Payudara merupakan aset wanita yang harus dijaga dan dirawat. Hal ini dikarenakan payudara merupakan salah satu organ yang rentan terkena penyakit berupa kanker. Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang paling umum di dunia, terutama di kalangan wanita. Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia, (2017) bahwa lebih dari 2 juta kasus baru kanker payudara didiagnosis setiap tahunnya. Di Indonesia, diperkirakan terdapat 100 kasus baru penderita kanker per 100.000 penduduk setiap tahun. Dengan populasi sebanyak 237 juta jiwa, angka ini setara dengan sekitar 237.000 kasus kanker baru setiap tahunnya. Diagnosis dini memainkan peran penting dalam meningkatkan peluang kesembuhan. Kementerian Kesehatan RI telah menjalankan program deteksi dini kanker payudara melalui metode yang disebut SADARI (pemeriksaan payudara sendiri). SADARI adalah cara sederhana yang dapat dilakukan oleh setiap wanita untuk mendeteksi adanya benjolan atau kelainan lain pada payudara.
    SADARI merupakan metode yang dapat dilakukan secara mandiri. Namun, metode tersebut belum secara maksimal mendeteksi jenis benjolan payudara yang teraba. Salah satu metode diagnostik yang telah berkembang pesat adalah penggunaan teknologi berbasis radioaktif. Teknik ini menawarkan pendekatan non-invasif yang lebih sensitif dan akurat dibandingkan beberapa metode tradisional lainnya, seperti mamografi atau ultrasonografi.
      Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam prinsip dasar teknologi radioaktif, prosedur deteksi, keunggulan, tantangan, serta perkembangan terkini dalam penggunaannya untuk mendeteksi kanker payudara. Dengan pemahaman yang lebih baik, diharapkan teknologi ini dapat dimanfaatkan secara luas untuk meningkatkan angka kesintasan pasien.
Prinsip Dasar Teknologi Radioaktif dalam Deteksi Kanker
       Teknologi berbasis radioaktif bekerja dengan menggunakan isotop radioaktif yang dapat melacak aktivitas biologis dalam tubuh. Isotop radioaktif ini memancarkan radiasi yang dapat dideteksi oleh alat pencitraan medis. Dalam konteks deteksi kanker payudara, isotop radioaktif sering digunakan dalam bentuk radiotracer, seperti Teknesium-99m (Tc-99m) yang dikombinasikan dengan senyawa farmasi tertentu. Radiotracer ini dirancang untuk secara selektif terakumulasi di jaringan yang memiliki aktivitas metabolik tinggi, seperti tumor kanker.
       Proses akumulasi radiotracer pada jaringan kanker disebabkan oleh tingginya kebutuhan energi sel kanker untuk mendukung pertumbuhannya yang cepat. Radiotracer yang disuntikkan ke dalam tubuh akan mengikuti aliran darah dan terkonsentrasi pada area dengan aktivitas metabolik yang abnormal. Setelah radiotracer terdistribusi di tubuh, alat pencitraan seperti SPECT (Single Photon Emission Computed Tomography) atau PET (Positron Emission Tomography) digunakan untuk menghasilkan gambar detail jaringan payudara.
- SPECT: Teknologi ini mendeteksi foton yang dipancarkan oleh isotop radioaktif untuk membuat gambaran tiga dimensi jaringan tubuh.
- PET: Memanfaatkan isotop pemancar positron untuk memberikan informasi lebih detail mengenai aktivitas biologis jaringan. PET sering kali dikombinasikan dengan CT (Computed Tomography) untuk meningkatkan akurasi diagnostik.
Prosedur Deteksi
- Pemberian Radiotracer: Prosedur dimulai dengan pemberian radiotracer melalui injeksi intravena. Radiotracer yang digunakan biasanya memiliki waktu paruh yang pendek untuk meminimalkan paparan radiasi pada tubuh.
- Distribusi Radiotracer: Setelah injeksi, pasien diminta untuk menunggu beberapa waktu agar radiotracer terdistribusi dalam tubuh dan mencapai jaringan target.
- Pencitraan: Pasien ditempatkan dalam perangkat pencitraan seperti SPECT atau PET untuk mendeteksi radiasi yang dipancarkan oleh radiotracer. Proses ini berlangsung selama 20-60 menit tergantung pada teknologi yang digunakan.
- Analisis Data: Gambar yang dihasilkan dianalisis oleh ahli radiologi untuk mendeteksi adanya massa tumor, sifat metaboliknya, serta tingkat penyebaran (jika ada).
Penggunaan radioaktif dalam deteksi kanker payudara memiliki beberapa keunggulan yang membuatnya menjadi metode yang efektif dan inovatif. Berikut adalah uraian keunggulannya:
1. Kemampuan Deteksi yang Tinggi