyati, 2019).

Nitrogen (Sumber: Master Plant)
Nitrogen (Sumber: Master Plant)

Senyawa P2O5 (Sumber: IStock)
Senyawa P2O5 (Sumber: IStock)

Kandungan organik tersebut memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan tanaman. Adapun manfaat yang diperoleh jika menggunakan limbah tahu sebagai pupuk yaitu dapat meningkatkan jumlah tongkol, berat tongkol berat basah dan berat kering serta memaksimalkan tinggi tanaman. Penggunaan pupuk organik ini juga memberikan manfaat pada lingkungan yaitu berupa pencegahan kerusakan lingkungan akibat bahan kimia. Maka pemanfaatan limbah cair tahu sebagai pupuk menjadi solusi tepat.

Namun, sebelum digunakan sebagai pupuk cair, limbah ini harus diolah terlebih dahulu untuk menghilangkan bau tidak sedap dan mencegah potensi pencemaran lingkungan. Bau tidak sedap dari limbah dapat diatasi melalui proses fermentasi karena fermentasi melibatkan aktivitas mikroorganisme, seperti bakteri dan jamur, yang secara aktif menguraikan senyawa organik di dalam limbah. Senyawa organik yang menjadi penyebab utama bau busuk, seperti amonia, asam organik, dan senyawa sulfur, dipecah oleh mikroorganisme tersebut menjadi senyawa yang lebih sederhana dan stabil, seperti karbon dioksida, metana, dan air. Senyawa-senyawa hasil akhir ini umumnya tidak berbau atau memiliki bau yang jauh lebih ringan dibandingkan senyawa asalnya.

Proses fermentasi memungkinkan mikroorganisme untuk menggunakan senyawa organik dalam limbah sebagai sumber energi dan nutrisi. Seiring waktu, senyawa penyebab bau akan berkurang hingga akhirnya hilang sepenuhnya. Selain itu, kondisi lingkungan yang tercipta selama fermentasi, seperti pH tertentu dan keberadaan senyawa metabolit mikroorganisme, membuat limbah menjadi tidak ramah bagi mikroorganisme pembusuk yang biasanya memproduksi bau tidak sedap. Oleh karena itu, fermentasi tidak hanya menghilangkan bau, tetapi juga mengubah limbah menjadi produk yang lebih ramah lingkungan.

Berikut adalah langkah-langkah pembuatan pupuk cair dari limbah produksi tahu:

  1. Pengumpulan Limbah
    Limbah tahu diperoleh dari produksi tahu di Singaraja dan harus dipastikan terlebih dahulu bahwa limbah tersebut tidak bercampur dengan bahan kimia ataupun kotoran lainnya.
  2. Fermentasi
    Setelah limbah dikumpulkan maka tahap selanjutnya yaitu dilakukan fermentasi. Fermentasi dilakukan dengan menambahkan bahan-bahan tambahan berupa gula merah atau tetes tebu sebagai sumber energi untuk mikroorganisme. Campuran ini kemudian dimasukkan ke dalam wadah tertutup (drum plastik atau jeriken) dan didiamkan selama 1-2 minggu. Proses ini akan menghasilkan suatu pupuk yang diolah oleh mikroorganisme yang sudah memecah bahan organik dari limbah cair tahu menjadi suatu senyawa-senyawa yang lebih sederhana untuk diserap oleh akar tanaman. Pada proses fermentasi sesekali dilakukan pengadukan campuran setiap 2-3 hari agar proses fermentasi berlangsung merata.
  3. Penyaringan
    Setelah fermentasi selesai, pupuk cair disaring untuk memisahkan padatan dan cairannya. Hasil akhir berupa cairan berwarna cokelat pekat yang siap digunakan sebagai pupuk.
  4. Pengemasan dan Penyimpanan
    Pupuk cair yang telah jadi dapat disimpan dalam wadah tertutup di tempat sejuk dan terlindung dari sinar matahari langsung.

Pupuk cair ini dapat digunakan dengan cara dicampurkan ke air dengan perbandingan 1:10 sebelum disiramkan ke tanaman. Pupuk cair juga cocok untuk digunakan sebagai pupuk daun, dengan cara disemprotkan langsung ke permukaan daun. Penggunaan rutin pupuk cair dari limbah tahu ini dapat membantu memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kandungan hara, dan merangsang pertumbuhan tanaman.

Adapun keuntungan pupuk cair dari limbah tahu ini jika digunakan untuk tanaman yaitu:

  1. Ramah Lingkungan
    Dengan mengolah limbah tahu menjadi pupuk cair, kita dapat mengurangi pencemaran lingkungan dan memanfaatkan limbah sebagai sumber daya yang berharga.
  2. Ekonomis
    Pupuk cair ini merupakan solusi hemat biaya bagi petani, karena bahan bakunya berasal dari limbah yang mudah didapatkan.
  3. Meningkatkan Produktivitas Pertanian
    Kandungan hara yang tinggi dalam pupuk cair ini membantu tanaman tumbuh lebih sehat dan produktif.
  4. Mendukung Pertanian Berkelanjutan
    Dengan menggunakan pupuk cair organik, petani dapat mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia yang sering kali mahal dan berdampak negatif pada lingkungan.

               Meski menawarkan banyak manfaat, proses pembuatan pupuk cair dari limbah tahu juga memiliki tantangan, seperti bau selama fermentasi dan kebutuhan akan pengolahan yang cermat. Untuk mengatasi hal ini, teknologi fermentasi modern dan penambahan bio-aktivator seperti EM4 dapat digunakan untuk mempercepat proses dan mengurangi bau. Pembuatan pupuk cair dari limbah produksi tahu adalah langkah cerdas untuk mengatasi masalah limbah sekaligus mendukung pertanian yang ramah lingkungan. Dengan memanfaatkan potensi ini, kita tidak hanya mengurangi pencemaran lingkungan, tetapi juga membantu petani mendapatkan pupuk berkualitas dengan biaya rendah. Inovasi seperti ini adalah bukti bahwa solusi untuk masalah lingkungan dapat ditemukan melalui pendekatan kreatif dan berkelanjutan. Jadi, mari kita dukung penggunaan pupuk cair dari limbah tahu untuk masa depan pertanian Indonesia yang lebih hijau.

             Pertanian hijau merujuk pada sistem pertanian yang menekankan penggunaan sumber daya alam secara bijak dan berkelanjutan. Konsep ini bertujuan untuk memastikan bahwa kegiatan pertanian tidak hanya menghasilkan hasil panen yang melimpah, tetapi juga menjaga kualitas lingkungan. Dalam praktiknya, pertanian hijau mencakup berbagai metode seperti penggunaan pupuk organik yang ramah lingkungan, pengendalian hama secara alami tanpa pestisida kimia, penerapan rotasi tanaman untuk menjaga kesuburan tanah, serta pengelolaan air yang lebih hemat dan efisien.

           Selain itu, pertanian hijau juga berperan penting dalam mengurangi dampak negatif pertanian terhadap lingkungan, terutama dalam menekan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari berbagai aktivitas agraris. Dengan demikian, pertanian hijau dapat menjadi bagian dari upaya global dalam mengatasi perubahan iklim. Sebagai bagian dari strategi pembangunan yang berkelanjutan, pemerintah terus mendorong pengembangan pertanian hijau melalui berbagai kebijakan dan program pendukung. Misalnya, pemerintah memberikan insentif kepada petani yang mau beralih ke teknologi dan metode pertanian yang lebih ramah lingkungan. Selain itu, pemerintah juga rutin mengadakan pelatihan dan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan serta kesadaran para petani mengenai pentingnya praktik pertanian hijau. Kebijakan lain yang diterapkan adalah pemberian bantuan dalam bentuk subsidi untuk alat pertanian modern yang efisien dan bahan organik seperti pupuk alami. Dengan langkah-langkah ini, pemerintah berharap dapat memperluas adopsi pertanian hijau di kalangan petani, baik dalam skala kecil maupun besar.

                 Meskipun memiliki berbagai manfaat, penerapan pertanian hijau di Indonesia tidak terlepas dari tantangan yang kompleks. Salah satu hambatan utamanya adalah rendahnya pemahaman sebagian petani tentang manfaat jangka panjang dari praktik pertanian ramah lingkungan. Selain itu, biaya awal yang relatif tinggi untuk mengadopsi metode baru sering kali menjadi kendala bagi petani, terutama mereka yang memiliki keterbatasan modal. Keterbatasan akses terhadap teknologi modern dan sumber daya yang mendukung juga menjadi tantangan lain yang perlu diatasi. Banyak petani di pedesaan yang kesulitan mendapatkan informasi, peralatan, dan bahan pendukung yang diperlukan untuk mengimplementasikan pertanian hijau secara optimal.

Guna mengatasi berbagai hambatan tersebut, pemerintah telah merancang sejumlah langkah strategis. Salah satu langkah utama adalah memperkuat program penyuluhan kepada petani melalui kerjasama dengan penyuluh pertanian, akademisi, dan lembaga swadaya masyarakat. Penyuluhan ini bertujuan untuk memberikan edukasi mengenai pentingnya pertanian hijau serta cara menerapkannya dengan efisien. Selain itu, pemerintah juga menjalin kemitraan dengan sektor swasta dan organisasi internasional untuk menyediakan pendanaan, teknologi, serta pelatihan yang diperlukan. Subsidi untuk alat dan bahan organik juga diperluas untuk meringankan beban petani dalam memulai sistem pertanian yang lebih berkelanjutan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun